IHSG Anjlok 1,98 Persen, Teknoligi Terpukul Sentimen Global dan APBN
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,98 persen pada Jumat, dipengaruhi sentimen negatif eksternal dan internal, terutama dari sektor teknologi dan defisit APBN.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan Jumat, 14 Maret 2025, ditutup melemah signifikan. Penurunan sebesar 131,79 poin atau 1,98 persen menempatkan IHSG pada posisi 6.515,63. Pelemahan ini dipimpin oleh saham-saham sektor teknologi, yang turut memengaruhi indeks LQ45 yang turun 11,27 poin (1,53 persen) ke posisi 726,98. Kondisi ini mencerminkan dampak gabungan sentimen eksternal dan internal yang menekan pasar keuangan.
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya menyatakan bahwa IHSG tertahan di zona merah karena sentimen eksternal dan internal yang membebani perdagangan aset keuangan. Dari sisi domestik, kekhawatiran atas kinerja dan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Februari 2025 menjadi sorotan utama. Defisit APBN yang mencapai Rp31 triliun akibat penurunan tajam penerimaan pajak menimbulkan kekhawatiran akan kemampuan pemerintah dalam membiayai program-program strategis.
Pelaku pasar berharap adanya kejelasan kebijakan fiskal dari pemerintah, termasuk mengenai penundaan setoran dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke Lembaga Danantara. Kejelasan ini dinilai penting untuk memastikan dividen BUMN tetap dapat dialokasikan guna menopang APBN. Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan kepastian kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas pasar keuangan.
Sentimen Global Membebani IHSG
Di sisi eksternal, ketegangan perdagangan global turut memberikan tekanan signifikan terhadap IHSG. Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali memperkuat ancaman tarif terhadap mitra dagang utama. Ancaman tersebut meliputi tarif 200 persen pada semua produk alkohol dari Uni Eropa sebagai balasan atas tarif 50 persen yang dikenakan Uni Eropa pada wiski AS dan barang-barang AS lainnya.
Ancaman tarif ini, ditambah dengan penegasan Trump tentang penerapan tarif timbal balik terhadap mitra dagang global mulai 2 April 2025, meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar. Potensi eskalasi perang dagang, peningkatan inflasi, perlambatan pertumbuhan ekonomi, bahkan resesi, menjadi ancaman nyata yang membebani sentimen pasar global, termasuk Indonesia.
Kondisi ini menunjukkan betapa rentannya pasar keuangan terhadap gejolak politik dan ekonomi global. Ketidakpastian kebijakan perdagangan internasional berdampak langsung pada kinerja IHSG dan pasar saham lainnya di dunia. Hal ini juga menggarisbawahi pentingnya diversifikasi investasi dan strategi mitigasi risiko bagi investor.
Sektor Teknologi Terpukul, IHSG di Zona Merah
Sepanjang sesi perdagangan, IHSG berada di teritori negatif. Pada sesi pertama dan kedua, IHSG tetap berada di zona merah hingga penutupan. Dari data Indeks Sektoral IDX-IC, hanya sektor barang konsumen non primer yang menunjukan penguatan sebesar 0,33 persen. Sebaliknya, sepuluh sektor lainnya mengalami penurunan, dengan sektor teknologi mengalami penurunan paling dalam, yaitu minus 12,73 persen, diikuti sektor properti (-1,07 persen) dan barang baku (-0,88 persen).
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar antara lain KICI, SMIL, MSIN, DADA, dan BTEK. Sebaliknya, saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar meliputi DCII, INET, SMDM, MINA, dan FORU. Data frekuensi perdagangan menunjukan 1.019.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 14,57 miliar lembar saham senilai Rp9,09 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 224 saham naik, 400 saham menurun, dan 333 saham tidak bergerak nilainya.
Kondisi ini menunjukkan adanya pergeseran signifikan dalam kinerja sektor-sektor di pasar saham Indonesia. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk memahami penyebab penurunan tajam di sektor teknologi dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi dampak negatifnya.
Perbandingan dengan Pasar Saham Regional
Sebagai perbandingan, bursa saham regional Asia menunjukkan kinerja yang beragam. Indeks Nikkei menguat 0,72 persen, indeks Shanghai menguat 1,81 persen, indeks Kuala Lumpur menguat 2,12 persen, dan indeks Straits Times menguat 0,04 persen. Perbedaan kinerja ini menunjukkan bahwa dampak sentimen global dan domestik bervariasi antar negara dan pasar saham.
Kesimpulannya, pelemahan IHSG pada Jumat lalu merupakan dampak dari kombinasi sentimen negatif internal dan eksternal. Defisit APBN dan ketegangan perdagangan global menjadi faktor utama yang menekan pasar. Penurunan tajam di sektor teknologi semakin memperburuk kondisi. Pemerintah dan pelaku pasar diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi tantangan ini dan menjaga stabilitas pasar keuangan.