Fantastis! Kerugian Kebakaran Agam Capai Rp4,68 Miliar dalam 216 Hari, Apa Penyebabnya?
Data mengejutkan! Kerugian Kebakaran Agam mencapai Rp4,68 miliar hanya dalam 216 hari. Simak penyebab dan upaya penanggulangan yang dilakukan pemerintah daerah.

Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran (Satpol PP Damkar) Kabupaten Agam, Sumatera Barat, melaporkan data kerugian akibat kebakaran. Angka fantastis mencapai Rp4,68 miliar tercatat dalam periode 216 hari, terhitung sejak Januari hingga 4 Agustus 2025.
Kerugian signifikan ini mencakup berbagai jenis insiden, mulai dari kebakaran rumah, kebun kelapa sawit, hingga kendaraan. Kepala Bidang Damkar Satpol PP Damkar Agam, Eki Marlinda, mengungkapkan bahwa total 113 kejadian telah ditangani.
Peningkatan drastis kasus kebakaran di Agam ini menjadi sorotan utama, terutama saat cuaca panas ekstrem melanda wilayah tersebut. Kondisi ini memicu pertanyaan besar mengenai langkah-langkah pencegahan dan respons darurat yang perlu ditingkatkan.
Data Kerugian dan Sebaran Kejadian Kebakaran di Agam
Total kerugian sebesar Rp4,68 miliar tersebut berasal dari 113 kejadian kebakaran yang tersebar sepanjang tahun 2025. Pada bulan Januari tercatat lima kejadian, Februari 11 kejadian, dan Maret lima kejadian. Angka ini terus meningkat signifikan pada bulan-bulan berikutnya.
Bulan April mencatat lima kejadian, Mei 11 kejadian, dan Juni 28 kejadian. Puncak kejadian terjadi pada Juli dengan 46 insiden, diikuti Agustus dengan dua kejadian hingga tanggal 4. Data ini menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan terkait kebakaran di Agam.
Kebakaran melanda 15 dari 16 kecamatan di Agam. Kecamatan Lubuk Basung menjadi yang terbanyak dengan 19 kejadian, diikuti Banuhampu 12 kejadian, dan Ampek Angkek 15 kejadian. Sebaran ini menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah Agam rentan terhadap bahaya kebakaran.
Kecamatan Tilatang Kamang mencatat 13 kejadian, Tanjung Mutiara enam kejadian, dan Canduang tiga kejadian. Sementara itu, Tanjung Raya lima kejadian, Ampek Koto delapan kejadian, dan Palembayan tiga kejadian. Hanya Kecamatan Palupuh yang tidak melaporkan adanya kasus kebakaran selama periode tersebut.
Dampak dan Respons Penanganan Kebakaran
Selain kerugian material, kebakaran di Agam juga menimbulkan korban jiwa dan luka-luka. Dua warga dilaporkan meninggal dunia akibat luka bakar serius, dan tiga lainnya mengalami luka-luka. Ini menunjukkan betapa berbahayanya insiden kebakaran bagi keselamatan jiwa.
Satpol PP Damkar Agam berupaya memberikan respons cepat terhadap setiap laporan kebakaran. Waktu respons tercepat adalah sekitar dua menit setelah laporan diterima, meskipun ada juga yang mencapai 45 menit. Kecepatan respons ini sangat bergantung pada jarak tempuh dari posko ke lokasi kejadian.
Kepala Bidang Damkar Eki Marlinda menegaskan bahwa tim akan segera dikerahkan begitu laporan masuk. Hal ini menunjukkan komitmen Damkar Agam dalam meminimalkan dampak kebakaran. Meskipun demikian, tantangan geografis seringkali menjadi kendala utama dalam mencapai lokasi dengan cepat.
Upaya Pencegahan dan Perbandingan Data Kebakaran
Untuk menekan angka kejadian, Damkar Agam secara aktif menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat. Edukasi meliputi pentingnya menjauhkan bahan mudah terbakar dari sumber api dan mematikan kompor saat meninggalkan rumah. Langkah preventif ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat.
Selain sosialisasi, Bupati Agam juga mengeluarkan surat imbauan resmi. Surat ini melarang pembakaran sisa perambahan lahan, pembakaran sampah, dan tindakan lain yang berpotensi memicu kebakaran. Imbauan ini disampaikan melalui wali nagari dan camat, terutama saat cuaca panas ekstrem.
Data kerugian kebakaran tahun sebelumnya, yaitu 2024, menunjukkan angka yang lebih tinggi. Total kerugian mencapai Rp19,50 miliar dari 123 kejadian. Pada tahun tersebut, dua korban meninggal dunia dan tujuh orang mengalami luka-luka, menandakan bahwa masalah kebakaran di Agam adalah isu berkelanjutan.
Perbandingan data ini menunjukkan bahwa meskipun ada penurunan nominal kerugian, frekuensi kejadian tetap tinggi. Hal ini menekankan pentingnya upaya pencegahan yang berkelanjutan dan peningkatan kesadaran kolektif. Kebakaran hutan dan lahan, khususnya, menjadi perhatian serius di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu.