Longsor Serang Diduga Picu Proyek Geotermal: Walhi Desak Penolakan
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menduga proyek geotermal menjadi pemicu longsor di Serang, Banten, dan mendesak penolakan proyek tersebut demi mencegah bencana lebih besar.
Banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Serang, Banten, diduga kuat dipicu oleh akses proyek geotermal. Hal ini disampaikan oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyusul kejadian longsor terparah yang terjadi di Kecamatan Padarincang. Kejadian ini terjadi pada tanggal 17 Maret 2024, dan menimbulkan kekhawatiran akan dampak jangka panjang proyek geotermal terhadap lingkungan sekitar.
Direktur Eksekutif Walhi, Suci Fitria Tanjung, menyatakan bahwa aktivitas eksplorasi geotermal, meskipun masih dalam tahap awal, sudah berdampak pada lingkungan. Ia menjelaskan, "Kalau dilihat dari longsorannya, pasti geotermal punya kontribusi. Kita tau hukum alam itu kan sederhana." Walhi menilai, kondisi alam yang alami dengan vegetasi yang baik akan mampu menyerap air hujan dengan baik, sehingga longsor tidak akan terjadi.
Kejadian longsor di Padarincang, menurut Suci, merupakan dampak awal dari proyek geotermal. Jika proyek ini tetap dilanjutkan, dikhawatirkan akan merusak sumber air dan ekosistem di wilayah tersebut. Walhi menekankan pentingnya masyarakat tetap menolak proyek geotermal meskipun longsor kali ini tidak menimbulkan korban jiwa. "Walaupun saat longsor tidak ada korban jiwa, kejadian ini seharusnya menjadi kesiapsiagaan bagi masyarakat untuk tetap menolak geotermal," tegas Suci.
Dampak Lingkungan Proyek Geotermal
Suci Fitria Tanjung juga mengkritik narasi pemerintah yang selalu menyalahkan hujan sebagai penyebab longsor. Ia berpendapat bahwa pemerintah seharusnya lebih memperhatikan faktor lain, seperti rusaknya daya tampung air hujan akibat aktivitas pembangunan. "Kita harus luruskan logika pemerintah, ini bukan salah hujannya, tetapi penampung air hujan itu sudah kehilangan daya tampungnya, maka yang harus dilakukan adalah harus dipulihkan," tegasnya.
Walhi menilai, meskipun skala longsor kali ini tidak besar, kejadian ini harus menjadi peringatan. Jika eksplorasi geotermal terus dipaksakan tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan, bencana yang lebih besar dapat terjadi di masa depan. Oleh karena itu, Walhi mendesak pemerintah untuk menghentikan proyek tersebut dan mengedepankan upaya pelestarian lingkungan.
Lebih lanjut, Suci berharap kejadian ini dapat membuka mata masyarakat yang masih ragu terhadap dampak negatif proyek geotermal. Ia menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sebelum memutuskan untuk menerima atau menolak proyek tersebut.
Ancaman Bencana di Masa Depan
Walhi mengingatkan akan potensi bencana yang lebih besar jika eksplorasi geotermal terus berlanjut tanpa memperhatikan aspek lingkungan. Kerusakan ekosistem dan sumber daya air merupakan ancaman serius yang perlu diantisipasi. Kejadian longsor di Serang menjadi bukti nyata akan dampak negatif aktivitas tersebut.
Organisasi lingkungan hidup ini menyerukan kepada pemerintah dan masyarakat untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan terkait proyek-proyek pembangunan yang berpotensi merusak lingkungan. Prioritas utama seharusnya adalah pelestarian lingkungan dan keselamatan masyarakat.
Kejadian ini juga menjadi momentum untuk mengevaluasi tata kelola lingkungan dan memastikan proyek-proyek pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Hal ini penting untuk mencegah bencana serupa di masa mendatang dan melindungi keselamatan masyarakat.
Kesimpulannya, Walhi mendesak penolakan proyek geotermal di Serang sebagai langkah antisipatif untuk mencegah bencana yang lebih besar di masa depan. Peristiwa longsor ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk lebih memperhatikan aspek lingkungan dalam setiap proyek pembangunan.