Pakar UM Surabaya: Pemerintah Harus Respons Positif #KaburAjaDulu
Ahli Sosiologi UM Surabaya menilai tagar #KaburAjaDulu sebagai bentuk ekspresi kekecewaan anak muda dan meminta pemerintah meresponsnya secara positif, bukan dengan sikap sinis.
Surabaya, 19 Februari 2024 - Ahli Sosiologi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Radius Setiyawan, menyerukan pemerintah untuk memberikan respons positif terhadap kemunculan tagar #KaburAjaDulu di media sosial. Munculnya tagar ini, menurut Radius, merupakan cerminan dari keresahan dan kekecewaan generasi muda Indonesia terhadap kondisi sosial-politik dan ekonomi saat ini. Pernyataan ini disampaikan Radius di Surabaya pada Rabu lalu, menanggapi fenomena viral tersebut.
Radius menekankan bahwa #KaburAjaDulu bukan sekadar ungkapan anti-nasionalisme. Sebaliknya, ia melihatnya sebagai bentuk keprihatinan dan kecintaan generasi muda terhadap masa depan Indonesia. Mereka mengekspresikan kekecewaan dan harapan perubahan melalui media sosial, sebuah platform yang familiar bagi mereka. Tagar ini menjadi saluran aspirasi yang perlu didengar dan direspon secara bijak oleh pemerintah.
Menariknya, kemunculan tagar ini beriringan dengan rilis data tingkat kepuasan kinerja pemerintah 100 hari kerja yang mencapai 80 persen. Menurut Radius, hal ini merupakan anomali yang perlu menjadi perhatian serius pemerintah. "Pemerintah dengan bangganya mengumumkan capaian kinerja, tetapi di sisi lain ada fenomena #KaburAjaDulu yang menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara persepsi pemerintah dan realita yang dirasakan masyarakat," ujarnya. Ia menekankan pentingnya pemerintah untuk tidak mengabaikan suara-suara kritis dari generasi muda.
Tanggapan Pemerintah yang Kontraproduktif
Radius Setiyawan turut menyoroti pernyataan Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Immanuel Ebenezer, yang dinilai kontraproduktif dan justru memperkeruh suasana. Ia berpendapat bahwa komunikasi pemerintah, khususnya kepada anak muda, seharusnya lebih bijaksana dan responsif. Sikap sinis dan mengabaikan aspirasi hanya akan memperlebar jurang pemisah antara pemerintah dan rakyat.
Lebih lanjut, Radius menyarankan agar pemerintah fokus pada peningkatan efisiensi anggaran, terutama di sektor-sektor krusial seperti pendidikan, energi, penanggulangan bencana, dan penanganan krisis iklim. Hal ini dinilai penting untuk menjawab keresahan masyarakat dan menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang ada.
Ia juga memberikan apresiasi kepada Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI), Dzulfikar Ahmad Tawalla, yang melihat #KaburAjaDulu sebagai bentuk ekspresi anak muda terhadap realitas sosial. Radius berharap hal ini bisa menjadi momentum untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada generasi muda tentang jalur migrasi yang aman dan terjamin.
Mencari Solusi, Bukan Sekadar Kritik
Meskipun mengkritisi pemerintah, Radius menekankan pentingnya mencari solusi bersama. #KaburAjaDulu, menurutnya, bukan hanya sekadar ungkapan kekecewaan, tetapi juga sebuah panggilan untuk perubahan. Pemerintah perlu mendengarkan aspirasi anak muda, melakukan evaluasi diri, dan mengambil langkah-langkah konkret untuk memperbaiki berbagai permasalahan yang ada. Hanya dengan begitu, kepercayaan publik terhadap pemerintah dapat dipulihkan dan cita-cita Indonesia yang lebih baik dapat terwujud.
Oleh karena itu, Radius berharap pemerintah tidak hanya fokus pada angka-angka statistik kinerja, tetapi juga memperhatikan sentimen dan aspirasi masyarakat, terutama generasi muda. Respon positif dan dialog yang terbuka menjadi kunci untuk mengatasi kegelisahan dan mewujudkan kolaborasi yang konstruktif antara pemerintah dan rakyat.
Pemerintah perlu menyadari bahwa #KaburAjaDulu bukanlah ancaman, melainkan sebuah cermin yang merefleksikan harapan dan tuntutan generasi muda terhadap kepemimpinan yang lebih responsif dan berpihak pada rakyat. Dengan mendengarkan dan merespons aspirasi tersebut, pemerintah dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan harmonis dengan generasi penerus bangsa.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, kemunculan tagar #KaburAjaDulu menjadi momentum penting bagi pemerintah untuk mengevaluasi kinerja dan memperbaiki komunikasi dengan generasi muda. Respons positif dan dialog terbuka sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan dan mewujudkan Indonesia yang lebih baik.