Pemerintah Genjot Produksi Migas dan Bangun Kilang hingga 1 Juta Barel per Hari
Pemerintah berencana meningkatkan produksi migas dan membangun kilang baru berkapasitas 1 juta barel per hari untuk mengurangi impor dan meningkatkan ketahanan energi nasional.

Jakarta, 12 Maret 2024 - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana meningkatkan produksi migas (minyak dan gas bumi) seiring dengan pembangunan kilang minyak baru berkapasitas total 1 juta barel per hari. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor minyak mentah dan memperkuat ketahanan energi nasional. Rencana ini diumumkan di Jakarta pada hari Rabu.
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, menyatakan bahwa peningkatan produksi migas akan dilakukan melalui percepatan eksplorasi. "Kami berupaya meningkatkan produksi domestik dengan mempercepat eksplorasi," ujar Yuliot.
Peningkatan lifting migas ini menjadi strategi kunci untuk mengimbangi peningkatan kapasitas kilang dalam negeri. Dengan begitu, pemerintah berharap dapat mencegah lonjakan impor minyak mentah. Saat ini, Indonesia tengah mengalami tren penurunan lifting migas.
Akselerasi Lelang Wilayah Kerja Baru
Selain meningkatkan produksi, pemerintah juga akan mempercepat proses lelang wilayah kerja baru. Hal ini bertujuan untuk membuka akses terhadap sumber daya migas yang lebih luas dan meningkatkan potensi produksi dalam jangka panjang. Proses lelang yang lebih efisien diharapkan dapat menarik minat investor dan mempercepat pengembangan lapangan migas baru.
Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan investasi di sektor hilir energi. Dengan ketersediaan sumber daya migas yang lebih besar, diharapkan pembangunan kilang minyak dapat berjalan optimal dan memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pemerintah juga berkomitmen untuk memastikan distribusi minyak yang merata di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan kilang minyak akan dilakukan di berbagai daerah, termasuk Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Maluku-Papua.
Proyek Hilir US$40 Miliar
Pembangunan kilang minyak ini merupakan bagian dari 21 proyek hilir tahap pertama yang akan dijalankan dengan investasi sebesar US$40 miliar. Proyek-proyek ini juga termasuk dalam target investasi hilir sebesar US$618 miliar hingga tahun 2025. Investasi besar-besaran ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengembangkan sektor energi Indonesia secara berkelanjutan.
Selain kilang minyak, proyek-proyek besar lainnya termasuk pembangunan fasilitas penyimpanan minyak di Pulau Nipah, Kepulauan Riau, untuk memperkuat ketahanan energi nasional. Fasilitas ini akan meningkatkan kapasitas penyimpanan minyak dan memastikan pasokan yang stabil bagi kebutuhan dalam negeri.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, sebelumnya mengumumkan rencana pembangunan kilang minyak dengan kapasitas 1 juta barel per hari, meningkat dari target awal 500 ribu barel per hari. Peningkatan kapasitas ini menunjukkan ambisi pemerintah untuk menjadi pemain utama di sektor energi regional.
Diversifikasi Energi dan Hilirisasi Komoditas
Pemerintah juga menekankan pentingnya pengembangan proyek hilir untuk mendapatkan dimethyl ether (DME) dari bahan baku batubara sebagai pengganti impor LPG. Langkah ini merupakan bagian dari upaya diversifikasi energi dan mengurangi ketergantungan pada sumber energi impor.
Upaya hilirisasi tidak hanya terbatas pada sektor energi. Pemerintah juga menargetkan hilirisasi komoditas lain seperti tembaga, nikel, bauksit alumina, serta sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengembangkan perekonomian Indonesia secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Dengan peningkatan produksi migas dan pembangunan kilang minyak baru, Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada impor, meningkatkan ketahanan energi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Program hilirisasi ini merupakan langkah strategis untuk mencapai tujuan tersebut.