Kemenperin Kajian Dampak Indonesia Gabung BRICS: Potensi dan Tantangan
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah mengkaji dampak positif dan negatif bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS, sebuah blok ekonomi berpengaruh yang mencakup 40% populasi dan 35% PDB global.
Indonesia resmi menjadi anggota BRICS, blok ekonomi besar yang beranggotakan Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Kabarnya disampaikan pada Kamis pekan lalu di Jakarta, menimbulkan pertanyaan besar tentang dampaknya bagi sektor industri Indonesia. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pun langsung bergerak cepat.
Juru bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief, menyatakan bahwa saat ini Kemenperin tengah melakukan asesmen menyeluruh terkait dampak keanggotaan Indonesia di BRICS. Proses asesmen ini akan menganalisis secara detail potensi keuntungan dan kerugian bagi industri dalam negeri.
Proses pengkajian ini mencakup dampak positif dan negatif. Asesmen yang dilakukan Kemenperin diharapkan dapat memberikan gambaran komprehensif tentang bagaimana keanggotaan BRICS akan membentuk lanskap industri Indonesia ke depannya. Hal ini penting untuk menentukan strategi dan kebijakan yang tepat.
Menlu RI, Retno Marsudi, sebelumnya menjelaskan bahwa bergabungnya Indonesia di BRICS tak hanya untuk keuntungan ekonomi semata. Indonesia juga berupaya menjembatani kepentingan negara maju dan berkembang dalam berbagai forum internasional. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam membangun kerja sama global yang konstruktif.
Kemlu RI juga menegaskan bahwa Indonesia akan selalu menerapkan pendekatan kolaboratif dalam kerja sama internasional, termasuk dalam BRICS. Tujuannya adalah untuk mewujudkan kedaulatan Indonesia dan kesejahteraan rakyat, sesuai amanat UUD 1945. Hal ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam memanfaatkan BRICS secara optimal.
BRICS sendiri merupakan kekuatan ekonomi global yang signifikan. Organisasi ini mewakili 40 persen populasi dunia dan 35 persen Produk Domestik Bruto (PDB) global. Angka-angka tersebut menunjukkan betapa besar pengaruh BRICS dalam perekonomian dunia. Keanggotaan Indonesia diyakini dapat meningkatkan peran Indonesia di kancah internasional.
BRICS yang awalnya beranggotakan lima negara pada tahun 2009, kini telah berkembang pesat. Pada Oktober 2024, sebanyak 13 negara baru bergabung, termasuk Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Perluasan keanggotaan ini menunjukkan peningkatan peran BRICS dalam tata ekonomi dunia. Indonesia diharapkan dapat memperoleh banyak manfaat dari bergabungnya dengan BRICS.
Kesimpulannya, bergabungnya Indonesia dalam BRICS menyimpan potensi besar bagi sektor industri. Namun, Kemenperin akan terus melakukan kajian mendalam untuk memastikan Indonesia dapat memaksimalkan manfaat dan meminimalisir risiko. Hasil kajian ini akan menjadi dasar bagi kebijakan pemerintah untuk mendukung perkembangan industri nasional di tengah dinamika ekonomi global.