RI Optimalkan Skrining TBC di Lapas: Atasi Tingginya Penularan di Lingkungan Tertutup
Pemerintah RI gencar optimalkan skrining TBC di lapas untuk mengatasi tingginya angka penularan di lingkungan padat, dengan pemeriksaan menyeluruh dan pengobatan bagi warga binaan.
Tingginya angka penularan tuberkulosis (TBC) di lembaga pemasyarakatan (lapas) menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia. Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono, mengungkapkan bahwa risiko penularan TBC di lapas jauh lebih tinggi daripada di lingkungan umum. Oleh karena itu, pemerintah memastikan seluruh tahapan skrining dan pengobatan TBC di lapas berjalan optimal, termasuk di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang, Banten.
Pada Rabu, 19 Maret 2024, Kemenkes bersama Kemen PPPA, Kemen Imipas, dan Kemensos melakukan peninjauan proses pemeriksaan TBC dan pemeriksaan kesehatan gratis di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang. Sebanyak 218 warga binaan menjalani pemeriksaan TBC dengan metode Active Case Finding, meliputi pemeriksaan rontgen dada dan Tes Cepat Molekuler (TCM).
Wamenkes Dante menekankan pentingnya skrining kesehatan bagi warga binaan. "Kita hadir di sini untuk sebuah nilai kemanusiaan bahwa setiap hidup harus selalu diperhatikan, setiap harapan harus selalu diupayakan, termasuk upaya skrining kesehatan bagi ibu-ibu warga binaan," ujarnya. Pemeriksaan ini tidak hanya menargetkan warga binaan yang menunjukkan gejala, tetapi juga skrining massal untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Skrining TBC dan Pemeriksaan Kesehatan Komprehensif
Skrining TBC di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang meliputi pemeriksaan rontgen dada dan TCM bagi warga binaan yang diduga menderita TBC. Bagi yang terdiagnosis TBC, akan langsung diberikan pengobatan. Sementara bagi yang negatif, akan diberikan tindakan pencegahan. Selain skrining TBC, warga binaan juga mendapatkan pemeriksaan kesehatan gratis yang komprehensif.
Paket pemeriksaan kesehatan cepat mencakup sepuluh pemeriksaan, antara lain skrining merokok, status gizi, tingkat aktivitas fisik, tekanan darah, gula darah, TBC, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru, kesehatan jiwa, dan geriatri. Karena sasarannya adalah warga binaan perempuan, skrining juga meliputi IVA test, SADARI, serta tes cepat untuk HIV, Hepatitis B, dan Hepatitis C.
Wamenkes Dante berharap upaya skrining ini bermanfaat bagi warga binaan perempuan, sehingga setelah menjalani masa pembinaan, mereka dapat kembali ke masyarakat sebagai warga negara yang sehat dan memiliki hak yang setara dengan warga negara lainnya. Program ini merupakan bentuk komitmen pemerintah untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan warga binaan.
Tantangan Overcrowding dan Risiko Penularan
Wakil Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Silmi Karim, menyoroti masalah overcrowding di lapas yang meningkatkan risiko penularan TBC hingga sepuluh kali lipat dibandingkan masyarakat umum. Jumlah penghuni lapas yang mencapai 280 ribu orang, jauh melebihi kapasitas seharusnya yaitu 140 ribu orang.
Kondisi overcrowding ini menyebabkan penularan penyakit, termasuk TBC, sangat cepat, tidak hanya di antara warga binaan, tetapi juga kepada petugas dan pengunjung lapas. Hal ini semakin menggarisbawahi pentingnya program skrining TBC yang intensif dan komprehensif di lingkungan lapas.
Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Veronika Tan, melihat program skrining ini sebagai kesempatan bagi warga binaan perempuan untuk tetap produktif dan memberdayakan diri. "Hari ini, selain skrining TBC, ada juga pemeriksaan IVA. Ini menjadi titik awal pemberdayaan perempuan agar mereka memiliki tekad untuk perubahan," kata Veronica.
Program skrining TBC di lapas merupakan langkah penting dalam upaya pemerintah untuk menekan angka penularan TBC, khususnya di lingkungan lembaga pemasyarakatan yang rentan terhadap penyebaran penyakit menular. Dengan pemeriksaan yang menyeluruh dan pengobatan yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan warga binaan, serta mencegah penyebaran TBC lebih luas.