Dorong Industri LPG Lokal: Cara Indonesia Kurangi Impor
Indonesia berupaya mengurangi ketergantungan impor LPG dengan mengembangkan industri dalam negeri dan membangun jaringan gas rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan delapan juta ton LPG per tahun.

Pengembangan industri LPG dalam negeri menjadi sorotan utama guna mengurangi impor dan menyehatkan perekonomian Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Bahlil Lahadalia, Kepala Satgas Percepatan hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, pada Jumat lalu di Jakarta. Pernyataan ini muncul di tengah tingginya impor LPG Indonesia yang mencapai angka signifikan setiap tahunnya.
Bahlil Lahadalia menekankan pentingnya membangun industri LPG dalam negeri dengan memanfaatkan gas C3 (propan) dan C4 (butana). Ia juga mendorong pembangunan jaringan gas rumah tangga untuk memastikan distribusi yang merata dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Langkah ini dinilai krusial untuk mengurangi beban impor yang terus meningkat.
Indonesia mengonsumsi sekitar delapan juta ton LPG per tahun, namun produksi dalam negeri hanya mencapai 1,4 juta ton. Defisit ini memaksa Indonesia mengimpor sekitar enam hingga tujuh juta ton LPG setiap tahunnya. Kondisi ini jelas membebani neraca perdagangan dan devisa negara.
Presiden Prabowo Subianto pun telah menyerukan percepatan upaya pengurangan impor LPG. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk menjaga keseimbangan ekonomi dan mempersempit defisit neraca perdagangan serta devisa negara. Impor LPG yang besar turut berpengaruh signifikan terhadap kondisi ekonomi Indonesia.
Penggunaan devisa negara untuk impor LPG sangat besar, sekitar Rp450 triliun per tahun untuk pembelian minyak dan gas, termasuk LPG. Angka ini berdampak langsung pada neraca perdagangan dan pembayaran negara, sehingga pengembangan industri dalam negeri menjadi solusi tepat untuk meringankan beban tersebut. Oleh karena itu, peningkatan produksi LPG domestik menjadi prioritas utama.
Selain pengembangan industri, pembangunan jaringan gas rumah tangga juga menjadi fokus utama. Jaringan distribusi yang efisien dan merata akan memastikan ketersediaan LPG bagi seluruh masyarakat, khususnya di daerah terpencil. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Kesimpulannya, pengembangan industri LPG dalam negeri dan pembangunan jaringan gas rumah tangga merupakan langkah strategis Indonesia untuk mengurangi ketergantungan impor, menghemat devisa negara, dan meningkatkan ketahanan energi nasional. Dengan demikian, stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dapat terjaga dengan lebih baik.