Petani Karawang Raih Untung Berlipat: Biaya Produksi Turun, Panen Padi Melonjak Lewat Pertanian Sirkular
Sukses terapkan pertanian sirkular, petani Karawang, Sri Darmono, buktikan biaya produksi padi turun drastis hingga panen melimpah berkat pupuk organik.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Petani di Karawang, Jawa Barat, Sri Darmono, berhasil membuktikan bahwa pertanian sirkular dengan pupuk organik mampu memangkas biaya produksi dan meningkatkan hasil panen padi. Sejak tahun 2011, ia menerapkan sistem ini di lahannya seluas 120 hektare di Desa Dawuan Timur, Kecamatan Cikampek, dan Tirtamulya. Hal ini dilakukan karena penggunaan pupuk organik dinilai lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan dibandingkan pupuk kimia, serta mampu memperbaiki struktur tanah.
Minimnya penggunaan pupuk organik di Karawang (hanya sekitar 30 persen petani) disebabkan oleh anggapan bahwa pupuk organik kurang efektif meningkatkan produktivitas. Namun, Darmono berhasil mematahkan anggapan tersebut dengan menerapkan sistem pertanian sirkular yang mengintegrasikan peternakan dan pertanian. Sistem ini memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk organik, sehingga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan menekan biaya produksi.
Keberhasilan Darmono menarik perhatian Utusan Khusus Presiden Bidang Ketahanan Pangan, Muhammad Mardiono, yang menobatkan model pertanian ini sebagai proyek percontohan. Model ini dinilai ramah lingkungan dan menguntungkan petani karena mampu meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya produksi secara signifikan. Kisah sukses Darmono diharapkan dapat menginspirasi petani lain untuk beralih ke pertanian sirkular.
Menuju Pertanian Berkelanjutan: Pupuk Organik dan Pola Sirkular
Penggunaan pupuk organik, seperti kompos dan pupuk kandang, menawarkan banyak keunggulan. Pupuk organik melepaskan nutrisi secara bertahap, mengurangi risiko overdosis, dan meningkatkan struktur tanah serta retensi air. Hal ini juga merangsang aktivitas mikroba tanah, menciptakan lingkungan yang sehat dan mengurangi risiko penyakit tanaman.
Berbeda dengan pupuk kimia yang memberikan nutrisi secara instan, pupuk organik bekerja secara perlahan namun pasti. Proses dekomposisi oleh mikroorganisme membebaskan unsur hara secara bertahap, memberikan nutrisi yang berkelanjutan bagi tanaman. Selain itu, pupuk organik juga memperbaiki sifat kimia tanah, seperti pH dan kandungan unsur hara.
Pertanian sirkular, yang diadopsi Darmono, merupakan sistem pertanian berkelanjutan yang meminimalkan limbah dan menciptakan siklus produksi yang berkelanjutan. Sistem ini menggabungkan peternakan dan pertanian secara terpadu, memanfaatkan kotoran hewan sebagai pupuk organik untuk tanaman padi. Hal ini menciptakan ekosistem yang saling mendukung dan berkelanjutan.
Dengan pendekatan ini, Darmono berhasil mengurangi biaya produksi padi hingga kurang dari Rp5 juta per hektare, jauh lebih rendah dibandingkan biaya produksi dengan pupuk anorganik yang mencapai Rp10-12 juta per hektare.
Hasil Panen Meningkat, Biaya Produksi Menurun
Penerapan pupuk organik hewani murni yang dihasilkan dari peternakannya sendiri telah memberikan dampak positif yang signifikan bagi Darmono. Produksi padi meningkat drastis dari sebelumnya 2-3 ton per hektare menjadi lebih dari 6 ton per hektare, bahkan pernah mencapai 21 ton per hektare.
Darmono mengelola 100 ekor sapi dan 400 ekor kambing, yang kotorannya diolah menjadi pupuk organik cair. Pupuk cair ini kemudian dialirkan melalui pipa ke areal sawah. Proses fermentasi kotoran hewan dilakukan di kolam khusus di sekitar kandang sebelum dialirkan ke sawah.
Selain peningkatan hasil panen dan pengurangan biaya produksi, Darmono juga merasakan manfaat lain, yaitu berkurangnya serangan hama. Keberhasilannya ini telah menginspirasi petani lain di sekitarnya, dengan total lahan sekitar 70 hektare yang kini juga menerapkan metode yang sama.
Model pertanian sirkular yang diterapkan Darmono telah menjadi contoh nyata bahwa pertanian berkelanjutan dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani. Model ini juga ramah lingkungan dan berkelanjutan, sesuai dengan prinsip pertanian modern.
Dengan menerapkan pupuk organik hewani, biaya produksi menjadi lebih ringan, hasil panen meningkat, dan kondisi tanah menjadi subur. Serangan hama pun berkurang secara signifikan. Model ini menjadi bukti bahwa pertanian berkelanjutan tidak hanya baik untuk lingkungan, tetapi juga menguntungkan secara ekonomi.