Rupiah Diprediksi Menguat: Dialog AS-China dan Sentimen Positif dari Pernyataan Trump
Nilai tukar rupiah diprediksi menguat seiring rencana dialog AS-China dan pernyataan Presiden Trump yang tidak akan memecat Gubernur The Fed, Jerome Powell.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan menguat. Hal ini didorong oleh rencana dialog antara AS dan China untuk menyelesaikan perselisihan tarif, serta pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menepis spekulasi pemecatan Gubernur Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell. Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengungkapkan prediksinya ini kepada ANTARA di Jakarta pada Rabu, 23 April.
Perselisihan tarif antara AS dan China telah menimbulkan ketidakpastian ekonomi global. AS sebelumnya telah mengenakan tarif hingga 245 persen atas barang-barang China, termasuk tarif timbal balik sebesar 125 persen, tarif 20 persen terkait fentanil, dan tarif 'Section 301'. China pun membalas dengan menerapkan tarif impor sebesar 125 persen untuk barang-barang AS pada 11 April 2025. Namun, rencana dialog antara kedua negara memberikan harapan akan adanya kesepakatan yang dapat meredakan ketegangan ekonomi.
Pernyataan Menkeu AS yang menyebutkan adanya kesepakatan dengan China dalam waktu dekat, semakin memperkuat sentimen positif terhadap rupiah. Meskipun Trump sebelumnya menyatakan tarif China tidak akan mendekati 0 persen, rencana dialog ini mengindikasikan upaya nyata untuk mengurangi ketegangan perdagangan. Hal ini dinilai akan mengurangi ketidakpastian dan berdampak positif pada nilai tukar rupiah.
Pengaruh Pernyataan Trump terhadap Nilai Rupiah
Selain rencana dialog AS-China, pernyataan Trump yang memastikan tidak akan memecat Gubernur The Fed, Jerome Powell, juga memberikan sentimen positif terhadap pasar. Sebelumnya, Trump secara terbuka menyatakan ketidaksukaannya terhadap Powell, bahkan sempat mengunggah di media sosialnya tentang keinginan untuk memecat Powell. Ketidakpastian terkait kepemimpinan The Fed sebelumnya menimbulkan kekhawatiran di pasar.
Pernyataan Trump yang menepis spekulasi pemecatan Powell dinilai mengurangi ketidakpastian di pasar keuangan global. Hal ini menciptakan sentimen risk on, di mana investor cenderung lebih berani mengambil risiko investasi, termasuk berinvestasi di pasar negara berkembang seperti Indonesia. Kondisi ini secara tidak langsung turut mendorong penguatan nilai tukar rupiah.
Ketidaksetujuan Trump terhadap Powell sebelumnya dipicu oleh penilaian suram Gubernur The Fed terhadap prospek ekonomi akibat kebijakan tarif besar-besaran Trump. Powell juga menolak menurunkan suku bunga secara cepat tanpa adanya kejelasan dampak kebijakan tarif tersebut. Dengan pernyataan terbaru Trump, ketidakpastian ini berkurang, memberikan ruang bagi penguatan rupiah.
Prediksi Kurs Rupiah dan Kondisi Pasar
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Lukman Leong memprediksi kurs rupiah akan berada di kisaran Rp16.750-Rp16.900 per dolar AS. Namun, perlu diingat bahwa prediksi ini masih bersifat sementara dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung perkembangan situasi ekonomi global dan domestik.
Pada pembukaan perdagangan Rabu pagi, nilai tukar rupiah melemah tipis sebesar 1 poin (0,01 persen) menjadi Rp16.861 per dolar AS. Meskipun terjadi pelemahan kecil, prediksi penguatan rupiah tetap ada seiring dengan perkembangan positif dari rencana dialog AS-China dan pernyataan Trump.
Perlu dipantau perkembangan selanjutnya terkait negosiasi AS-China dan kebijakan moneter The Fed untuk melihat dampaknya terhadap nilai tukar rupiah. Kejelasan mengenai kesepakatan AS-China dan stabilitas kebijakan moneter akan menjadi faktor penentu penguatan rupiah ke depannya.
Secara keseluruhan, situasi saat ini mengindikasikan potensi penguatan nilai tukar rupiah. Namun, investor tetap perlu waspada terhadap berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pasar keuangan global.