Resan Gunungkidul Tanam Pohon di Telaga Jurangjero: Upaya Revitalisasi Sumber Air dan Pelestarian Budaya
Komunitas Resan Gunungkidul melakukan penanaman pohon di Telaga Jurangjero untuk merevitalisasi sumber air sekaligus melestarikan budaya lokal Wanadesa Girimulyo.
Komunitas Resan Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, melaksanakan aksi penanaman pohon di Telaga Jurangjero, Padukuhan Wintaos, Kalurahan Girimulyo pada Minggu, 23 Februari 2024. Aksi ini bertujuan untuk melestarikan telaga sebagai sumber air bagi masyarakat sekitar dan sekaligus menghidupkan kembali tradisi Wanadesa, sebuah sistem kearifan lokal yang diwariskan leluhur.
Inisiatif ini digagas oleh aktivis Komunitas Resan Gunungkidul, Edi Padmo. Menurutnya, penanaman pohon di Telaga Jurangjero merupakan bagian dari upaya revitalisasi telaga sebagai sumber mata air. "Aksi ini untuk mendukung revitalisasi telaga sebagai sumber mata air bagi masyarakat," ujar Edi Padmo.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk melestarikan budaya Wanadesa, sebuah sistem pengelolaan hutan adat yang menekankan pentingnya pelestarian alam untuk keberlangsungan hidup masyarakat. Wanadesa, yang juga dikenal sebagai hutan larangan, merupakan warisan budaya leluhur yang perlu dijaga kelestariannya, mengingat perannya sebagai penyangga kehidupan.
Revitalisasi Telaga Jurangjero dan Rintisan Wanadesa Girimulyo
Edi Padmo menjelaskan bahwa rintisan Wanadesa Girimulyo ditandai dengan penanaman pohon Mentaos, yang diambil dari nama Padukuhan Wintaos. Penanaman pohon ini bertujuan untuk mengembalikan identitas wilayah berdasarkan asal usul namanya (toponim). Selain Mentaos, berbagai jenis pohon native species Gunungkidul juga ditanam untuk meningkatkan keanekaragaman hayati.
Harapannya, dengan revitalisasi ini, Wanadesa akan kembali berfungsi secara ekologi dan menjadi wahana edukasi bagi generasi muda untuk memahami dan melestarikan asal-usul peradaban. Berbagai jenis pohon ditanam, antara lain Pohon Mentaos, Panggang, Klumpit, Asem Jawa, Keben, Joho/Jaha, dan Duwet/jamblang.
"Kami berharap wanadesa ini dapat mengembalikan fungsi telaga seperti sedia kala, yakni mencukupi kebutuhan air bagi masyarakat," tambah Edi Padmo. Upaya ini sejalan dengan kepedulian Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap pelestarian Wanadesa, seperti yang terlihat dari beberapa keputusan Gubernur yang dikeluarkan Sri Sultan HB X.
Penanaman pohon ini juga diharapkan dapat meningkatkan fungsi ekologis Telaga Jurangjero dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Telaga yang dulunya berfungsi sebagai sumber air bersih, kini kondisinya terancam akibat aktivitas manusia.
Peran Pemerintah Daerah dalam Pelestarian Sumber Daya Air
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul, Harry Sukmono, menyatakan bahwa DLH juga turut serta dalam revitalisasi telaga untuk memastikan ketersediaan air bersih bagi masyarakat, terutama saat musim kemarau. DLH menyadari bahwa banyak telaga di Gunungkidul yang kondisinya rusak akibat aktivitas manusia.
"Akar permasalahan kondisi telaga-telaga di Gunungkidul sudah banyak yang rusak sehingga fungsinya jauh berkurang karena aktivitas manusia," ungkap Harry Sukmono. Ia menambahkan bahwa telaga-telaga tersebut telah ada sejak zaman prasejarah, namun aktivitas manusia telah mengancam keberadaannya.
DLH Gunungkidul berkomitmen untuk memperbaiki kondisi telaga-telaga yang rusak dan mengembalikan fungsinya sebagai sumber air bersih. Kerusakan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, dan upaya perbaikan memerlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait.
Dengan adanya kolaborasi antara Komunitas Resan Gunungkidul dan DLH Gunungkidul, diharapkan upaya revitalisasi Telaga Jurangjero dapat berhasil dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Kegiatan penanaman pohon ini tidak hanya sekadar aksi lingkungan, tetapi juga merupakan upaya pelestarian budaya dan kearifan lokal.