Refleksi Harkitnas: Siapkan Generasi Berkualitas Sambut Indonesia Emas 2045
Momentum Harkitnas jadi refleksi menyiapkan generasi berkualitas dengan pendidikan dan kesehatan yang baik demi menyongsong Indonesia Emas 2045.
Jakarta, (tanggal hari ini). Hari Kebangkitan Nasional menjadi momentum penting untuk merefleksikan persiapan Indonesia dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Bonus demografi menjadi modal penting, namun perlu diiringi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Guru dan dokter memegang peranan krusial dalam menyiapkan generasi baru yang kompeten dan berkarakter.
Bonus demografi yang dimiliki Indonesia saat ini menjadi peluang emas untuk meraih pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Momentum ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar Indonesia dapat menjadi negara maju saat mencapai satu abad kemerdekaan. Namun, berkaca pada pengalaman negara lain, transformasi menjadi negara maju bukanlah hal yang mudah.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia tidak boleh kehilangan waktu. Pemanfaatan bonus demografi harus dioptimalkan dengan fokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan. Guru memiliki peran sentral dalam menyiapkan aspek kognitif dan karakter generasi muda, sementara dokter berperan sebagai garda depan dalam memandu pola hidup sehat dan memastikan kecukupan nutrisi.
Semangat Kebangkitan Nasional dalam Profesi Guru dan Dokter
Peran dokter dalam membangun semangat kemerdekaan di awal abad ke-20 telah menjadi bagian dari sejarah Hari Kebangkitan Nasional. Tokoh-tokoh seperti dokter Soetomo, dokter Radjiman, dan dokter Tjipto Mangunkusumo menjadi pelopor dalam menyemai gagasan bangsa yang merdeka.
Semangat yang patut diteladani dari para dokter tersebut adalah keselarasan antara aspirasi kemerdekaan dan komitmen terhadap kesehatan rakyat. Keduanya berjalan beriringan, menjadi fondasi penting dalam membangun bangsa yang kuat dan sejahtera. Dokter Radjiman dan dokter Tjipto, misalnya, rela turun langsung ke masyarakat saat terjadi wabah pes, cacar, dan kolera.
Melalui interaksi langsung dengan masyarakat, para dokter tersebut menyaksikan sendiri dampak ketimpangan sosial, kemiskinan, dan rendahnya kualitas kesehatan akibat rezim kolonial. Hal ini memotivasi mereka untuk berjuang demi kemerdekaan dan kesejahteraan rakyat.
Investasi pada Generasi Baru: Pendidikan dan Kesehatan Berkualitas
Guru dan tenaga kesehatan memiliki tugas mulia dalam menyiapkan masa depan generasi baru bangsa. Generasi muda adalah aset berharga yang akan menjalankan roda pemerintahan dan menentukan arah bangsa di masa depan. Pemerintah perlu menjadikan negara-negara seperti Jepang, Finlandia, dan Singapura sebagai referensi dalam meningkatkan kualitas guru.
Di negara-negara tersebut, kualitas pendidikan sangat baik karena kualitas dan kesejahteraan guru sangat diperhatikan. Profesi guru di Finlandia, misalnya, sangat prestisius dan setara dengan profesi dokter dan insinyur. Calon guru adalah bibit-bibit unggul yang memiliki kecerdasan setara dengan mahasiswa teknik atau kedokteran.
Investasi pada generasi baru melalui pendidikan dan kesehatan berkualitas adalah kunci menuju masyarakat yang damai, sejahtera, dan berkelanjutan. Tanpa pendidikan dan nutrisi yang memadai, generasi muda akan kesulitan berkontribusi pada pembangunan bangsa.
Kompetensi Global dan Pendidikan Vokasi yang Relevan
Generasi Indonesia Emas 2045 diharapkan memiliki kompetensi global, namun tetap berpegang teguh pada semangat kebangsaan. Saat ini, Indonesia sedang menikmati bonus demografi dengan 70 persen penduduk berusia produktif. Namun, data menunjukkan bahwa angka pengangguran di kalangan usia muda masih cukup tinggi.
Angka youth NETT (youth not in employment, education, and training) di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata ASEAN. Singapura dapat menjadi contoh dalam menghubungkan pendidikan dengan lapangan kerja melalui program applied learning programme (ALP).
Program ini memungkinkan siswa belajar melalui proyek berbasis STEAM (science, technology, engineering, arts, and mathematics). Mereka belajar berkolaborasi, berpikir kritis, dan memecahkan masalah secara langsung. Selain itu, siswa juga diajarkan literasi dan keterampilan digital yang menekankan pengembangan keterampilan berpikir kritis.
Pendidikan vokasi di Indonesia masih dianggap sebelah mata. Kurikulum belum sepenuhnya selaras dengan kebutuhan industri, sehingga banyak lulusan yang belum siap kerja. Keterlibatan industri juga masih terbatas, sehingga program magang kurang memberikan pengalaman yang signifikan.
Pemerintah berupaya mengatasi masalah ini melalui program School to Work Transition, yang merupakan kerja sama lintas kementerian/lembaga. Program ini bertujuan untuk mengintegrasikan pelatihan dan pemagangan skala nasional untuk menekan angka pengangguran muda, terutama lulusan SMK.
Program ini akan fokus pada pengembangan keterampilan masa depan, seperti elektronik, kecerdasan buatan, bahasa, soft skill, dan kewirausahaan. Pemerintah juga akan fokus pada pengembangan SDM yang berkualitas, sembari terus berupaya memperluas lapangan kerja, sesuai dengan target besar pemerintahan Prabowo-Gibran untuk membuka 19 juta lapangan kerja baru.
Mempersiapkan generasi berkualitas untuk menyambut Indonesia Emas 2045 membutuhkan sinergi dari berbagai pihak. Investasi pada pendidikan dan kesehatan, peningkatan kualitas guru dan tenaga kesehatan, serta penyelarasan pendidikan vokasi dengan kebutuhan industri adalah langkah-langkah penting yang harus terus diupayakan.