NTB Pacu Ekonomi Non-Tambang, Bidik Pertumbuhan Inklusif
Pemerintah NTB fokus diversifikasi ekonomi ke sektor non-tambang seperti agromaritim, UMKM, ekonomi kreatif, dan pariwisata untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Mataram, 10 Maret 2024 - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menetapkan strategi jitu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan berkelanjutan dalam lima tahun mendatang. Langkah ini difokuskan pada diversifikasi sektor ekonomi, mengurangi ketergantungan pada sektor pertambangan yang selama ini dinilai kurang inklusif.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) NTB, Iswandi, menjelaskan bahwa dominasi sektor pertambangan selama ini belum mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang dirasakan seluruh lapisan masyarakat. "Kami ingin memperkuat sektor-sektor non-tambang yang mengarah kepada hilirisasi dan industrialisasi," tegas Iswandi dalam keterangan pers di Mataram.
Strategi ini menjadi krusial mengingat pertumbuhan ekonomi NTB yang masih bergantung pada sektor pertambangan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 menunjukkan pertumbuhan ekonomi NTB hanya mencapai 5,30 persen secara kuartalan. Jika kontribusi sektor tambang dihilangkan, angka tersebut turun drastis menjadi 3,87 persen.
Diversifikasi Sektor Unggulan NTB
Provinsi NTB menargetkan beberapa sektor unggulan sebagai penggerak ekonomi baru. Sektor agromaritim menjadi prioritas utama, dengan fokus pada industri pengolahan hasil pertanian dan perikanan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk, memperluas akses pasar, dan mengembangkan potensi agrowisata.
Selain itu, pemerintah daerah juga berkomitmen untuk meningkatkan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui berbagai program peningkatan kapasitas, pelatihan, akses pembiayaan, perluasan pasar, dan inovasi produk. Sektor ekonomi kreatif dan pariwisata juga diyakini mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
Iswandi menambahkan bahwa NTB siap mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimiliki, baik darat, laut, maupun udara, secara terintegrasi. Integrasi ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas sektor agromaritim dan mendorong hilirisasi untuk peningkatan nilai tambah. "Dan tentu pada waktunya nanti diharapkan dengan adanya investasi-investasi berkembang menjadi industrialisasi," tambahnya.
Tren Positif Pertumbuhan Ekonomi Non-Tambang
Data BPS menunjukkan tren positif pertumbuhan ekonomi non-tambang di NTB pasca pandemi COVID-19. Pada tahun 2021, pertumbuhan ekonomi non-tambang mencapai 2,86 persen. Angka ini meningkat menjadi 3,42 persen pada tahun 2022, dan mencapai 4,80 persen pada tahun 2023. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi sektor tambang menunjukkan fluktuasi yang cukup signifikan, yaitu 2,30 persen (2021), 6,95 persen (2022), dan 1,80 persen (2023).
Pemerintah Provinsi NTB menyadari pentingnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan langsung dirasakan masyarakat. Hal ini diyakini sebagai kunci untuk menciptakan kemakmuran dan menjadikan NTB sebagai daerah maju dan sejahtera.
Dengan strategi diversifikasi ekonomi ini, NTB berharap dapat membangun fondasi ekonomi yang lebih kuat, tahan terhadap guncangan, dan mampu menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakatnya.
Langkah-langkah konkret yang akan dilakukan pemerintah meliputi:
- Peningkatan infrastruktur pendukung sektor pertanian dan perikanan
- Pemberian pelatihan dan pendampingan bagi pelaku UMKM
- Pengembangan destinasi wisata berbasis alam dan budaya
- Pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas