Mendikbudristek Kagum Pulau Penyengat, Tempat Lahir Bahasa Indonesia
Mendikbudristek, Brian Yuliarto, mengunjungi Pulau Penyengat, Kepri, tempat lahir Bahasa Indonesia, dan mengapresiasi upaya pelestarian sejarah dan budaya setempat.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) RI, Brian Yuliarto, melakukan kunjungan bersejarah ke Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, pada Jumat, 25 April 2024. Kunjungan ini bermakna karena Pulau Penyengat dikenal sebagai tempat lahirnya Bahasa Indonesia. Didampingi Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, mantan Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI (Purn) Marsetio, dan Rektor UMRAH, Agung Dhamar Syakti, Mendikbudristek menyaksikan langsung warisan sejarah dan budaya yang begitu kaya di pulau tersebut.
Setibanya di Pulau Penyengat, rombongan menuju Masjid Raya Sultan Riau Lingga untuk menunaikan shalat Jumat bersama masyarakat setempat. Suasana keakraban dan keramahan penduduk Pulau Penyengat begitu terasa, memberikan pengalaman yang berkesan bagi Mendikbudristek dan rombongan. Kunjungan ini bukan sekadar wisata, melainkan juga bentuk penghormatan terhadap sejarah dan budaya bangsa Indonesia.
Reaksi Mendikbudristek terhadap kunjungan ini sangat positif. Beliau mengungkapkan kekagumannya terhadap Pulau Penyengat sebagai tempat asal-usul Bahasa Indonesia yang pertama kali digagas oleh Raja Ali Haji. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya dan sejarah bangsa.
Pentingnya Pelestarian Sejarah dan Budaya di Pulau Penyengat
Dalam kunjungannya, Mendikbudristek Brian Yuliarto menyampaikan apresiasinya terhadap upaya Pemerintah Provinsi Kepri dalam merawat Pulau Penyengat. Beliau juga terkesima dengan keaslian Masjid Raya Sultan Riau Lingga yang masih terjaga hingga saat ini. Keunikan masjid tersebut, yang menggunakan campuran putih telur sebagai perekat bangunan, semakin menambah kekagumannya. Hal ini menunjukkan dedikasi masyarakat dan pemerintah dalam menjaga warisan sejarah yang berharga.
Lebih lanjut, Mendikbudristek menekankan pentingnya menjaga warisan budaya dan sejarah sebagai bagian dari identitas bangsa. Pulau Penyengat, sebagai tempat lahirnya Bahasa Indonesia, memiliki peran penting dalam sejarah perkembangan Indonesia. Oleh karena itu, pelestariannya menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun masyarakat.
Kunjungan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya dan sejarah. Pulau Penyengat tidak hanya sekadar tempat wisata, tetapi juga menyimpan nilai sejarah dan budaya yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Upaya pelestarian yang dilakukan diharapkan dapat menginspirasi daerah lain untuk melakukan hal serupa.
"Saya sangat terkesima bisa menginjakkan kaki di Pulau Penyengat, tempat asal-usul Bahasa Indonesia yang pertama kali digagas oleh Raja Ali Haji," ungkap Mendikbudristek. Beliau juga menambahkan, "Kami sangat mengapresiasi segala upaya yang telah dilakukan pemerintah bersama masyarakat untuk menjaga kekayaan sejarah dan budaya ini."
Keunikan Masjid Raya Sultan Riau Lingga
Masjid Raya Sultan Riau Lingga menjadi salah satu daya tarik utama Pulau Penyengat. Bangunan bersejarah ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu penggunaan campuran putih telur sebagai perekat dalam konstruksinya. Teknik bangunan tradisional ini menunjukkan kearifan lokal dan kecanggihan teknologi masa lalu.
Keberadaan Masjid Raya Sultan Riau Lingga sebagai saksi bisu sejarah perkembangan Islam di Indonesia, semakin memperkuat nilai sejarah dan budaya Pulau Penyengat. Pelestarian masjid ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dan masyarakat dalam menjaga warisan budaya bangsa.
Keaslian bangunan masjid yang masih terjaga hingga kini patut diapresiasi. Hal ini menunjukkan upaya pelestarian yang konsisten dan terjaga dengan baik. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai destinasi wisata religi dan edukasi sejarah.
Dengan adanya kunjungan Mendikbudristek ini, diharapkan dapat meningkatkan perhatian publik terhadap pelestarian Masjid Raya Sultan Riau Lingga dan seluruh warisan budaya di Pulau Penyengat.
Kesimpulan: Kunjungan Mendikbudristek ke Pulau Penyengat menjadi momentum penting dalam upaya pelestarian sejarah dan budaya Indonesia. Apresiasi dan dukungan dari pemerintah sangat penting dalam menjaga warisan berharga ini untuk generasi mendatang. Pulau Penyengat, sebagai tempat lahir Bahasa Indonesia, harus terus dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari identitas bangsa.