Inflasi Indonesia Terkendali di April 2025: Daya Beli Masyarakat Menurun?
Ekonom ungkap inflasi IHK Indonesia di April 2025 terkendali di angka 1,95 persen (yoy), namun hal ini mengindikasikan melemahnya daya beli masyarakat, terutama kelas menengah bawah.
Jakarta, 2 Mei 2025 - Inflasi di Indonesia pada bulan April 2025 tercatat relatif rendah dan terkendali, demikian disampaikan oleh ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 1,17 persen month to month (mtm) dan 1,95 persen year on year (yoy). Kenaikan harga emas akibat eskalasi perang dagang AS-China dan berakhirnya diskon listrik pemerintah menjadi faktor yang memengaruhi angka inflasi ini. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan: Apakah inflasi yang rendah ini menandakan kondisi ekonomi yang sehat atau justru sebaliknya?
Meskipun angka inflasi terbilang rendah, Hans Kwee memberikan pandangan yang menarik. Menurutnya, angka inflasi yang rendah ini justru mengindikasikan melemahnya daya beli masyarakat, terutama di kalangan menengah bawah. Hal ini diperkuat dengan pernyataan bahwa pasca periode Ramadhan dan Lebaran, harga-harga komoditas makanan relatif terkendali. Kondisi ini menunjukkan adanya penurunan permintaan yang signifikan.
Kesimpulan yang disampaikan oleh Hans Kwee ini cukup mengejutkan. Rendahnya inflasi yang biasanya dianggap sebagai kabar baik, dalam konteks ini justru menjadi indikator potensi masalah ekonomi yang lebih dalam. Perlu adanya analisis lebih lanjut untuk memahami secara menyeluruh dampak dari fenomena ini terhadap perekonomian Indonesia.
Inflasi Emas dan Komoditas Lainnya
Salah satu faktor yang berkontribusi signifikan terhadap inflasi April 2025 adalah kenaikan harga emas. Emas tercatat sebagai komoditas dengan andil tertinggi terhadap inflasi bulanan, mencapai 0,52 persen. Hal ini dipicu oleh meningkatnya eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China. "Emas naik karena perang dagang dan mulai turun setelah pasar berharap ada kompromi dagang," jelas Hans Kwee. Kenaikan harga emas ini mencapai 10,52 persen (mtm), menjadi yang tertinggi sejak September 2020, menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini.
Selain emas, komoditas lain yang turut berkontribusi terhadap inflasi antara lain ikan segar (0,14 persen), tarif air minum PAM (0,14 persen), kopi bubuk (0,11 persen), dan minyak goreng (0,11 persen). Meskipun kontribusi masing-masing komoditas ini relatif kecil dibandingkan emas, namun secara keseluruhan tetap memengaruhi angka inflasi bulanan.
Kondisi ini menunjukkan kompleksitas faktor-faktor yang memengaruhi inflasi di Indonesia. Tidak hanya faktor eksternal seperti perang dagang, tetapi juga faktor internal seperti daya beli masyarakat perlu diperhatikan secara seksama.
Analisis Lebih Lanjut Diperlukan
Meskipun inflasi IHK Indonesia pada April 2025 terbilang rendah dan terkendali, perlu dilakukan analisis lebih mendalam untuk memahami implikasi dari angka tersebut. Rendahnya inflasi dapat menjadi indikator melemahnya daya beli masyarakat, yang perlu diwaspadai oleh pemerintah. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Data BPS menunjukkan bahwa inflasi komponen makanan terkendali pasca Lebaran. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada potensi kenaikan harga, tekanan inflasi masih dapat dikendalikan. Namun, perlu dipantau secara ketat untuk mencegah potensi lonjakan harga di masa mendatang.
Kesimpulannya, angka inflasi yang rendah di bulan April 2025 perlu dikaji lebih lanjut. Meskipun angka tersebut menunjukkan stabilitas ekonomi secara makro, indikasi melemahnya daya beli masyarakat perlu menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan.
Pemerintah perlu melakukan evaluasi terhadap kebijakan ekonomi yang telah diterapkan dan merumuskan strategi untuk meningkatkan daya beli masyarakat, khususnya di kelas menengah bawah, guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.