Gunung Raja Paksi Dorong Kolaborasi Industri Baja Ramah Lingkungan
PT Gunung Raja Paksi (GRP) mendorong kolaborasi untuk mewujudkan industri baja rendah emisi di Indonesia, sejalan dengan target Net Zero Emission 2050.
Jakarta, 8 Mei 2024 - PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), produsen baja terintegrasi di Indonesia, memimpin upaya pembangunan industri baja ramah lingkungan dengan mendorong kolaborasi antar sektor untuk mencapai target emisi rendah. Inisiatif ini dilakukan sebagai respons terhadap tantangan global perubahan iklim dan tuntutan pasar internasional terhadap produk-produk yang berkelanjutan.
Presiden Direktur GRP, Fedaus, menegaskan komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan. "Sektor baja, yang dikenal sebagai penyumbang emisi tinggi, harus menjadi bagian dari solusi," ujarnya di Jakarta, Kamis lalu. GRP telah mengambil langkah nyata dengan mengimplementasikan berbagai strategi inovatif untuk mengurangi jejak karbonnya.
Langkah-langkah ini sejalan dengan target pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sektor industri sebesar 31 persen hingga 43 persen pada 2030, dan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2050, seperti yang disampaikan oleh Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, dalam Forum Industri Hijau Nasional 2025.
Implementasi Teknologi Ramah Lingkungan
GRP telah sepenuhnya mengadopsi teknologi Electric Arc Furnace (EAF) dalam proses produksinya. Sekitar 70 persen bahan baku yang digunakan berasal dari daur ulang (scrap), sehingga secara signifikan mengurangi emisi karbon dan mendukung ekonomi sirkular. Keberhasilan ini dibuktikan dengan diraihnya sertifikasi Standar Industri Hijau dari Kementerian Perindustrian dan Green Label Indonesia dari Green Product Council Indonesia (GPCI) dengan predikat Gold.
Selain itu, GRP juga telah memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap dengan kapasitas 9,3 megawatt-peak (MWp), menjadikannya salah satu instalasi rooftop solar terbesar di Jawa Barat. Inovasi ini menunjukkan komitmen GRP dalam memanfaatkan energi terbarukan untuk mendukung operasional perusahaan yang lebih berkelanjutan.
GRP juga telah menerapkan Environmental Product Declaration (EPD) untuk meningkatkan transparansi jejak karbon produk-produknya. Langkah ini merupakan persiapan menghadapi implementasi regulasi global seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM).
Kolaborasi untuk Masa Depan
Keikutsertaan GRP dalam Forum Industri Hijau Nasional 2025 di Bandung pada 30 April lalu menunjukkan komitmen perusahaan untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak. "Dengan semangat kolaboratif," kata Fedaus, "kami berkomitmen untuk terus berkontribusi pada ekosistem industri yang lebih hijau, tangguh, dan kompetitif di tingkat global." GRP menyadari bahwa upaya menuju industri baja rendah emisi memerlukan kerja sama yang kuat antar berbagai pemangku kepentingan.
Forum tersebut menjadi platform penting untuk berbagi pengetahuan, teknologi, dan best practice dalam implementasi industri hijau. GRP berharap kolaborasi ini dapat mempercepat transisi menuju sektor baja yang lebih berkelanjutan dan mendukung pencapaian target Net Zero Emission Indonesia.
GRP juga menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam upaya mengurangi emisi. Penerapan EPD merupakan langkah penting dalam memberikan informasi yang akurat kepada konsumen dan pemangku kepentingan lainnya mengenai jejak karbon produk-produk baja GRP.
Langkah Menuju Industri Baja Berkelanjutan
Komitmen GRP terhadap keberlanjutan tidak hanya sebatas pengurangan emisi, tetapi juga mencakup aspek ekonomi sirkular dan tanggung jawab sosial. Dengan memanfaatkan scrap sebagai bahan baku utama, GRP berkontribusi pada pengurangan limbah dan pelestarian sumber daya alam.
Keberhasilan GRP dalam meraih berbagai sertifikasi menunjukkan komitmen perusahaan dalam menerapkan standar keberlanjutan yang tinggi. Hal ini juga menjadi bukti nyata bahwa industri baja dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan tanpa mengorbankan daya saing global.
Ke depan, GRP akan terus berinovasi dan berkolaborasi untuk mengembangkan teknologi dan strategi yang lebih efektif dalam mengurangi emisi dan menciptakan industri baja yang lebih berkelanjutan. Komitmen ini sejalan dengan visi Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2050.