IHSG Menguat 0,07 Persen: Optimisme Kesepakatan Dagang AS-China
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,07 persen pada Jumat, didorong optimisme kesepakatan dagang AS-China dan kebijakan suku bunga The Fed.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat sore, 9 Mei 2025, ditutup menguat seiring optimisme pelaku pasar terhadap kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Penguatan ini juga dipengaruhi oleh keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga acuan dan kesepakatan dagang AS-Inggris yang baru saja diumumkan.
IHSG naik 5,05 poin atau 0,07 persen, mencapai posisi 6.832,80. Indeks LQ45 juga ikut menguat, naik 1,61 poin atau 0,21 persen ke posisi 765,37. Penguatan ini menunjukkan sentimen positif investor terhadap prospek ekonomi global dan domestik.
Analis dari Tim Riset Phillips Sekuritas Indonesia menjelaskan, "Investor berspekulasi bahwa AS akan mencapai lebih banyak kesepakatan perdagangan dengan negara lain, sehingga bank sentral AS The Fed tidak perlu memangkas suku bunga secara tajam untuk menopang perekonomian." Hal ini menunjukkan keyakinan investor terhadap stabilitas ekonomi global dan peran kesepakatan dagang dalam menopangnya.
Kesepakatan Dagang AS-Inggris dan Implikasinya
Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan dagang dengan Inggris. Meskipun bea masuk impor sebesar 10 persen tetap berlaku, AS akan memangkas tarif atas impor mobil dan baja. Trump menyatakan kesepakatan ini akan membuka akses pasar senilai miliaran dolar untuk ekspor AS.
Pengumuman ini memberikan sinyal positif bagi pasar global, karena menunjukkan komitmen AS dalam memperkuat hubungan dagang internasional. Hal ini juga dapat mengurangi kekhawatiran akan perang dagang yang berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi global.
Trump juga mengindikasikan negara-negara mitra dagang AS lainnya antusias untuk membuat kesepakatan serupa. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dijadwalkan segera melakukan perjalanan ke Swiss untuk berdiskusi dengan pejabat China. Hal ini menunjukkan upaya aktif AS dalam membangun kerja sama ekonomi internasional.
Kebijakan The Fed dan Dampaknya terhadap IHSG
Bank sentral AS, The Fed, dalam Federal Open Market Committee (FOMC), memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25 sampai 4,5 persen. Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi pasar dan dinilai positif oleh investor.
Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga menunjukkan kepercayaan diri terhadap kondisi ekonomi AS. Hal ini mengurangi kekhawatiran akan potensi penurunan ekonomi yang tajam dan memberikan stabilitas bagi pasar keuangan global, termasuk IHSG.
Dengan suku bunga yang stabil, investor cenderung lebih optimis dalam berinvestasi, sehingga dapat mendorong penguatan pasar saham, termasuk IHSG di Indonesia.
Data Ekonomi Jepang dan Dampaknya
Dari Asia, data ekonomi Jepang menunjukkan upah riil turun selama tiga bulan berturut-turut akibat tekanan inflasi, meskipun belanja konsumen meningkat melampaui ekspektasi. Upah nominal naik 2,1 persen year on year (yoy) pada Maret 2025, melambat dari 2,7 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.
Penurunan upah riil di Jepang memberikan gambaran tantangan ekonomi yang dihadapi negara tersebut. Meskipun belanja konsumen meningkat, daya beli konsumen tetap tertekan akibat inflasi. Kondisi ini perlu menjadi perhatian bagi investor global.
Data ekonomi Jepang ini memberikan konteks yang lebih luas terhadap kinerja IHSG. Meskipun IHSG menguat, kondisi ekonomi global tetap dinamis dan perlu dipantau secara berkelanjutan.
Cadangan Devisa Indonesia dan Kinerja Sektoral
Cadangan devisa Indonesia periode April 2025 turun tajam menjadi 152,5 miliar dolar AS, atau berkurang 4,6 miliar dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini perlu diwaspadai, meskipun tidak secara langsung mempengaruhi kinerja IHSG pada hari tersebut.
Dari sisi sektoral, sektor kesehatan memimpin penguatan dengan kenaikan 0,50 persen, diikuti sektor energi yang naik 0,04 persen. Sebaliknya, sektor industri mengalami penurunan terbesar, yaitu 0,96 persen, disusul sektor barang konsumen non primer dan transportasi & logistik.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar antara lain TAYS, MPOW, SKBM, JATI, dan UVCR. Sebaliknya, saham-saham yang melemah signifikan adalah PPRI, DKHH, PNLF, TGUK, dan PNBN. Pergerakan saham ini mencerminkan sentimen pasar terhadap kinerja masing-masing perusahaan.
Frekuensi perdagangan saham mencapai 1.109.581 kali transaksi, dengan volume perdagangan 19,14 miliar lembar saham senilai Rp8,98 triliun. Sebanyak 247 saham naik, 341 saham turun, dan 217 saham stagnan.
Secara keseluruhan, IHSG ditutup menguat didorong oleh optimisme kesepakatan dagang AS-China dan kebijakan moneter The Fed. Namun, perlu diwaspadai berbagai faktor eksternal dan domestik yang dapat mempengaruhi kinerja IHSG ke depannya.