Indonesia Tegaskan Komitmen Perdagangan Berkelanjutan di APEC MRT
Menteri Perdagangan RI Budi Santoso menegaskan komitmen Indonesia terhadap perdagangan berkelanjutan dan berkeadilan di Pertemuan APEC MRT 2025 di Korea Selatan, mendorong kolaborasi global untuk mengatasi tantangan ekonomi global.
Menteri Perdagangan Republik Indonesia (Mendag RI), Budi Santoso, dengan tegas menyampaikan komitmen Indonesia dalam memperkuat agenda keberlanjutan perdagangan pada Sesi III Pertemuan Para Menteri Perdagangan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC Ministers Responsible for Trade/APEC MRT) 2025. Pertemuan yang berlangsung di Jeju, Korea Selatan, pada Jumat (16/5) ini menjadi panggung bagi Indonesia untuk menunjukkan keseriusannya dalam membangun perdagangan yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, Mendag Budi menekankan pentingnya agenda keberlanjutan sebagai perekat ekonomi kawasan. Ia menyatakan, "Indonesia siap untuk terus bekerja sama dengan seluruh mitra dalam mewujudkan visi bersama, yaitu perdagangan yang berkelanjutan dan berkeadilan." Pernyataan ini menunjukkan komitmen nyata Indonesia untuk berkolaborasi dengan negara-negara APEC lainnya dalam mencapai tujuan bersama.
Namun, Mendag Budi juga mengingatkan pentingnya agar upaya menuju perdagangan berkelanjutan tidak menjadi penghalang bagi perekonomian negara berkembang. Ia menyerukan dialog terbuka, transparan, dan inklusif untuk menghindari proteksionisme modern yang dapat merugikan negara-negara berkembang. Penguatan kapasitas para pemangku kepentingan juga dianggap krusial dalam mencapai keseimbangan ini.
Perdagangan Berkelanjutan: Solusi di Tengah Tantangan Global
Perdagangan berkelanjutan diangkat sebagai solusi tepat di tengah berbagai tantangan global yang kompleks. Perubahan iklim, fragmentasi geopolitik, dan ketimpangan sosial yang semakin tajam memberikan tekanan signifikan terhadap tatanan ekonomi global. Krisis-krisis yang saling berkaitan ini membutuhkan komitmen bersama, semangat kolaborasi, dan inovasi berkelanjutan dari seluruh negara anggota APEC.
Indonesia sendiri telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam tata kelola lingkungan hidup. Hingga Desember 2024, Indonesia telah berhasil melakukan restorasi lahan gambut seluas 1,6 juta hektare di area konsensi dan rehabilitasi mangrove seluas 150.000 hektare. Upaya ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Selain itu, Indonesia juga aktif dalam inovasi dan pengembangan untuk melindungi lingkungan dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Sebagai contoh, peluncuran Bursa Karbon Nasional pada 2023 di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan insentif berbasis pasar untuk upaya penurunan emisi. Inisiatif ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam memanfaatkan mekanisme pasar untuk mencapai tujuan lingkungan.
Indonesia juga gencar mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Target pembangunan lebih dari 32.000 stasiun pengisian daya kendaraan listrik (electric vehicle/EV) pada 2030 menunjukkan ambisi Indonesia dalam transisi energi berkelanjutan. Saat ini, lebih dari 3.300 stasiun pengisian daya telah beroperasi.
Kebijakan Lingkungan sebagai Katalis Inovasi
Mendag Budi menegaskan keyakinan Indonesia bahwa keberlanjutan dan perdagangan harus saling mendukung. "Indonesia percaya, keberlanjutan dan perdagangan harus saling mendukung. Kebijakan lingkungan yang diterapkan dengan tepat dapat menjadi katalis inovasi, mendorong ketangguhan ekonomi, serta membuka peluang baru dalam rantai pasok global," ujarnya. Pernyataan ini menekankan pentingnya integrasi kebijakan lingkungan dan perdagangan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kesimpulannya, partisipasi aktif Indonesia dalam APEC MRT 2025 menunjukkan komitmen kuat negara dalam mendorong perdagangan berkelanjutan dan berkeadilan di kawasan Asia Pasifik. Dengan berbagai inisiatif dan komitmen yang telah ditunjukkan, Indonesia berharap dapat berkontribusi dalam menciptakan sistem perdagangan global yang lebih adil, tangguh, dan ramah lingkungan.