Gubernur Bali Tolak KB Dua Anak: Budaya Bali di Ujung Tanduk?
Gubernur Bali, Wayan Koster, menolak program KB dua anak dan mendorong program KB empat anak untuk menjaga kelangsungan budaya Bali yang terancam punah akibat jumlah penduduk lokal yang semakin sedikit.
Denpasar, 14 April 2024 - Gubernur Bali, Wayan Koster, secara tegas menolak program keluarga berencana (KB) dua anak. Keputusan kontroversial ini dilandasi oleh keprihatinan beliau terhadap kelangsungan budaya Bali yang kian terancam. Beliau justru mendorong program KB empat anak, terutama di kalangan masyarakat Hindu Bali, sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan tradisi dan warisan leluhur.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Gubernur Koster dalam Kongres Daerah XI IA ITB Pengda Bali di Denpasar, Minggu lalu. Menurut beliau, keunggulan Bali terletak pada kekayaan budayanya yang unik. Menurunnya jumlah penduduk lokal, khususnya yang masih memegang teguh adat istiadat, dikhawatirkan akan menyebabkan hilangnya budaya Bali secara perlahan.
"Tidak ada yang mebanjar, tidak ada yang ngelawar, tidak ada Purnama-Tilem, tidak ada odalan, Galungan, Kuningan, Ngaben, berbagai aktivitas budaya akan terancam," ujar Gubernur Koster, menekankan betapa pentingnya peran penduduk lokal dalam menjaga kelestarian budaya Bali.
Upaya Pelestarian Budaya Bali
Gubernur Koster mengakui pentingnya peran pendatang dalam pembangunan ekonomi Bali. Namun, beliau menekankan kekhawatirannya terhadap potensi tergerusnya penduduk lokal. "Di Bali bukan persoalan jumlah atau siapa yang datang ke Bali, tetapi siapa yang kita ajak untuk mengurus budaya," tegasnya.
Pemerintah Provinsi Bali saat ini tengah gencar mendorong program KB empat anak bagi penduduk lokal. Berbagai insentif tengah dirancang, salah satunya adalah memberikan penghargaan khusus bagi keluarga yang memiliki anak ketiga dan keempat, khususnya yang memiliki nama Nyoman dan Ketut. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan angka kelahiran di kalangan masyarakat Bali asli.
Selain itu, Pemprov Bali juga telah membentuk tim kerja khusus untuk percepatan pembangunan, dengan pertumbuhan penduduk sebagai salah satu fokus utama. Tim ini bertugas untuk merumuskan strategi dan kebijakan yang mendukung program KB empat anak tersebut.
Kekhawatiran Gubernur Koster
Gubernur Koster mengungkapkan kekhawatirannya terhadap masa depan budaya Bali jika tidak dijaga dengan baik. "Saya sedang bekerja keras untuk memproteksi budaya Bali ini, kalau tidak bahaya, Bali ini keunggulannya cuma satu, cuma budaya. Kalau kebudayaan Bali ini tidak dijaga dengan baik, wilayahnya kecil, penduduknya sedikit, siapa yang akan mengurusnya ke depan?," katanya dengan nada penuh keprihatinan.
Pernyataan Gubernur Koster ini tentu menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Di satu sisi, ada yang mendukung langkah tersebut sebagai upaya pelestarian budaya. Namun, di sisi lain, ada pula yang mengkhawatirkan dampak sosial dan ekonomi dari kebijakan tersebut, terutama terkait dengan ketersediaan sumber daya dan infrastruktur.
Langkah-langkah yang diambil oleh Pemprov Bali dalam mendorong program KB empat anak patut diapresiasi. Namun, perlu juga dikaji lebih lanjut mengenai strategi yang tepat dan terukur agar program ini dapat berjalan efektif dan berkelanjutan tanpa menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.
Perlu diingat bahwa pelestarian budaya Bali tidak hanya bergantung pada jumlah penduduk, tetapi juga pada upaya-upaya lain seperti pendidikan, pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya, dan dukungan dari berbagai pihak. Semoga langkah-langkah yang diambil dapat menjaga keseimbangan antara perkembangan penduduk dan pelestarian budaya Bali yang berharga.