PB MABMI dan Mahathir Mohamad Bahas Kebangkitan Masyarakat Melayu
Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (PB MABMI) bertemu Mahathir Mohamad untuk membahas upaya mengangkat harkat dan martabat masyarakat Melayu di Indonesia dan Malaysia.
Putrajaya, 23 April 2024 - Dalam sebuah pertemuan penting di Putrajaya, Malaysia, Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (PB MABMI) melakukan silaturahmi dan bertukar pikiran dengan mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad. Pertemuan tersebut difokuskan pada upaya bersama untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Melayu di Indonesia dan Malaysia. Pertemuan yang berlangsung selama kurang lebih 40 menit ini membahas berbagai isu krusial yang dihadapi masyarakat Melayu, khususnya terkait pelestarian budaya dan bahasa.
Ketua Umum PB MABMI, Prof. DR. OK Saidin, menjelaskan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk mencari semangat baru bagi kaum muda Melayu. Ia menekankan bahwa niat tersebut bukanlah untuk membentuk negara baru, melainkan untuk memberdayakan kembali masyarakat Melayu yang selama ini merasa terpinggirkan. Salah satu isu utama yang diangkat adalah keprihatinan atas semakin berkurangnya kemampuan generasi muda Melayu dalam membaca aksara Melayu, meskipun bahasa Melayu masih digunakan secara luas di Indonesia.
Prof. Saidin menambahkan, "Orang Indonesia memang menggunakan bahasa Melayu, tetapi tidak menggunakan aksaranya. Setidaknya, sesama orang Melayu seharusnya masih bisa saling menggunakan aksara tersebut, sehingga keberadaannya tetap abadi." Pertemuan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat ikatan dan kerjasama antara kedua negara dalam melestarikan warisan budaya Melayu.
Mencari Solusi untuk Kebangkitan Budaya Melayu
Pertemuan antara PB MABMI dan Mahathir Mohamad membahas berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat Melayu, termasuk hilangnya kemampuan membaca aksara Melayu di kalangan generasi muda. Prof. Saidin menyampaikan data bahwa terdapat sekitar 15 juta masyarakat Melayu di Indonesia, tersebar di berbagai provinsi, mulai dari Sumatera dan Kalimantan hingga Jakarta dan Bali. PB MABMI sendiri telah memiliki 12 cabang di berbagai wilayah tersebut.
Mahathir Mohamad, yang mengaku terkejut dengan jumlah masyarakat Melayu di Indonesia, turut berbagi pandangannya. Ia mengingat sejarah masa lalu, khususnya di Sumatera Timur, di mana banyak raja-raja Melayu yang gugur dalam perjuangan kemerdekaan. Ia juga menyinggung sejarah Kota Aceh, yang dulunya dikenal sebagai Bandar Raja atau Kota Raja, dan hubungannya dengan budaya Melayu.
Mahathir menambahkan, "Saya tahu itu Kota Raja karena P. Ramlee (aktor dan penyanyi Malaysia yang merupakan keturunan orang Aceh) menyanyikan lagu O Lele (Ulee Lheue) di Kota Raja." Kenangan ini menunjukkan betapa dalam akar budaya Melayu tertanam dalam sejarah dan kesenian kedua negara.
Lebih lanjut, Mahathir menekankan pentingnya peran bahasa Melayu dalam sejarah perdagangan di Kepulauan Melayu. Bahasa Melayu, menurutnya, pernah menjadi bahasa perantara perdagangan yang dipahami oleh berbagai suku di wilayah tersebut, bahkan hingga ke Filipina. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pelestarian bahasa dan budaya Melayu sebagai bagian dari warisan sejarah yang kaya.
Langkah Maju untuk Pelestarian Budaya Melayu
Sebagai penutup diskusi, Mahathir Mohamad menyoroti pentingnya peran akademisi dan ahli sejarah dalam melakukan kajian lebih lanjut mengenai sejarah Melayu. Hal ini penting untuk memahami akar budaya Melayu dan merumuskan strategi yang tepat untuk melestarikannya. Pertemuan ini menjadi langkah awal yang penting dalam upaya bersama untuk mengangkat kembali harkat dan martabat masyarakat Melayu, baik di Indonesia maupun Malaysia.
Pertemuan ini menghasilkan kesepahaman untuk terus menjaga dan melestarikan budaya Melayu. Kedua belah pihak sepakat untuk terus berkolaborasi dalam berbagai program yang bertujuan untuk memperkuat identitas dan kebanggaan masyarakat Melayu. Harapannya, generasi muda Melayu dapat lebih memahami dan menghargai warisan leluhur mereka, serta berperan aktif dalam pembangunan masyarakat.
Baik PB MABMI maupun Mahathir Mohamad menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, dan masyarakat, untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, kebangkitan masyarakat Melayu dapat terwujud, dan warisan budaya Melayu dapat terus lestari.