IHSG Diprediksi Mendatar: Pasar Cermati RDG BI dan FOMC The Fed
IHSG diperkirakan bergerak mendatar, pelaku pasar mencermati hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) dan The Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed serta dampak isu pengunduran diri Menteri Keuangan.
Jakarta, 19 Maret 2024 - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu diprediksi bergerak mendatar. Hal ini disebabkan pelaku pasar tengah mencermati hasil pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) dan The Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed. Pembukaan perdagangan IHSG hari ini pun menunjukkan pelemahan sebesar 30,59 poin atau 0,49 persen ke posisi 6.192,80, meskipun indeks LQ45 justru naik 1,88 poin atau 0,27 persen ke posisi 707,13.
Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya menyatakan, "Untuk perdagangan selanjutnya, IHSG diperkirakan masih berpotensi bergerak sideways (mendatar)." Pernyataan ini mencerminkan sentimen pasar yang cenderung menunggu kepastian dari kebijakan moneter baik domestik maupun global sebelum mengambil langkah signifikan.
Situasi ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Klarifikasi pemerintah terkait isu pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang dibantah langsung oleh beliau, memberikan dampak positif terhadap pasar. Namun, isu tersebut sebelumnya telah memicu aksi jual besar-besaran yang berpotensi menyebabkan margin call dan forced sell pada Selasa.
RDG BI dan FOMC The Fed: Dua Fokus Utama Pasar
Pasar domestik menantikan pengumuman hasil RDG BI terkait kebijakan suku bunga acuan. Keputusan BI ini akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Di sisi lain, pelaku pasar internasional juga fokus pada pernyataan kebijakan terbaru The Fed yang dijadwalkan Kamis dini hari WIB. Pernyataan tersebut diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap, disertai dengan publikasi ringkasan proyeksi ekonomi (SEP).
Meskipun pelaku pasar memperkirakan penurunan suku bunga sekitar 60 basis poin sepanjang 2025, beberapa pejabat The Fed mengingatkan agar tidak terburu-buru dan lebih memilih mengamati dampak kebijakan tarif terhadap data ekonomi terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan adanya ketidakpastian mengenai arah kebijakan moneter AS ke depan.
Gencatan senjata terbatas antara Rusia dan AS selama 30 hari terhadap sasaran energi dan infrastruktur di Ukraina juga menjadi perhatian. Pernyataan Gedung Putih menyebutkan bahwa pembicaraan lebih lanjut terkait rencana perdamaian yang lebih luas akan segera dimulai. Namun, dampak jangka panjang dari gencatan senjata ini terhadap pasar masih belum pasti.
Dampak Geopolitik dan Pergerakan Pasar Global
Perkembangan di Eropa juga memengaruhi sentimen pasar. Pasar saham Jerman melonjak setelah parlemen menyetujui rencana peningkatan belanja besar-besaran. Investor juga menunggu detail percakapan antara pemimpin AS dan Rusia. Indeks DAX Jerman ditutup menguat 0,98 persen atau bertambah 226,14 poin ke level 23.380,70.
Berbeda dengan Eropa, Bursa saham Wall Street melemah pada Selasa, menghentikan kenaikan dua hari berturut-turut. Hal ini disebabkan investor bersikap waspada menjelang keputusan kebijakan moneter Federal Reserve dan potensi dampak kebijakan tarif Presiden Donald Trump. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 260,32 poin (0,62 persen) ke level 41.581,31, S&P 500 merosot 60,46 poin (1,07 persen) menjadi 5.614,66, dan Nasdaq Composite turun 304,55 poin (1,71 persen) ke posisi 17.504,12.
Di pasar regional Asia, indeks Nikkei menguat 242,74 poin (0,64 persen) ke 38.088,14, sementara indeks Shanghai melemah 11,03 poin (0,32 persen) ke 3.418,74. Indeks Kuala Lumpur turun 7,94 poin (0,52 persen) ke 1.519,71, dan indeks Strait Times naik 21,00 poin (0,54 persen) ke 3.915,29.
Kesimpulannya, pergerakan IHSG hari ini dan selanjutnya akan sangat dipengaruhi oleh hasil RDG BI dan FOMC The Fed, serta perkembangan situasi geopolitik global. Ketidakpastian ini membuat pasar cenderung bergerak mendatar sambil menunggu kepastian dari berbagai faktor tersebut.