Indonesia First: Strategi Berdikari di Tengah Guncangan Global
Irman Gusman, mantan Ketua DPD RI, mengusulkan strategi 'Indonesia First' untuk menghadapi ketidakpastian global, menekankan pentingnya kemandirian ekonomi dan pemberdayaan UMKM.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Artikel ini membahas strategi 'Indonesia First' yang diusulkan oleh Irman Gusman, mantan Ketua DPD RI, sebagai respons terhadap ketidakpastian ekonomi global yang disebabkan oleh kebijakan proteksionis berbagai negara, khususnya Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump. Artikel ini ditulis pada April 2024 dan menganalisis perlunya Indonesia untuk kembali berfokus pada kekuatan ekonomi dalam negeri. Hal ini penting karena ketidakpastian global membuat setiap negara memprioritaskan kepentingan nasionalnya sendiri, dan Indonesia perlu memperkuat ketahanan ekonomi domestiknya.
Kondisi global saat ini ditandai dengan meningkatnya persaingan kekuatan dunia dan ketidakpastian ekonomi. Kebijakan 'America First' dan 'China First' menunjukkan tren proteksionisme global. Oleh karena itu, Indonesia perlu mengadopsi strategi 'Indonesia First' untuk melindungi kepentingan nasionalnya dan memperkuat perekonomian dalam negeri. Ketidakpastian ekonomi global ini mengharuskan Indonesia untuk kembali fokus pada kekuatan ekonomi dalam negeri.
Strategi 'Indonesia First' bukanlah hal baru. Konsep ini telah ada sejak era Presiden Soekarno, yang menekankan kemandirian ekonomi. Namun, implementasinya terhambat. Artikel ini mengusulkan langkah-langkah konkret untuk merealisasikan strategi ini, termasuk reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas produk dalam negeri. Dengan menerapkan strategi ini, Indonesia diharapkan dapat menghadapi guncangan ekonomi global dan mencapai kemakmuran.
Kebijakan 'Indonesia First': Menggali Potensi Dalam Negeri
Strategi 'Indonesia First' menekankan pentingnya memperkuat pasar domestik dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Hal ini dapat dicapai melalui berbagai langkah, termasuk pembenahan rantai pasok, pengurangan biaya logistik, dan peningkatan kualitas produk. Contoh negara lain seperti Malaysia dan Australia yang telah berhasil menerapkan strategi serupa juga dibahas dalam artikel ini.
Irman Gusman menyarankan perubahan nomenklatur Kementerian Perdagangan menjadi Kementerian Perdagangan Dalam Negeri, dan perluasan tugas Kementerian Luar Negeri menjadi Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Internasional. Langkah ini bertujuan untuk lebih memfokuskan perhatian pada pasar domestik dan ekspor produk Indonesia. Dengan demikian, Indonesia dapat memanfaatkan potensi pasar dalam negeri yang besar dan meningkatkan daya saing di pasar internasional.
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga menjadi kunci keberhasilan strategi 'Indonesia First'. UMKM memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia, baik dalam kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) maupun penyerapan tenaga kerja. Pemerintah perlu memberikan dukungan yang lebih besar kepada UMKM agar dapat bersaing di pasar global.
Pentingnya peningkatan kualitas produk dalam negeri juga ditekankan. Hilirisasi dan riset industri perlu ditingkatkan untuk menghasilkan produk-produk yang berdaya saing tinggi dan memiliki nilai tambah. Hal ini juga akan meningkatkan jumlah paten dalam negeri.
Membangun Kemandirian Ekonomi: Peran Wirausaha dan Inovasi
Berdikari secara ekonomi juga berarti mengimplementasikan Pasal 33 UUD 1945, yang menekankan perekonomian sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Hal ini membutuhkan pemberdayaan koperasi dan UMKM agar menjadi unit usaha yang mandiri dan berskala besar.
Peningkatan budaya kewirausahaan juga sangat penting. Pendidikan kewirausahaan perlu diperluas ke semua jenjang pendidikan untuk menghasilkan lebih banyak wirausahawan yang mampu menciptakan nilai tambah. Indonesia masih tertinggal dalam hal rasio kewirausahaan dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara.
Biaya logistik yang tinggi di Indonesia juga menjadi kendala dalam meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Pengurangan biaya logistik dan pembenahan supply chain menjadi hal yang perlu segera diatasi.
Selain itu, peningkatan kualitas SDM dan inovasi teknologi juga menjadi kunci keberhasilan strategi 'Indonesia First'. Indonesia perlu melakukan lompatan besar dalam pemanfaatan teknologi dan pengembangan kapasitas SDM andal.
Menuju Indonesia Emas: Peran Kepemimpinan dan Reformasi
Realisasi visi berdikari membutuhkan kepemimpinan yang andal dan reformasi birokrasi yang komprehensif. Pemilihan orang-orang yang tepat untuk posisi strategis sangat penting untuk keberhasilan implementasi strategi 'Indonesia First'.
Reformasi birokrasi perlu dilakukan di semua sektor, termasuk sipil, militer, kepolisian, dan hukum. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Jakarta juga diperlukan untuk mengurangi beban ibu kota dan menciptakan pemerataan pembangunan.
Dengan menerapkan strategi 'Indonesia First' yang komprehensif, Indonesia dapat menghadapi tantangan global dan mencapai kemakmuran bagi seluruh rakyatnya. Kepemimpinan yang kuat, reformasi birokrasi, dan pemberdayaan UMKM menjadi kunci keberhasilan strategi ini. Indonesia perlu menghindari "Indonesia Cemas" dan mewujudkan "Indonesia Emas".
"Seorang pemimpin hanya sebaik orang-orang yang dipilih, dimotivasi, dan diberdayakannya. Sebaik apa pun seorang pemimpin, dia tak akan bisa merealisasikan visi dan misinya apabila tak didukung oleh orang-orang yang tepat." - Irman Gusman