Rhenald Kasali Mundur dari PT Pos: Tantangan Arus Kas, SDM, dan Kompetisi Menanti
Ekonom Rhenald Kasali mengundurkan diri sebagai komisaris utama PT Pos Indonesia karena penugasan baru dan fokus pada Rumah Perubahan, meninggalkan tantangan arus kas, SDM, dan kompetisi yang ketat bagi perusahaan.
Ekonom ternama Rhenald Kasali resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden komisaris PT Pos Indonesia (Persero) pada 20 April 2025. Pengunduran diri ini diumumkan langsung oleh Rhenald Kasali sendiri kepada ANTARA di Jakarta pada Rabu lalu. Keputusan ini diambil setelah ia mengajukan pengunduran diri sejak awal tahun 2025 karena beberapa alasan penting, yaitu menerima penugasan baru di Inggris dan fokus mengembangkan Rumah Perubahan, lembaga yang ia dirikan.
"Saya sudah sejak awal tahun minta berhenti, karena Rumah Perubahan membutuhkan saya, selain itu saya dapat penugasan baru di luar negeri. Jadi Maret lalu saya menulis surat dan awal April saya harus ke UK," jelas Rhenald Kasali kepada ANTARA. Selama empat tahun menjabat sebagai komisaris utama PT Pos Indonesia, Rhenald Kasali telah memberikan kontribusi signifikan. Sebelumnya, beliau juga pernah menjabat posisi serupa di PT Telkom Indonesia dan PT Angkasa Pura 2.
Meskipun telah mengundurkan diri, Rhenald Kasali tetap menyoroti sejumlah tantangan krusial yang dihadapi PT Pos Indonesia. Tantangan tersebut meliputi permasalahan arus kas (cashflow), pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM), dan persaingan bisnis yang semakin ketat. Ketiga aspek ini memerlukan perhatian serius dari manajemen PT Pos Indonesia agar perusahaan dapat tetap bersaing dan berkembang.
Tantangan Arus Kas PT Pos Indonesia
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi PT Pos Indonesia adalah pengelolaan arus kas. Rhenald Kasali mengungkapkan kekhawatirannya terkait jumlah pegawai PT Pos yang cukup besar. Hal ini berpotensi menimbulkan tekanan signifikan terhadap arus kas perusahaan. "PT Pos ini pegawainya banyak. Tekanan cashflow akan sangat merepotkan karena berbagai hal," ungkap Rhenald Kasali.
Ia menjelaskan beberapa faktor penyebab tekanan arus kas tersebut. Pertama, pasar jasa pos tradisional semakin menyusut, sehingga market-nya nyaris hilang. Kedua, bisnis logistik yang digarap PT Pos belum memberikan hasil yang optimal dan menghadapi persaingan yang sangat ketat. Ketiga, efisiensi anggaran yang kurang optimal berdampak pada pendapatan negara yang terancam. Keempat, beban biaya operasional yang terus meningkat juga menjadi faktor penghambat.
Kondisi ini menuntut PT Pos Indonesia untuk melakukan inovasi dan strategi bisnis yang lebih efektif guna meningkatkan pendapatan dan efisiensi operasional. Diversifikasi layanan dan optimalisasi teknologi menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini.
Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Selain masalah arus kas, Rhenald Kasali juga menyoroti pentingnya peningkatan kualitas SDM di PT Pos Indonesia. Beliau mengungkapkan kekhawatirannya terkait masih banyaknya pejabat di bawah direksi yang kualifikasinya kurang memadai, bahkan ada yang hanya berlatar belakang pendidikan SLTA.
"Ini tentu perlu perhatian, apalagi mereka membawahi orang-orang muda yang pendidikannya S2," tegas Rhenald Kasali. Kondisi ini tentu saja dapat menghambat kinerja perusahaan dan perlu segera diatasi dengan program pelatihan dan pengembangan SDM yang komprehensif. PT Pos Indonesia perlu memastikan bahwa setiap karyawan memiliki kompetensi yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Investasi dalam pelatihan dan pengembangan SDM merupakan investasi jangka panjang yang akan memberikan dampak positif bagi kinerja dan daya saing perusahaan. Program rekrutmen dan seleksi yang ketat juga perlu diterapkan untuk memastikan kualitas SDM yang optimal.
Kompetisi Bisnis yang Ketat
Tantangan lain yang dihadapi PT Pos Indonesia adalah persaingan bisnis yang semakin ketat. PT Pos Indonesia memiliki beban biaya tetap yang tinggi karena asetnya yang tersebar luas, termasuk bangunan-bangunan bersejarah di berbagai daerah, bahkan daerah terpencil. "PT Pos hadir sampai ke daerah-daerah terpencil, namun asetnya juga besar-besar di tengah kota dan merupakan gedung bersejarah," kata Rhenald Kasali.
Beliau menambahkan, "Banyak bangunan yang perlu direnovasi. Di sisi lain, bangunan ini menyandang biaya tetap yang tinggi." Kondisi ini memerlukan strategi manajemen aset yang efektif dan efisien. PT Pos Indonesia perlu mempertimbangkan strategi untuk mengoptimalkan penggunaan asetnya agar tidak menjadi beban biaya yang memberatkan.
Dalam menghadapi persaingan yang ketat, PT Pos Indonesia perlu melakukan inovasi dan transformasi bisnis untuk meningkatkan daya saingnya. Pemanfaatan teknologi digital dan pengembangan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pasar menjadi kunci untuk memenangkan persaingan.
Kesimpulannya, pengunduran diri Rhenald Kasali dari PT Pos Indonesia menyisakan sejumlah tantangan yang perlu segera diatasi. Permasalahan arus kas, pengembangan SDM, dan persaingan bisnis merupakan faktor-faktor krusial yang menentukan keberhasilan PT Pos Indonesia ke depan. Manajemen PT Pos Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis dan inovatif untuk mengatasi tantangan tersebut dan memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan.