Iran Siap Beri Jaminan Program Nuklir Damai, AS Diminta Cabut Sanksi
Iran menawarkan jaminan program nuklirnya damai kepada AS, tetapi prioritas utama Teheran tetap pada pencabutan sanksi ekonomi.
Wakil Ketua Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Abbas Moqtadaei, mengumumkan kesiapan negaranya memberikan jaminan kepada Amerika Serikat (AS) bahwa program nuklir Iran bersifat damai. Pernyataan ini disampaikan pada Minggu (11/5), di tengah perundingan tidak langsung antara kedua negara di Muscat, Oman. Namun, Moqtadaei menegaskan bahwa tujuan utama perundingan tetap pada penghapusan sanksi ekonomi AS terhadap Iran.
Moqtadaei menekankan bahwa tawaran jaminan ini bukan merupakan bentuk kemunduran, melainkan bagian dari kebijakan makroekonomi Iran. Ia mengutip kantor berita resmi Iran, SNN, yang menyatakan, "Kami... telah menyatakan bahwa Iran berkomitmen pada aktivitas nuklir yang damai, dan kami siap memberikan jaminan yang diperlukan terkait hal tersebut. Namun hal itu sama sekali bukan bentuk kemunduran, melainkan bagian dari kebijakan makroekonomi kami." Pernyataan ini muncul setelah serangkaian perundingan tidak langsung antara Iran dan AS, yang dimulai setelah surat dari mantan Presiden AS Donald Trump kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Perundingan yang berlangsung di Muscat merupakan putaran keempat, menyusul putaran sebelumnya di Muscat dan Roma. Perundingan ini dilatarbelakangi oleh surat Trump yang menawarkan kesepakatan baru terkait program nuklir Iran, namun juga mengancam penggunaan kekuatan militer jika upaya diplomatik gagal. Iran menolak dialog langsung, namun tetap membuka jalur komunikasi melalui perundingan tidak langsung. Situasi ini kompleks dan penuh dinamika, mengingat sejarah hubungan AS-Iran yang penuh pasang surut.
Perundingan Nuklir Iran-AS: Jaminan Damai vs. Sanksi Ekonomi
Pernyataan Moqtadaei memberikan sedikit cahaya di tengah ketegangan hubungan AS-Iran. Meskipun Iran siap memberikan jaminan atas sifat damai program nuklirnya, prioritas utama Teheran tetap pada pencabutan sanksi ekonomi AS. Hal ini menunjukkan betapa beratnya beban sanksi bagi perekonomian Iran dan seberapa pentingnya penghapusan sanksi bagi Teheran.
Moqtadaei juga mengingatkan publik agar tidak terpengaruh oleh "sensasi" yang disebarluaskan media Barat terkait perundingan ini. Hal ini menunjukkan adanya kecurigaan Iran terhadap narasi media Barat dan upaya untuk mengontrol informasi yang beredar.
Perundingan ini berlangsung dalam konteks sejarah yang rumit. Pada tahun 2015, Iran menandatangani perjanjian nuklir dengan sejumlah negara, termasuk AS, yang mengharuskan Iran mengurangi program nuklirnya sebagai imbalan pencabutan sanksi internasional. Namun, AS menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2018 di bawah pemerintahan Trump, kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran, dan menyebabkan perjanjian tersebut runtuh.
Sebagai respons, Iran mengurangi komitmennya dalam perjanjian tersebut, termasuk mencabut batasan atas penelitian nuklir dan tingkat pengayaan uranium. Situasi ini menciptakan ketidakpastian dan ketegangan geopolitik yang signifikan.
Konteks Perjanjian Nuklir 2015 dan Implikasinya
- Perjanjian nuklir 2015 (JCPOA) melibatkan Iran, P5+1 (lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman), dan Uni Eropa.
- Perjanjian tersebut bertujuan membatasi program nuklir Iran sebagai imbalan pencabutan sanksi internasional.
- Penarikan AS dari JCPOA pada 2018 menyebabkan runtuhnya perjanjian dan peningkatan ketegangan.
- Iran menanggapi penarikan AS dengan mengurangi komitmennya terhadap perjanjian tersebut.
Perundingan saat ini merupakan upaya untuk menemukan jalan keluar dari kebuntuan tersebut. Meskipun Iran menawarkan jaminan atas program nuklirnya, fokus utama Teheran tetap pada pencabutan sanksi ekonomi. Keberhasilan perundingan ini akan bergantung pada kemampuan kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang memenuhi kepentingan masing-masing.
Masa depan perundingan ini masih belum pasti. Namun, pernyataan Iran yang bersedia memberikan jaminan atas program nuklirnya memberikan secercah harapan bagi tercapainya solusi diplomatik. Keberhasilan perundingan ini akan berdampak besar pada stabilitas regional dan global.