Pendaki Hilang di Gunung Binaya Ditemukan Meninggal Setelah 21 Hari Pencarian
Setelah pencarian selama 21 hari, pendaki Firdaus Ahmad Fauzi ditemukan meninggal di Gunung Binaya, Maluku, menyoroti perlunya peningkatan standar keselamatan pendakian.
Pendaki asal luar daerah, Firdaus Ahmad Fauzi (27), ditemukan meninggal dunia setelah hilang selama 21 hari di Gunung Binaya, Maluku. Jenazahnya ditemukan oleh Tim SAR Relawan Pecinta Alam Maluku (PAM) pada Sabtu, 17 Mei 2025, sekitar pukul 14.30 WIT di sekitar Sungai Yahe. Kejadian ini menandai berakhirnya operasi pencarian yang melibatkan relawan, masyarakat adat, dan otoritas terkait.
Firdaus dilaporkan hilang sejak Sabtu, 26 April 2025, setelah terpisah dari rombongannya di jalur pendakian Nasapeha, Kecamatan Tehoru, Maluku Tengah. Pencarian awal sempat terhambat medan yang terjal dan keterbatasan peralatan. Namun, operasi pencarian lanjutan yang dimulai pada 12 Mei 2025, dengan peralatan vertical rescue yang lebih memadai, akhirnya membuahkan hasil.
Proses evakuasi jenazah Firdaus saat ini sedang berlangsung secara estafet menuju Desa Piliana. Koordinator Tim Relawan M. Nazir Rumra menyampaikan duka cita dan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, seraya meminta doa untuk kelancaran evakuasi. Kejadian ini juga mendorong Balai Taman Nasional Manusela untuk memperketat SOP pendakian dan mengevaluasi tata kelola pendakian Gunung Binaya.
Pencarian Ekstrim di Medan Terjal
Tim SAR membagi operasi menjadi tiga satuan regu pencari (SRU). Masing-masing SRU menyisir wilayah Nasapeha, Isilali, dan Sungai Yahe. Pencarian melibatkan tidak hanya upaya teknis, tetapi juga pendekatan kultural dengan menggelar prosesi adat setempat. Pada 17 Mei, SRU 1 dan SRU 2 bergabung dan menyusuri Sungai Yahe, akhirnya menemukan jenazah Firdaus sekitar pukul 14.30 WIT.
“Saat itu, pencarian sempat terhenti karena medan yang sangat terjal dan keterbatasan peralatan,” ungkap Koordinator Tim Relawan M. Nazir Rumra. Kondisi medan yang sulit dijangkau, terletak di antara jalur pendakian dan jurang, menjadi tantangan utama dalam operasi pencarian ini. Keberhasilan penemuan jenazah menunjukkan kegigihan dan dedikasi tim SAR dalam menjalankan tugasnya.
Proses evakuasi jenazah dilakukan secara estafet menggunakan tandu dan kantong jenazah. Dukungan peralatan evakuasi yang memadai sangat membantu dalam proses pemindahan jenazah dari lokasi penemuan yang terjal menuju Desa Piliana. Hal ini menunjukkan pentingnya kesiapan peralatan dalam operasi SAR di medan yang sulit.
Evaluasi dan Penutupan Sementara Pendakian
Kepala Balai TN Manusela, Deny Rahadi, menyatakan akan memperketat penerapan standar operasional prosedur (SOP) pendakian Gunung Binaya. Hal ini dilakukan sebagai respon atas kejadian hilangnya Firdaus dan untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Evaluasi tata kelola pendakian juga akan dilakukan untuk meningkatkan keselamatan para pendaki.
Sebelumnya, Balai Taman Nasional Manusela telah menutup aktivitas pendakian Gunung Binaya selama 13 hari, terhitung sejak 29 April hingga 13 Mei 2025. Penutupan ini bertujuan untuk memastikan keamanan dan kelancaran proses pencarian Firdaus. Namun, penutupan diperpanjang hingga waktu yang belum ditentukan, dengan sanksi bagi pendaki ilegal.
Gunung Binaya, gunung tertinggi di Provinsi Maluku dengan ketinggian 3.027 meter di atas permukaan laut (MDPL), kini menjadi sorotan setelah insiden ini. Kejadian ini menggarisbawahi pentingnya persiapan yang matang, pemahaman medan, dan kepatuhan terhadap peraturan pendakian untuk keselamatan para pendaki.
Kehilangan Firdaus menjadi duka mendalam bagi keluarga dan masyarakat. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak terkait untuk meningkatkan keselamatan pendakian di Gunung Binaya dan gunung-gunung lainnya di Indonesia.