Itera Lampung: Dua Guru Besar Baru Dorong Perencanaan Wilayah dan Kota yang Berkelanjutan
Institut Teknologi Sumatera (Itera) menambah dua guru besar baru di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota, Prof. Harkunti dan Prof. Ibnu, yang fokus pada pengurangan risiko bencana dan transportasi berkelanjutan.
Institut Teknologi Sumatera (Itera) di Lampung Selatan, baru saja menambah dua profesor baru di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK). Kedua guru besar ini, Prof. Harkunti Pertiwi Rahayu, Ph.D., dan Prof. Ibnu Syabri, B.Sc., M.Sc., Ph.D., diresmikan pada Sabtu, 3 Mei 2024. Penambahan ini diharapkan dapat mempercepat perkembangan Itera, memperluas jaringan nasional dan internasional, serta berkontribusi signifikan pada pembangunan di Lampung dan Indonesia.
Rektor Itera, Prof. Nyoman Pugeg Aryantha, menyatakan bahwa penambahan dua guru besar ini merupakan langkah penting bagi kemajuan Itera. Ia menekankan bahwa kedua profesor tidak hanya unggul dalam keilmuan, tetapi juga aktif dalam riset dan pengembangan strategis yang relevan dengan tantangan terkini, terutama di bidang perencanaan wilayah dan kota. Kepala Badan Pengelolaan Sumber Daya Provinsi Lampung, Muhammad Alhusnuriski, juga menyampaikan apresiasinya atas pencapaian membanggakan ini, menyebut Itera sebagai 'mercusuar intelektual' bagi Provinsi Lampung.
Kedua guru besar tersebut memiliki keahlian yang saling melengkapi dan sangat relevan dengan permasalahan pembangunan di Indonesia. Prof. Harkunti fokus pada pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan, sementara Prof. Ibnu mengkhususkan diri pada infrastruktur transportasi berkelanjutan. Keahlian mereka diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam pengembangan kebijakan dan strategi pembangunan yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
Pengurangan Risiko Bencana dalam Perencanaan Wilayah dan Kota
Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Harkunti Pertiwi Rahayu mengangkat tema "Membangun Ketangguhan Bangsa melalui Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dalam Perencanaan Wilayah dan Kota". Ia menekankan pentingnya integrasi prinsip pengurangan risiko bencana (PRB) ke dalam kebijakan tata ruang dan pembangunan untuk mencegah kerentanan baru di tengah meningkatnya intensitas bencana. Prof. Harkunti juga menyoroti isu-isu kritis seperti penguatan sistem peringatan dini yang inklusif, konvergensi PRB-API (adaptasi perubahan iklim), dan pengarusutamaan PRB dari pendekatan berbasis hazard menuju pendekatan berbasis proyek.
Menurutnya, pendekatan holistik dan berbasis bukti sangat penting dalam menghadapi tantangan bencana. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi dan partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana. Dengan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi, diharapkan Indonesia dapat membangun ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana alam.
Salah satu poin penting yang diangkat Prof. Harkunti adalah perlunya sistem peringatan dini yang inklusif, terutama bagi penyandang disabilitas. Hal ini menunjukkan komitmennya untuk memastikan bahwa semua lapisan masyarakat mendapatkan perlindungan yang sama dalam menghadapi bencana.
Transportasi Berkelanjutan: Mengurangi Dependensi Spasial
Prof. Ibnu Syabri, dalam orasi ilmiahnya yang berjudul "Jejak Transportasi di Tapak Kota dan Wilayah: Mengurangi Dependensi Spasial Guna Lahan untuk Perencanaan Transportasi Berkelanjutan", menekankan pentingnya pembangunan sistem transportasi yang efisien dan hemat lahan. Ia mendorong penggunaan alat analisis berbasis data sains, seperti *big data*, *machine learning*, dan *artificial intelligence* (AI), untuk mendukung transportasi hijau di Indonesia.
Prof. Ibnu juga membahas konsep dependensi spasial dalam sistem transportasi melalui pemodelan *spatial flow dependence*. Ia menjelaskan bahwa masalah logistik dan kemacetan bukan hanya soal volume, tetapi juga berkaitan dengan struktur spasial aliran barang. Tanpa konsolidasi dan koordinasi spasial yang baik, sistem transportasi akan terus menghasilkan inefisiensi dan tekanan lingkungan.
Pendekatan yang diusung Prof. Ibnu bertujuan membangun sistem transportasi dan logistik yang inklusif, adil, dan berkelanjutan. Penggunaan teknologi dan data sains diharapkan dapat membantu dalam perencanaan dan pengelolaan transportasi yang lebih efektif dan efisien.
Kesimpulannya, kehadiran dua guru besar baru di Itera ini merupakan aset berharga bagi pengembangan perencanaan wilayah dan kota di Indonesia. Keahlian dan fokus riset mereka yang saling melengkapi akan memberikan kontribusi signifikan dalam menciptakan pembangunan yang lebih berkelanjutan dan tangguh terhadap berbagai tantangan, termasuk bencana alam dan permasalahan transportasi.