Wamen Investasi: Danantara Biayai Proyek DME, Impor LPG Terancam Turun
Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara didapuk untuk membiayai proyek Dimethyl Ether (DME) guna mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor LPG yang mencapai 7-8 juta ton per tahun.

Jakarta, 19 Maret 2024 - Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, mengumumkan kabar baik terkait upaya pengurangan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) di Indonesia. Pemerintah, melalui Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), akan membiayai proyek Dimethyl Ether (DME) sebagai solusi alternatif.
Penggunaan DME sebagai pengganti LPG dinilai sebagai langkah strategis. Hal ini disampaikan Todotua dalam Mining Forum bertema "Industri Tambang di Tengah Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen dan Gejolak Dunia", yang diselenggarakan di Jakarta pada Selasa lalu. Ia menekankan bahwa proyek ini merupakan upaya pemerintah untuk memanfaatkan sumber daya dalam negeri, khususnya batu bara, menjadi produk bernilai tambah.
Indonesia selama ini sangat bergantung pada impor LPG, dengan angka impor mencapai 7-8 juta ton per tahun. Ketergantungan ini menjadi perhatian serius pemerintah, mengingat potensi besar sumber daya batu bara yang dimiliki Indonesia. Konversi batu bara menjadi DME diharapkan mampu mengurangi bahkan menghilangkan ketergantungan tersebut.
Proyek DME: Solusi Mengurangi Impor LPG
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara, Tri Winarno, dalam forum yang sama, memaparkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menunjukkan tingginya angka impor LPG. Data ini menjadi landasan kuat bagi pemerintah untuk mendorong proyek DME sebagai solusi jangka panjang. Dengan keberhasilan proyek ini, Indonesia diharapkan mampu mengurangi bahkan menghilangkan impor LPG di masa mendatang.
Proyek DME sendiri bukanlah hal baru. Sebelumnya, proyek ini sempat mengalami kendala akibat mundurnya investor asing, seperti Air Products dari Amerika Serikat dan investor lain dari China. Namun, pemerintah kini memastikan proyek akan tetap berjalan tanpa ketergantungan pada modal asing. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengandalkan kekuatan ekonomi dalam negeri.
Todotua Pasaribu optimistis bahwa proyek DME akan berhasil mengurangi impor LPG. "Apabila program ini (DME) bisa kami laksanakan maka kami bisa mengurangi impor LPG ke depannya," katanya. Pernyataan ini menunjukkan keyakinan pemerintah terhadap kelancaran dan keberhasilan proyek ini.
Investasi Proyek DME dan Lokasi Pengembangan
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa proyek hilirisasi DME kali ini tidak lagi bergantung pada investor asing. Pemerintah akan membiayai proyek tersebut melalui anggaran negara dan swasta nasional. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mendorong kemandirian ekonomi Indonesia.
Investasi untuk proyek DME diperkirakan mencapai 11 miliar dolar AS. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun infrastruktur pengolahan batu bara menjadi DME. Besarnya investasi ini menunjukkan skala dan dampak besar yang diharapkan dari proyek ini bagi perekonomian Indonesia.
Proyek DME akan dikembangkan di beberapa lokasi strategis di Indonesia, termasuk Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Pemilihan lokasi ini mempertimbangkan ketersediaan sumber daya batu bara dan infrastruktur pendukung.
Dengan pengembangan DME, Indonesia tidak hanya mengurangi ketergantungan pada impor LPG, tetapi juga mendorong hilirisasi industri dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang dimiliki.
Proyek ini diharapkan menjadi contoh nyata bagi upaya pemerintah dalam mengurangi impor dan meningkatkan kemandirian ekonomi nasional. Keberhasilannya akan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia.