Semangat Kepemimpinan Profetik: Pesan Haedar Nashir untuk Pemuda Muhammadiyah
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mendorong Pemuda Muhammadiyah menerapkan kepemimpinan profetik yang menyeimbangkan urusan agama dan dunia dalam Milad ke-93.
Jakarta, 9 Mei 2024 - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, menekankan pentingnya kepemimpinan profetik bagi kader Pemuda Muhammadiyah. Pesan ini disampaikan dalam Malam Tasyakur Milad Ke-93 Pemuda Muhammadiyah di Grand Hotel Sahid Jakarta. Haedar mendorong para pemuda untuk mengimplementasikan nilai-nilai kepemimpinan yang diilhami oleh Nabi Muhammad SAW, menyeimbangkan pengurusan agama dan dunia secara simultan.
Dalam sambutannya, Haedar menjelaskan bahwa kepemimpinan profetik bukan sekadar menjalankan peran di ranah publik, politik, atau masyarakat, tetapi juga bermakna dalam konteks beragama dan berbangsa. Ia menekankan pentingnya menjaga marwah dan muruah Muhammadiyah dalam setiap peran yang diemban. "Itu semuanya merupakan jalan, tapi kiblat dari jalan itu adalah tujuan masing-masing dalam satu konteks keseluruhan kita bermuhammadiyah. Bahkan lebih dalam lagi beragama dalam konteks bangsa, tentu berbangsa," ujarnya.
Lebih lanjut, Haedar mengingatkan pentingnya keikhlasan dalam berjuang. Keikhlasan, menurutnya, merupakan energi rohani yang tak boleh luntur dalam perjuangan di Muhammadiyah. Ia juga memperingatkan agar kader tidak merasa puas atau merasa telah mencapai pemahaman sempurna tentang Muhammadiyah, karena hal tersebut dapat menjadi kamuflase dari kekeringan pemahaman.
Kepemimpinan Profetik: Mengurus Agama dan Dunia
Haedar menjelaskan konsep kepemimpinan profetik yang diinspirasikan oleh pemikiran Kuntowijoyo. Menurutnya, kepemimpinan profetik memiliki dua fungsi utama: menegakkan nilai-nilai agama dan mengurus urusan dunia. Keduanya harus seimbang dan berjalan beriringan. "Kalau kita simpulkan dalam bahasa yang sering diungkap Pak Kuntowijoyo, kepemimpinan profetik artinya kepemimpinan kenabian. Fungsinya dua yang utama mengurus agama menegakkan nilai-nilai agama dan yang kedua mengurus urusan dunia," jelas Haedar.
Ia menekankan pentingnya keseimbangan dalam kepemimpinan di Muhammadiyah, termasuk di Pemuda Muhammadiyah. Dinamika dan dialektika antara mengurus agama dan dunia harus selalu ada. Para kader, terutama yang berada di diaspora, diingatkan untuk senantiasa memegang teguh nilai-nilai kemuhammadiyahan dalam setiap peran dan jabatan yang diemban.
Haedar juga mendorong Pemuda Muhammadiyah untuk terus berkemajuan dan memperluas cakupan pengaruhnya. Ia mendukung kader-kader yang berkiprah di berbagai sektor, asalkan tetap berpegang pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai Muhammadiyah. "Memimpin pergerakan Islam harus ada bedanya, memimpin Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, IPM, dan lain-lain," tegasnya.
Menjaga Nilai-Nilai Kemuhammadiyahan
Dalam konteks kepemimpinan profetik, Haedar mengingatkan pentingnya menjaga nilai-nilai kemuhammadiyahan. Nilai-nilai ini harus menjadi landasan dan pedoman dalam menjalankan peran di berbagai bidang, baik agama maupun dunia. Hal ini penting agar kader Pemuda Muhammadiyah dapat memberikan kontribusi positif bagi umat dan bangsa.
Pesan Haedar Nashir ini menjadi sangat relevan bagi Pemuda Muhammadiyah di era modern. Di tengah dinamika sosial dan politik yang kompleks, kepemimpinan profetik diharapkan dapat menjadi panduan bagi para kader dalam menjalankan perannya dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa dan negara. Kepemimpinan yang berlandaskan nilai-nilai agama dan kemasyarakatan akan menjadi kekuatan yang signifikan dalam membangun Indonesia yang lebih baik.
Dengan menggabungkan semangat keagamaan dan komitmen terhadap kemaslahatan umat, Pemuda Muhammadiyah diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang positif dan inspiratif bagi generasi muda Indonesia.
Sebagai penutup, Haedar kembali menegaskan pentingnya terus belajar dan mengembangkan pemahaman tentang Muhammadiyah. Hal ini penting agar kader senantiasa relevan dan mampu menghadapi tantangan zaman.