Petugas BMKG Pertaruhkan Nyawa Hadapi Awan Hujan Ekstrem demi Modifikasi Cuaca
Kepala BMKG ungkap petugas modifikasi cuaca hadapi risiko tinggi saat terbang di ketinggian 5.000-8.000 meter untuk tekan intensitas hujan ekstrem di Jakarta dan Jawa Barat.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan tantangan besar dalam operasi modifikasi cuaca untuk mengurangi intensitas hujan di Jakarta dan Jawa Barat. Operasi ini melibatkan risiko tinggi bagi petugas yang terbang di ketinggian ekstrem untuk menaburkan garam dan kalsium oksida ke dalam awan hujan. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa petugas "masuk ke dalam gerombolan awan, atau dapat dikatakan menabrak awan penghujan itu di ketinggian 5.000-8.000 atau lebih di udara." Operasi ini dilakukan oleh tim gabungan dari BMKG, BNPB, TNI AU, dan pihak swasta penyedia pesawat.
Operasi modifikasi cuaca tahap kedua ini berlangsung dari 11 hingga 20 Maret 2025, sebagai respon atas potensi hujan lebat yang diprediksi BMKG untuk periode 10-18 Maret 2025 di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Tindakan ini bertujuan untuk mengendalikan intensitas hujan dan mempercepat pemulihan pascabanjir. Tim BMKG mempertimbangkan faktor keselamatan dengan cermat, meskipun dinamika atmosfer yang kompleks, seperti angin sirkulasi siklonik, tetap menjadi tantangan besar dalam keberhasilan operasi.
Dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat, sangat dibutuhkan untuk keberhasilan operasi ini. Operasi tersebut melibatkan tiga pesawat, dengan koordinasi penerbangan dari Lanud Halim Perdanakusuma (Jakarta) dan Lanud Husein Sastranegara (Jawa Barat). Pada operasi di Jakarta (11 Maret 2025), tiga sorti penerbangan menggunakan pesawat Casa A-2117 telah dilakukan, dengan masing-masing sorti menghabiskan 800 kilogram garam sebagai bahan semai. Sementara di Jawa Barat, dua sorti penerbangan menggunakan pesawat Casa A-2104 telah dilaksanakan.
Tantangan dan Risiko Operasi Modifikasi Cuaca
Dwikorita Karnawati menekankan bahwa keselamatan petugas menjadi prioritas utama dalam setiap operasi modifikasi cuaca. Meskipun demikian, operasi ini tetap memiliki risiko yang signifikan. Petugas harus terbang memasuki awan hujan di ketinggian yang sangat tinggi, menghadapi kondisi cuaca yang ekstrem dan tidak menentu. "Mereka terbang menggunakan pesawat masuk ke dalam gerombolan awan, atau dapat dikatakan menabrak awan penghujan itu di ketinggian 5.000-8.000 atau lebih di udara. Tentu ketika mendapat tugas untuk operasi mereka juga harap-harap cemas, ya," ungkap Dwikorita.
Anggota DTC Kedeputian Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Budi Harsoyo, menambahkan bahwa operasi modifikasi cuaca dilakukan secara siaga. "Kami di sini bersiaga setiap hari untuk mengantisipasi cuaca ekstrem, hujan ekstrem, namun kalau diprediksi cuaca hanya normal-normal saja kami standby tidak ada penerbangan," jelasnya. Hal ini menunjukkan kesiapsiagaan tim dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem dan komitmen mereka dalam mengurangi dampak bencana alam.
Operasi ini melibatkan koordinasi yang kompleks antar berbagai instansi, termasuk BMKG, BNPB, TNI Angkatan Udara, dan pihak swasta. Kerjasama dan koordinasi yang efektif sangat penting untuk memastikan keberhasilan operasi dan keselamatan seluruh petugas yang terlibat. Keberhasilan operasi ini bergantung pada analisis akurat lokasi penyemaian dan pertimbangan faktor keselamatan yang matang.
Lokasi dan Metode Operasi
Operasi modifikasi cuaca di Jakarta pada 11 Maret 2025 menargetkan wilayah Barat Laut Jakarta, Selat Sunda, Kepulauan Seribu, dan Utara Jakarta (Laut Jawa). Sementara itu, operasi di Jawa Barat juga telah dilakukan. Metode yang digunakan adalah penaburan garam (NaCl) dan Kalsium Oksida (CaO) dari pesawat terbang. Jumlah bahan semai yang digunakan cukup signifikan, menunjukkan skala operasi yang besar dan upaya serius dalam mengurangi dampak hujan ekstrem.
BMKG terus memantau kondisi cuaca dan melakukan analisis untuk menentukan lokasi dan waktu yang tepat untuk operasi modifikasi cuaca. Keputusan untuk melakukan operasi modifikasi cuaca didasarkan pada prakiraan cuaca yang menunjukkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Operasi ini merupakan upaya proaktif untuk mengurangi dampak negatif dari hujan ekstrem dan melindungi masyarakat dari potensi bencana.
Meskipun operasi modifikasi cuaca telah dilakukan, masyarakat tetap diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang terkait potensi cuaca ekstrem. Keselamatan dan keamanan masyarakat tetap menjadi prioritas utama.