Menag Nasaruddin Umar Dorong Program Pemupuk Cinta Antarmanusia: Menuju Ekoteologi yang Lebih Manusiawi
Menteri Agama Nasaruddin Umar mendorong pengembangan program yang memupuk cinta antarmanusia dan alam sebagai dasar ekoteologi, guna meningkatkan kualitas kemanusiaan.
Jakarta, 11 Mei 2024 - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyerukan pengembangan program-program yang memupuk rasa cinta antarmanusia. Hal ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Program Prioritas Bersama Menteri Agama di Jakarta, Ahad lalu. Menag menekankan pentingnya cinta sebagai landasan ekoteologi, sebuah pendekatan yang bertujuan untuk membangun hubungan harmonis antara manusia, sesama makhluk hidup, dan lingkungan.
Menag Nasaruddin menjelaskan bahwa seruan ini dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa teologi yang selama ini berkembang cenderung kurang menyentuh aspek kemanusiaan yang paling dalam. "Kita ingin menampilkan ontologi yang berbeda dari teologi maskulin yang selama ini kita kembangkan, sebuah teologi yang secara konvensional dianut oleh kita semua," ujar Menag Nasaruddin. Ia berharap program-program baru ini dapat mendorong terciptanya kemanusiaan yang lebih utuh dan berkualitas.
Lebih lanjut, Menag mengungkapkan bahwa visi ini bertujuan untuk 'memanusiakan manusia', dan melampaui itu, 'memanusiakan alam semesta, memanusiakan binatang, memanusiakan alam'. Meskipun pernyataan 'memanusiakan alam semesta' mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, Menag menjelaskan bahwa berbagai kitab suci mengajarkan cinta tidak hanya untuk sesama manusia, tetapi juga untuk alam semesta. Hal ini mendorong perlunya pemahaman baru tentang hubungan manusia dengan alam, melampaui pandangan konvensional yang seringkali memandang alam sebagai sekadar objek.
Mewujudkan Ekoteologi melalui Program Pendidikan
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Suyitno, menjelaskan bahwa beberapa program Direktorat Pendidikan Islam, seperti Green Madrasah dan Green Kampus, merupakan langkah konkret dalam mewujudkan ekoteologi dan kurikulum cinta. Program-program ini difokuskan pada pendidikan dan praktik yang ramah lingkungan. "Riset-riset ke depan akan diarahkan kepada riset-riset yang berdampak, mencarikan solusi agar semua kepentingan layanan Kementerian Agama dilakukan penguatan riset dari kampus-kampus maupun LP2M yang ada," tambah Suyitno. Hal ini menunjukkan komitmen Kemenag untuk mendukung riset yang berkontribusi pada pengembangan ekoteologi.
Sementara itu, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sahiron, memaparkan beberapa program yang sedang dikembangkan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam. Program-program tersebut mencakup internasionalisasi perguruan tinggi, peningkatan akreditasi, dan penguatan vokasi. Program-program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan keagamaan di Indonesia dan mempersiapkan lulusan yang mampu berkontribusi pada pembangunan bangsa.
Inisiatif ini menunjukkan komitmen Kementerian Agama untuk mengkaji ulang pendekatan teologi yang selama ini dianut. Dengan fokus pada cinta kasih sebagai landasan, diharapkan dapat tercipta masyarakat yang lebih humanis dan harmonis dengan lingkungannya. Program-program yang dikembangkan diharapkan dapat menjadi katalis perubahan menuju masyarakat yang lebih baik.
Pentingnya Cinta sebagai Landasan Ekoteologi
Gagasan Menag Nasaruddin Umar tentang ekoteologi yang berlandaskan cinta antarmanusia dan alam merupakan langkah progresif dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Konsep ini menekankan pentingnya keseimbangan antara pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan menanamkan nilai-nilai cinta dan kepedulian sejak dini, diharapkan generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sesama.
Implementasi ekoteologi ini membutuhkan kolaborasi berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Pentingnya riset dan pengembangan program yang inovatif juga menjadi kunci keberhasilan. Dengan demikian, diharapkan program-program yang digagas oleh Kementerian Agama dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Kesimpulannya, seruan Menag Nasaruddin Umar untuk mengembangkan program yang memupuk cinta antarmanusia merupakan langkah penting dalam membangun masyarakat yang lebih humanis dan bertanggung jawab. Ekoteologi yang berlandaskan cinta kasih diharapkan dapat menjadi solusi bagi berbagai tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia, termasuk masalah lingkungan dan sosial.