Indonesia Luncurkan Program Skrining Kesehatan Gratis: Sasar 280 Juta Warga
Pemerintah Indonesia meluncurkan program skrining kesehatan gratis untuk 280 juta warga guna mencegah penyakit dan mengurangi biaya pengobatan yang tinggi, dengan fokus pada deteksi dini berbagai penyakit, termasuk masalah kesehatan mental.
Pemerintah Indonesia akan memulai program skrining kesehatan gratis pada Februari 2024. Program andalan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto ini menargetkan sekitar 280 juta penduduk Indonesia. Inisiatif ini bertujuan mengurangi pengeluaran besar untuk pengobatan penyakit-penyakit yang sebenarnya bisa dicegah sejak dini.
Sasaran Utama dan Cakupan Skrining
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa program ini memprioritaskan sekitar 200 juta warga Indonesia, terutama dari kalangan ekonomi bawah yang belum pernah menjalani skrining kesehatan sebelumnya. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa hanya 39,8 persen populasi yang pernah menjalani skrining penyakit menular. Lebih jauh lagi, banyak individu di atas usia 20 tahun yang belum pernah melakukan pemeriksaan kesehatan dasar.
Data juga mengungkapkan bahwa 80,82 persen belum pernah mengukur lingkar pinggang, 62,6 persen belum pernah memeriksa kadar gula darah, 61,6 persen belum pernah memeriksa kadar kolesterol, 36,61 persen belum pernah memantau berat badan, dan 32,6 persen belum pernah mengukur tekanan darah. Kementerian Kesehatan berharap setidaknya 100 juta orang akan memanfaatkan program skrining gratis ini di tahun pertama pelaksanaannya.
Kategori dan Metode Skrining
Skrining akan dibagi dalam tiga kategori: skrining pada hari ulang tahun anak usia 0-6 tahun dan orang berusia 18 tahun ke atas; skrining di sekolah setiap tahun ajaran baru untuk anak usia 7-17 tahun; dan skrining khusus untuk ibu hamil dan bayi baru lahir. Skrining akan dilakukan di 10 ribu puskesmas dan kemungkinan 15-20 ribu klinik swasta. Masyarakat dapat mengakses layanan ini melalui aplikasi SatuSehat.
Selain mengunduh aplikasi SatuSehat, Menteri Sadikin juga menghimbau masyarakat untuk terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan guna mempersiapkan tindak lanjut pengobatan berdasarkan hasil skrining. Pemerintah mengalokasikan Rp4,7 triliun untuk program ini dan bertujuan menjangkau 60 juta orang Indonesia di tahun ini.
Penyakit yang Menjadi Fokus Skrining
Program skrining kesehatan gratis ini dirancang untuk setiap siklus hidup, berdasarkan berbagai masalah kesehatan di berbagai kelompok umur yang teridentifikasi dalam Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Pada bayi dan balita, angka stunting tercatat 21,5 persen dan wasting 8,5 persen. Pada anak sekolah dan remaja, ditemukan masalah seperti merokok (7,4 persen), anemia (15,6 persen), dan masalah kesehatan mental (34,9 persen).
Kondisi yang lebih serius ditemukan pada orang dewasa, seperti obesitas (23,4 persen), hipertensi (30,8 persen), dan diabetes melitus tipe 1 (DM1) (1,6 persen). Pada bayi, penyebab kematian terbesar adalah gangguan neonatal, yang dalam beberapa kasus dapat dicegah. Penyebab kematian seperti penyakit menular seksual (kecuali HIV), infeksi saluran pernapasan bawah, diare, dan tetanus juga dapat dicegah. Sementara itu, untuk remaja, dewasa, dan lansia, kanker adalah penyebab kematian yang dapat dicegah.
Anemia menjadi perhatian khusus pada remaja. Oleh karena itu, pemerintah memasukkan skrining anemia dan talasemia dalam program untuk siswa SMP. Pada dewasa dan lansia, beberapa penyakit penyebab kematian, termasuk penyakit jantung, stroke, diabetes melitus, dan tuberkulosis, dapat dicegah. Penyakit pernapasan bawah juga menjadi sorotan untuk skrining pada dewasa, sedangkan pada lansia, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan sirosis menyebabkan kematian tertinggi.
Biaya Pengobatan dan Faktor Risiko
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan bahwa pada tahun 2023, biaya pengobatan penyakit katastrofik seperti stroke, talasemia, dan sirosis hati mencapai Rp34,8 triliun. Angka ini semakin menggarisbawahi pentingnya skrining kesehatan gratis bagi masyarakat. Penyakit jantung dan stroke adalah yang paling mahal untuk diobati, dengan total biaya pengobatan mencapai Rp22,8 triliun.
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko beban penyakit tertinggi, baik secara global maupun nasional. Data dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) 2021 memperkirakan jumlah kasus tekanan darah tinggi mencapai 225 juta secara global dan sekitar 13 juta di Indonesia. Merokok menjadi salah satu kontributor morbiditas global. Oleh karena itu, skrining merokok akan dimulai dari tingkat sekolah dasar (usia 5-6 tahun).
Skrining Kesehatan Mental
Program skrining kesehatan gratis juga akan memeriksa masalah kesehatan mental, karena seringkali kurang terdeteksi dan terdiagnosis. Berdasarkan laporan WHO, satu dari delapan orang di dunia mengalami gangguan mental. Dengan perbandingan tersebut, Indonesia mungkin memiliki 28 juta orang dengan gangguan mental. Karena penyakit ini masih menjadi stigma, banyak orang takut untuk terbuka. Kementerian Kesehatan akan melakukan intervensi untuk mengatasi masalah ini.
Pemeriksaan kesehatan mental sama pentingnya dengan skrining kesehatan dasar, seperti tes darah. Kementerian Kesehatan akan menggunakan kuesioner untuk mengidentifikasi berbagai jenis masalah kesehatan mental, seperti ADHD, bulimia, gangguan makan, autisme, dan gangguan neurologis. Perawatan untuk penyakit tersebut dapat mencakup konsultasi dengan psikolog dan pengobatan. Kementerian Kesehatan sedang memperluas layanan kesehatan mental di puskesmas untuk menawarkan konsultasi psikologis.
Kesimpulan
SKI 2023 mencatat prevalensi gejala depresi tertinggi pada kelompok usia muda 15-24 tahun, perempuan, individu dengan pendidikan SMP atau lebih rendah, pengangguran, mereka yang masih sekolah, dan pekerja tanpa keterampilan khusus. Di tingkat nasional, prevalensi depresi di semua kelompok umur tercatat sebesar 1,4 persen. Prevalensi tertinggi berada di Jawa Barat, sementara terendah di Bali. Hanya 10,4 persen anak muda dengan depresi yang mencari pengobatan. Dengan memberikan skrining gratis, diharapkan masyarakat akan menyadari pentingnya menjaga aset paling berharga mereka: kesehatan.