Psikolog Dikerahkan ke Rumah Warga Terdampak Banjir Tangerang untuk Trauma Healing
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Tangerang menerjunkan psikolog untuk trauma healing anak-anak yang terdampak banjir, tak hanya di pengungsian tetapi juga di rumah mereka.
Banjir yang melanda 14 titik di empat wilayah kecamatan Kota Tangerang, Banten, akibat hujan lebat dan luapan Kali Angke pada Senin malam, telah menyebabkan 250 kepala keluarga mengungsi. Selain bantuan logistik dan evakuasi, Pemerintah Kota Tangerang juga fokus pada pemulihan trauma psikis warga, khususnya anak-anak.
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Tangerang bergerak cepat dengan menerjunkan tim psikolog untuk melakukan trauma healing. Kepala DP3AP2KB Kota Tangerang, Tihar Sopian, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menghilangkan trauma dan rasa bosan anak-anak selama berada di pengungsian, bahkan setelah mereka kembali ke rumah.
"Tujuannya menghilangkan trauma dan rasa bosan selama di pengungsian," kata Kepala DP3AP2KB Kota Tangerang Tihar Sopian di Tangerang, Kamis. Upaya ini tidak hanya dilakukan di lokasi pengungsian, tetapi juga secara langsung mengunjungi rumah-rumah warga setelah banjir surut untuk memastikan pemulihan psikis anak-anak terdampak.
Trauma Healing di Rumah dan Pengungsian
Tim dari DP3AP2KB Kota Tangerang tidak hanya terdiri dari psikolog. Mereka juga melibatkan konselor, Satgas PPA, dan Forum Anak Kota Tangerang (FAKT) untuk memberikan dukungan langsung kepada anak-anak di lokasi pengungsian maupun di rumah mereka. Kegiatan trauma healing ini melibatkan berbagai aktivitas yang menyenangkan bagi anak-anak.
"Anak-anak bermain dan bernyanyi bersama. Petugas juga bercerita dan mewarnai, sebagai upaya anak-anak tetap senang dan melupakan ancaman air yang menimpa lingkungan khususnya di rumahnya," jelas Tihar Sopian. Aktivitas-aktivitas tersebut dirancang untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari pengalaman traumatis yang mereka alami akibat banjir.
Menurut Tihar, selama kegiatan trauma healing berlangsung, anak-anak terlihat senang dan lebih tenang. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi psikososial yang dilakukan cukup efektif dalam membantu mereka mengatasi trauma.
Pemkot Tangerang berkomitmen untuk memenuhi seluruh kebutuhan warga terdampak banjir, termasuk pemenuhan kebutuhan psikososial. "Pemkot Tangerang berupaya memastikan hak para warga terdampak atau pengungsi terpenuhi. Seperti tempat layak, makanan, kesehatan, kebersihan hingga psikologinya," tambah Tihar Sopian.
Penanganan Banjir dan Imbauan Kepada Warga
Banjir yang terjadi di Kota Tangerang disebabkan oleh hujan intensitas tinggi dan luapan Kali Angke. Sebanyak 14 titik di empat wilayah kecamatan terdampak banjir, dengan ketinggian air bervariasi antara 30 hingga 100 sentimeter. Titik banjir tertinggi tercatat di RW 06 dan 07 Kelurahan Petir, Kecamatan Cipondoh.
Pemerintah Kota Tangerang telah mengerahkan berbagai upaya untuk mengatasi banjir, termasuk mengerahkan mesin pompa air dan melakukan penambalan turap yang mengalami rembesan dengan menggunakan kisdam. Wakil Wali Kota Tangerang, Maryono, juga turut memantau langsung penanganan banjir tersebut.
Maryono mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan waspada dalam menghadapi potensi bencana banjir. Langkah-langkah antisipasi dan kesiapsiagaan sangat penting untuk meminimalisir dampak buruk dari bencana alam.
Selain penanganan banjir dan trauma healing, Pemkot Tangerang juga memastikan ketersediaan logistik dan layanan kesehatan bagi warga terdampak. Komitmen ini menunjukkan kepedulian pemerintah terhadap kesejahteraan warganya, baik secara fisik maupun psikis.