PHE Gandeng Lembaga Multinasional, Akselerasi Pengembangan CCS di Indonesia
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) berkolaborasi dengan lembaga multinasional untuk mengembangkan Carbon Capture and Storage (CCS) di Indonesia guna mengurangi emisi karbon dan mendukung transisi energi bersih.
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) baru-baru ini mengumumkan kerja samanya dengan sebuah lembaga multinasional untuk mengembangkan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) di Indonesia. Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis PHE dalam hal penangkapan dan penyimpanan karbon, selaras dengan standar global dan pengembangan model bisnis berkelanjutan. Langkah ini dinilai krusial dalam upaya Indonesia mencapai target dekarbonisasi dan transisi energi.
Direktur Keuangan dan Investasi PHE, Dannif Utojo Danusaputro, menyatakan bahwa CCS dipandang sebagai solusi utama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Ia menekankan pentingnya memanfaatkan keahlian global untuk mengembangkan solusi yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Kerja sama ini, menurut Dannif, merupakan langkah signifikan dalam mendorong proyek CCS yang efektif dan terimplementasi di Indonesia.
Kerja sama ini akan memberikan PHE akses terhadap bantuan teknis, berbagi pengetahuan terkait praktik terbaik global, pengembangan model bisnis, dan kerangka kerja regulasi. PHE juga akan mendapatkan wawasan berharga mengenai implementasi teknologi CCS yang efektif, mekanisme pembiayaan, dan aspek keamanan lingkungan. Semua ini akan menjadi fondasi penting bagi keberlanjutan industri CCS di Indonesia.
Teknologi CCS dan Tantangan Dekarbonisasi
Dannif menjelaskan bahwa teknologi CCS terbukti efektif mengurangi emisi industri dengan cara menangkap karbon dioksida (CO2) sebelum mencapai atmosfer dan menyimpannya dengan aman. Metode ini sangat penting bagi industri yang masih menghadapi kendala dalam beralih sepenuhnya ke energi terbarukan. Indonesia, dengan potensi geologi yang besar untuk penyimpanan karbon, memiliki peluang signifikan dalam pengembangan CCS skala besar.
Namun, pengembangan CCS di Indonesia membutuhkan dukungan kebijakan yang kuat, keahlian teknis yang mumpuni, dan investasi yang signifikan. PHE, sebagai bagian dari inisiatif ini, berperan sebagai pemain kunci dalam rantai nilai CCS, menawarkan solusi penyimpanan dan transportasi CO2 kepada industri domestik dan internasional.
Langkah ini sejalan dengan strategi Indonesia untuk mendekarbonisasi sektor energi dan industri, sekaligus memastikan keberlanjutan bisnis jangka panjang. PHE akan mengembangkan model bisnis CCS yang terintegrasi, meliputi transportasi, injeksi, dan pemantauan CO2 jangka panjang, memanfaatkan keahliannya dalam operasi hulu migas dan penyimpanan geologi.
Peluang Bisnis dan Komitmen Iklim
PHE juga melihat peluang untuk memperluas portofolio bisnisnya dengan menyediakan layanan penyimpanan dan transportasi CO2, mendukung industri penghasil emisi dalam mencapai target dekarbonisasi. Hal ini sejalan dengan target UNFCCC yang menetapkan bahwa emisi karbon global harus diturunkan sebesar 43 persen pada tahun 2030 untuk menghindari dampak terburuk perubahan iklim.
Dengan mempercepat penerapan CCS, kerja sama ini diharapkan tidak hanya membantu Indonesia memenuhi komitmen iklimnya, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kolaborasi ini menandai langkah penting dalam upaya Indonesia menghadapi tantangan perubahan iklim dan mencapai target dekarbonisasi melalui inovasi teknologi dan kemitraan strategis.
Lebih lanjut, PHE akan fokus pada pengembangan model bisnis yang terintegrasi, mulai dari penangkapan, transportasi, hingga penyimpanan CO2 secara jangka panjang. Kepakaran PHE di bidang operasi hulu migas dan penyimpanan geologi akan menjadi aset penting dalam proyek ini. Dengan demikian, Indonesia diharapkan dapat memainkan peran yang lebih signifikan dalam upaya global mengurangi emisi karbon dan mewujudkan masa depan energi yang berkelanjutan.
Kerja sama ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk menjadi pusat pengembangan dan implementasi teknologi CCS di kawasan Asia Tenggara. Hal ini berpotensi menarik investasi asing dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan.