Pemerintah Naikkan Kapasitas Pembangunan Kilang Minyak Jadi 1 Juta Barel per Hari
Pemerintah Indonesia meningkatkan kapasitas pembangunan kilang minyak menjadi 1 juta barel per hari untuk mengurangi ketergantungan impor dan mendorong hilirisasi industri.

Jakarta, 11 Maret 2024 - Dalam upaya percepatan program hilirisasi dan mengurangi ketergantungan impor, pemerintah Indonesia resmi meningkatkan kapasitas pembangunan kilang minyak (refinery) dari rencana awal 500 ribu barel per hari menjadi 1 juta barel per hari. Keputusan ini diumumkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, usai rapat terbatas bersama Presiden di Istana Kepresidenan Jakarta.
Pengumuman tersebut menjawab pertanyaan publik mengenai strategi pemerintah dalam menghadapi tantangan energi nasional. Siapa yang terlibat? Presiden dan Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, memimpin upaya ini. Di mana pembangunan kilang akan dilakukan? Di Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Maluku-Papua untuk pemerataan pembangunan. Kapan keputusan ini diambil? Setelah rapat terbatas pada Senin, 10 Maret 2024. Mengapa peningkatan kapasitas ini penting? Untuk mengurangi impor minyak yang mencapai 1 juta barel per hari. Bagaimana caranya? Dengan membangun kilang baru berkapasitas 1 juta barel per hari di beberapa wilayah Indonesia.
Peningkatan kapasitas ini merupakan langkah signifikan dalam mendorong kemandirian energi Indonesia. Selain pembangunan kilang, pemerintah juga berencana membangun fasilitas penyimpanan (storage) dengan kapasitas 1 juta barel per hari. Langkah ini diharapkan dapat menjamin pasokan energi dalam negeri dan mengurangi risiko fluktuasi harga minyak dunia.
Proyek Hilirisasi: Dorongan Investasi dan Net Zero Emission
Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Roeslani, menambahkan bahwa pemerintah terus mendorong investasi dalam proyek hilirisasi yang telah matang. Baik investor asing maupun domestik diundang untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek yang siap dijalankan. Proyek ini tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi, tetapi juga selaras dengan target pemerintah mencapai net zero emission pada tahun 2060.
Pemerintah akan melakukan evaluasi independen terhadap setiap proyek, mempertimbangkan aspek return investasi, keuntungan, penurunan impor, dan penciptaan lapangan kerja. Transparansi dan perencanaan yang matang menjadi kunci keberhasilan proyek hilirisasi ini.
Selain fokus pada energi, hilirisasi juga akan diperluas ke sektor perikanan, perkebunan, dan kehutanan. Untuk sektor mineral, selain bauksit, pemerintah akan mendorong hilirisasi nikel dan timah. Pembangunan solar panel dan pemanfaatan pasir kuarsa sebagai mineral kritis juga menjadi bagian dari strategi ini.
Rincian Pembangunan Kilang dan Fasilitas Pendukung
Pembangunan kilang minyak dengan kapasitas 1 juta barel per hari akan tersebar di beberapa wilayah Indonesia, yaitu Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Maluku-Papua. Hal ini bertujuan untuk pemerataan pembangunan dan mengurangi disparitas ekonomi antar-wilayah.
Selain kilang, pemerintah juga akan membangun fasilitas penyimpanan (storage) dengan kapasitas yang sama, yaitu 1 juta barel per hari. Fasilitas ini sangat penting untuk menjamin ketersediaan pasokan minyak dan menstabilkan harga.
Pemerintah juga mendorong pengembangan dimethyl ether (DME) sebagai substitusi LPG. Langkah ini merupakan bagian dari upaya diversifikasi energi dan mengurangi ketergantungan pada LPG impor.
Semua proyek ini diarahkan untuk mengurangi ketergantungan impor, meningkatkan nilai tambah sumber daya alam, dan menciptakan lapangan kerja. Dengan demikian, pembangunan kilang minyak ini tidak hanya berdampak pada sektor energi, tetapi juga pada perekonomian nasional secara keseluruhan.
Inisiatif ini merupakan bagian integral dari strategi pemerintah untuk mempercepat hilirisasi industri, mengurangi ketergantungan impor, meningkatkan nilai tambah sumber daya alam, dan menciptakan lapangan kerja. Dengan peningkatan kapasitas kilang minyak ini, Indonesia semakin dekat menuju kemandirian energi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.