Pemkot Jaktim Terapkan 'Pengepokan' Sampah Pascabanjir Ciliwung
Menghadapi tumpukan sampah pascabanjir Kali Ciliwung, Pemkot Jaktim menerapkan strategi 'pengepokan' untuk efisiensi pengangkutan ke Bantar Gebang.
Banjir Kali Ciliwung yang melanda kawasan Cililitan Kecil, Kramat Jati, Jakarta Timur, meninggalkan tumpukan sampah yang signifikan. Pemerintah Kota Jakarta Timur (Pemkot Jaktim) pun menerapkan strategi unik untuk menangani masalah ini: 'pengepokan'. Metode ini melibatkan pengumpulan sampah terlebih dahulu di satu titik sebelum diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang. Strategi ini dijalankan pada Selasa, 11 Maret 2023.
Kepala Suku Dinas (Kasudin) Lingkungan Hidup Kota Jakarta Timur, Eko Gumelar, menjelaskan bahwa "Teknik ini dipakai supaya tidak terlalu banyak sampah yang harus dibuang ke Bantar Gebang. Cara ini lebih efektif karena alat-alat berat berfungsi mengumpulkan sampah. Kemudian dari sini dimasukkan ke dalam truk baru dibawa ke Bantar Gebang." Penggunaan alat berat terbukti meningkatkan efisiensi proses pembersihan.
Proses pembersihan melibatkan 500 personel gabungan dari berbagai instansi, termasuk PPSU kelurahan, personel Sumber Daya Air (SDA), Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat), Satpol PP, dan UKPD lainnya. Mereka bekerja sama dalam kelompok, masing-masing dengan peran spesifik dalam pengangkutan sampah dan pembersihan lumpur.
Strategi Pengepokan dan Pemilahan Sampah
Eko Gumelar menjelaskan lebih lanjut mengenai strategi 'pengepokan' yang diterapkan. Proses ini melibatkan penumpukan sampah sementara di lokasi sebelum diangkut ke Bantar Gebang. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan armada pengangkut sampah dan mempercepat proses pembersihan.
Meskipun demikian, pemilahan sampah di lokasi tidak dilakukan karena kondisi sampah yang kompleks dan beragam. "Pemilahan sampah ini tidak mungkin, karena sampahnya sangat kompleks. Mungkin yang memilah teman-teman dari pemulung yang mengambil dan mengais-ngais tumpukan sampah yang ada di sini," ujar Eko. Peran pemulung dalam memilah sampah pun diakui penting dalam konteks ini.
Proses pengumpulan sampah melibatkan berbagai armada, termasuk gerobak dorong, gerobak motor, truk sampah, shovel loader, ekskavator mini, dan ekskavator spider. Setiap satuan tugas (satgas) di kelurahan juga menggunakan truk organik. Total armada yang dikerahkan mencapai sekitar 30 truk sampah, ditambah berbagai alat berat lainnya.
Distribusi Personel dan Lokasi Pembersihan
Pemkot Jaktim tidak hanya fokus pada Cililitan Kecil. Sebanyak 100 personel dikerahkan untuk membantu pembersihan di Balekambang, dan 100 personel lainnya di Cawang. Hal ini menunjukkan komitmen Pemkot Jaktim untuk menangani dampak banjir secara menyeluruh di berbagai wilayah.
Kerja sama antar instansi dan penggunaan berbagai jenis armada menunjukkan upaya maksimal Pemkot Jaktim dalam mengatasi masalah sampah pascabanjir. Strategi 'pengepokan' terbukti efektif dalam meningkatkan efisiensi pengangkutan sampah ke Bantar Gebang.
Meskipun pemilahan sampah di lokasi tidak memungkinkan, peran pemulung dalam memilah sampah tetap diakui sebagai bagian penting dari proses pembersihan keseluruhan. Keberhasilan penanganan sampah pascabanjir ini menjadi contoh kolaborasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat.
Ke depannya, diharapkan strategi serupa dapat diterapkan di wilayah lain yang terdampak banjir untuk meminimalisir dampak lingkungan dan mempercepat pemulihan pascabencana.