Srikandi Berkarya dan Green Neighbour Bahas Peran Perempuan dalam Aksi Iklim
Srikandi Berkarya dan Green Neighbour menggelar FGD bertajuk Woman in Climate Action Talks (Womate Talks) untuk membahas peran penting perempuan dalam penanganan perubahan iklim di Indonesia.
Jakarta, 26 April 2024 - Dalam rangkaian Hari Kartini dan Hari Bumi, Srikandi Berkarya dan Green Neighbour Indonesia berkolaborasi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Woman in Climate Action Talks atau Womate Talks. FGD ini membahas peran krusial perempuan dalam penanganan perubahan iklim di Indonesia. Acara yang berlangsung di Kementerian PPPA, Jakarta, dihadiri oleh berbagai komunitas, organisasi, dan aktivis lingkungan serta perempuan.
FGD dibuka oleh Anindytha Arsa (Co-Founder Srikandi Berkarya) dan Stephanie Dinda (Founder Green Neighbour Indonesia). Sebagai pemantik diskusi, CEO Think Policy Anindya F. Utami dan Deputi Bidang Kesetaraan Gender Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kementerian PPPA, Amurwani Dwi Lestariningsih, memberikan pandangan mereka mengenai isu sentral ini. Amaraduhita Laksmi dari Srikandi Berkarya menyampaikan harapan agar FGD ini meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender dalam bidang lingkungan hidup, sains dan teknologi, serta energi terbarukan. "Kami memiliki harapan bahwa dengan adanya FGD ini, akan semakin banyak masyarakat yang sadar bahwa kesetaraan gender bagi perempuan dalam hal lingkungan hidup, science dan teknologi, serta energi terbarukan sangat penting dan nyata," ujarnya.
Womate Talks bertujuan untuk mendorong kolaborasi yang lebih luas antara komunitas perempuan dan para pengambil kebijakan. Tujuan utamanya adalah memperkuat aksi iklim nasional yang inklusif dan berkeadilan. Acara ini juga melibatkan 30 komunitas, organisasi, dan aktivis yang fokus pada isu lingkungan dan pemberdayaan perempuan. Hasil dari diskusi ini akan dirangkum dalam sebuah policy brief (naskah rekomendasi kebijakan) sepanjang 5-6 halaman. Dokumen ini akan disampaikan kepada pemerintah melalui Kementerian PPPA dan Kementerian Lingkungan Hidup, serta secara opsional kepada Kementerian ESDM dan Bappenas.
Peran Perempuan dalam Mengatasi Perubahan Iklim
Diskusi dalam Womate Talks menekankan pentingnya peran perempuan dalam berbagai aspek penanganan perubahan iklim. Perempuan seringkali menjadi garda terdepan dalam menghadapi dampak perubahan iklim, seperti krisis pangan dan air. Oleh karena itu, keterlibatan mereka dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan sangatlah penting. Partisipasi perempuan yang setara akan menghasilkan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Berbagai isu terkait keadilan gender dalam konteks perubahan iklim dibahas secara mendalam. Peserta FGD bertukar pikiran dan pengalaman untuk menemukan solusi inovatif. Salah satu poin penting yang diangkat adalah perlunya akses yang setara bagi perempuan terhadap sumber daya, teknologi, dan kesempatan dalam bidang lingkungan hidup dan energi terbarukan.
Komitmen untuk melibatkan perempuan secara aktif dalam aksi iklim tidak hanya penting dari sisi moral, tetapi juga dari sisi efektivitas. Studi telah menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan lingkungan dapat meningkatkan hasil yang dicapai. Oleh karena itu, kesetaraan gender bukan hanya sebuah nilai, tetapi juga kunci keberhasilan dalam mengatasi perubahan iklim.
Dukungan dari Berbagai Pihak
Kesuksesan Womate Talks juga didukung oleh berbagai pihak, termasuk Paragon Corp, Yakult, Mallia, Kelana Cookies, dan Tímea Floristry. Dukungan dari perusahaan-perusahaan ini menunjukkan komitmen mereka terhadap kesetaraan gender dan masa depan yang berkelanjutan. Kolaborasi antara berbagai sektor ini menjadi contoh nyata bagaimana upaya bersama dapat menghasilkan dampak yang lebih besar.
Partisipasi aktif dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, organisasi masyarakat sipil, hingga sektor swasta, menunjukkan kesadaran kolektif akan pentingnya isu ini. Kerja sama yang kuat dan komitmen bersama sangat krusial untuk mencapai tujuan aksi iklim yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Womate Talks diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk mendorong lebih banyak inisiatif serupa di masa mendatang. Dengan melibatkan lebih banyak perempuan dan memperkuat kolaborasi antar berbagai sektor, Indonesia dapat lebih efektif dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Sebagai penutup, FGD ini menekankan urgensi kolaborasi dan partisipasi aktif perempuan dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Harapannya, rekomendasi kebijakan yang dihasilkan dapat menjadi landasan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang lebih inklusif dan efektif dalam mengatasi perubahan iklim di Indonesia.