Menumpang KK, Realita Pendatang Baru di Jakarta yang Memprihatinkan
Pengamat tata kota ungkap fakta miris: banyak pendatang di Jakarta menumpang KK daripada menyewa tempat tinggal, karena tingginya biaya hidup dan minimnya bekal keterampilan.
Jakarta, 14 April 2024 - Sebuah temuan mengejutkan terungkap mengenai realita kehidupan pendatang baru di Jakarta. Yayat Supriatna, pengamat tata kota, mengungkapkan bahwa banyak pendatang memilih untuk menumpang Kartu Keluarga (KK) alih-alih menyewa tempat tinggal. Fenomena ini terjadi karena tingginya biaya hidup di Jakarta dan minimnya persiapan sebelum mereka merantau ke Ibu Kota.
Menurut Yayat, satu KK bahkan bisa menampung hingga 30 rumah tangga. Kondisi ini menunjukkan betapa sulitnya bagi pendatang untuk mendapatkan tempat tinggal layak dengan biaya yang terjangkau. Hal ini diperparah dengan banyaknya pendatang yang datang ke Jakarta tanpa memiliki surat-surat administrasi kependudukan yang lengkap.
Yayat menambahkan, "Yang beratnya itu adalah dia menggunakan numpang KK. Jadi, satu KK itu bisa dipakai sampai 30 rumah tangga." Kondisi ini menggambarkan betapa besarnya tantangan yang dihadapi para pendatang dalam beradaptasi dengan kehidupan di Jakarta.
Beban Hidup di Jakarta dan Minimnya Persiapan
Tingginya biaya hidup di Jakarta menjadi faktor utama yang menyebabkan banyak pendatang memilih untuk menumpang KK atau mengontrak tempat tinggal yang sederhana. Yayat mencatat, sebanyak 44 persen penduduk Jakarta hidup dengan mengontrak atau menumpang di rumah keluarga. Mereka menghadapi kesulitan ekonomi karena penghasilan yang mereka peroleh belum tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup di kota metropolitan ini.
"Mereka sesudah pindah di Jakarta tambah berat, karena uang yang didapat belum tentu bisa hidup di Jakarta yang sangat mahal," jelas Yayat. Kondisi ini semakin mempersulit mereka untuk memperbaiki kualitas hidup dan berintegrasi dengan masyarakat Jakarta.
Yayat juga menyoroti ketergantungan sebagian pendatang pada bantuan sosial. Menurutnya, mengandalkan bantuan sosial saja tidak akan cukup untuk mencapai kesejahteraan. Mereka perlu memiliki keterampilan dan pekerjaan yang layak untuk dapat bertahan hidup dan hidup sejahtera di Jakarta.
"Misalnya mereka datang hanya berharap bantuan, enggak akan pernah berhasil, sedangkan kalau mereka hanya sekedar datang, cari makan, bisa bertahan namun untuk hidup sejahtera masih jauh," ujarnya. Hal ini menekankan pentingnya persiapan yang matang sebelum memutuskan untuk merantau ke Jakarta.
Imbauan untuk Pendatang Baru
Yayat memberikan imbauan kepada para pendatang agar mempersiapkan diri dengan matang sebelum datang ke Jakarta. Dua hal penting yang harus dipersiapkan adalah pekerjaan yang layak dan tempat tinggal yang memadai. Dengan bekal ini, mereka akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk bersaing dan meraih kesejahteraan di Jakarta.
Berdasarkan data Dinas Dukcapil DKI Jakarta, sebanyak 1.089 pendatang baru masuk ke Jakarta pada periode 8-14 April 2024. Sebanyak 573 di antaranya adalah perempuan dan 516 laki-laki. Jakarta Timur menjadi wilayah tujuan terbanyak, disusul Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan Kepulauan Seribu.
Data ini menunjukkan arus migrasi yang masih terus berlangsung ke Jakarta. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan seluruh pihak terkait untuk memberikan perhatian dan dukungan bagi para pendatang agar mereka dapat beradaptasi dengan baik dan hidup layak di Jakarta.
Kesimpulannya, masalah pendatang yang menumpang KK di Jakarta merupakan gambaran kompleks dari tantangan ekonomi dan sosial yang dihadapi. Persiapan yang matang, keterampilan yang memadai, dan dukungan dari berbagai pihak sangat krusial untuk membantu pendatang mencapai kehidupan yang lebih baik di kota ini.