Indonesia Geser Ketergantungan LPG, Andalkan DME dengan Pendanaan Domestik
Pemerintah Indonesia berkomitmen mengurangi impor LPG dengan mengembangkan proyek DME senilai US$11 miliar yang didanai dari dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan impor dan memanfaatkan cadangan batubara.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Pemerintah Indonesia, melalui Badan Pengelola Investasi (Danantara), akan mendanai proyek Dimetil Eter (DME) sebagai pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG) impor. Proyek ini diluncurkan sebagai respon atas tingginya impor LPG Indonesia yang mencapai 7-8 juta ton per tahun. Langkah ini diambil untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan memanfaatkan sumber daya batubara domestik. Proyek ini akan dilaksanakan di beberapa lokasi, termasuk Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Hal ini diumumkan pada Forum Pertambangan di Jakarta, Selasa (18 Maret 2024).
Langkah ini diambil karena Indonesia setiap tahunnya mengimpor LPG dalam jumlah besar, menunjukkan tingginya ketergantungan negara pada impor energi ini. Dengan mengolah batubara menjadi DME, Indonesia diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan ketergantungan tersebut. Proyek ini awalnya terhambat karena penarikan investasi asing, namun pemerintah kini memastikan proyek akan berjalan tanpa bergantung pada modal asing.
DME, sebagai bahan bakar alternatif berbasis batubara rendah kalori, diproyeksikan sebagai solusi tepat untuk menggantikan LPG impor. Dengan memanfaatkan sumber daya domestik, proyek ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia. Keberhasilan proyek ini akan menjadi tonggak penting dalam transisi energi di Indonesia.
Proyek DME: Solusi Energi Berbasis Domestik
Deputi Menteri Investasi dan Penanaman Modal, Todotua Pasaribu, menjelaskan bahwa melalui Danantara, pemerintah berupaya memproses batubara menjadi DME sebagai pengganti LPG. "Through Danantara, the government has the idea to process coal to become a DME product, which can be a substitute product for LPG," ungkap Pasaribu. Pemerintah menargetkan pengurangan signifikan impor LPG melalui proyek ambisius ini.
Meskipun awalnya menghadapi kendala penarikan investor asing seperti Air Products dari AS dan investor asal China, pemerintah kini memastikan proyek DME akan tetap berjalan. Hal ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada energi impor dan mendorong kemandirian energi nasional.
Proyek ini direncanakan akan dibangun di beberapa lokasi strategis di Indonesia, memanfaatkan potensi sumber daya batubara yang melimpah di beberapa wilayah tersebut. Dengan demikian, proyek ini diharapkan tidak hanya mengurangi impor LPG, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah tersebut.
Pendanaan Proyek DME dan Estimasi Investasi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa proyek hilir DME di Indonesia tidak lagi bergantung pada investor asing. Pemerintah akan membiayai proyek ini menggunakan sumber daya domestik, termasuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan investasi swasta nasional.
Investasi untuk proyek DME diperkirakan mencapai US$11 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun infrastruktur pengolahan batubara menjadi DME. Besarnya investasi ini menunjukkan skala proyek yang besar dan dampaknya yang signifikan bagi perekonomian Indonesia.
Dengan komitmen pendanaan domestik, proyek ini diharapkan dapat berjalan lancar dan mencapai targetnya dalam mengurangi ketergantungan impor LPG. Hal ini juga menunjukkan kepercayaan pemerintah terhadap kemampuan dalam negeri untuk melaksanakan proyek berskala besar dan kompleks.
Proyek DME ini merupakan langkah strategis Indonesia dalam mencapai kemandirian energi dan mengurangi emisi karbon. Dengan memanfaatkan sumber daya batubara domestik, proyek ini diharapkan dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.