Tetap Ekspansif! Kepercayaan Industri Indonesia Tahan Hantaman Perang Tarif Global
Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Indonesia tetap ekspansif di angka 51,9 poin pada April 2025, meski terdampak perang tarif global, menunjukkan resiliensi sektor industri dalam negeri.
Jakarta, 30 April 2025 - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan bahwa Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Indonesia tetap berada di zona ekspansif meskipun gejolak perang tarif global masih berlangsung. Pada April 2025, IKI mencapai angka 51,9 poin, menunjukkan optimisme pelaku industri dalam negeri. Laporan ini menjawab pertanyaan Apa yang terjadi, Siapa yang terlibat (Kemenperin), Di mana (Indonesia), Kapan (April 2025), Mengapa (meski ada perang tarif), dan Bagaimana (IKI tetap ekspansif).
Meskipun mengalami pelambatan sebesar 1,08 poin dibandingkan bulan Maret 2025 (52,98 poin), angka tersebut tetap menunjukkan kondisi industri yang ekspansif. Kondisi ini menunjukkan resiliensi ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, menyampaikan hal ini dalam konferensi pers di Jakarta pada Rabu lalu. Ia menekankan bahwa kinerja industri dalam negeri tetap kuat dan mampu menghadapi tantangan eksternal.
Dari 23 subsektor industri pengolahan yang diteliti, sebanyak 20 subsektor menunjukkan kinerja ekspansif, berkontribusi sebesar 91,9 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas pada triwulan IV 2024. Kondisi ini menunjukkan sektor manufaktur Indonesia tetap menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Kemenperin terus memantau perkembangan IKI untuk memastikan kebijakan yang tepat sasaran dalam mendukung pertumbuhan industri nasional.
Subsektor Unggul dan yang Mengalami Kontraksi
Febri memaparkan bahwa dua subsektor dengan nilai IKI tertinggi adalah industri percetakan dan reproduksi media rekaman, serta industri barang galian bukan logam. Kinerja positif ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan di kedua sektor tersebut. Pemerintah akan terus mendorong inovasi dan pengembangan di sektor-sektor ini untuk meningkatkan daya saing di pasar global.
Di sisi lain, tiga subsektor yang mengalami kontraksi adalah industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki; industri kayu, barang dari kayu dan gabus; serta industri kendaraan bermotor, trailer dan semitrailer. Penurunan kinerja di subsektor ini perlu menjadi perhatian pemerintah untuk mencari solusi dan strategi pemulihan. Analisis mendalam diperlukan untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan kontraksi tersebut.
Meskipun terdapat subsektor yang mengalami kontraksi, secara keseluruhan IKI tetap ekspansif. Hal ini menunjukkan ketahanan dan daya adaptasi industri Indonesia terhadap berbagai tantangan, termasuk perang tarif. Pemerintah akan terus berupaya menjaga iklim investasi yang kondusif untuk mendorong pertumbuhan industri nasional.
Dampak Perang Tarif dan Pandangan ke Depan
Febri mengakui bahwa perang tarif global telah menekan persepsi pengusaha industri. Hal ini disebabkan oleh hambatan akses pasar internasional dan disrupsi rantai pasok global. "Mereka masih wait and see bagaimana perkembangan perang tarif ini," ujar Febri, menggambarkan sikap hati-hati pelaku industri dalam menghadapi ketidakpastian global.
Meskipun demikian, Kemenperin tetap optimistis bahwa industri domestik akan tetap ekspansif hingga akhir tahun 2025. Optimisme ini didasarkan pada fundamental ekonomi Indonesia yang kuat dan daya tahan sektor industri dalam negeri. Pemerintah akan terus melakukan berbagai upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menunda selama 90 hari tarif resiprokal ke berbagai negara mitra dagang, namun tetap menaikkan bea masuk ke China sebesar 125 persen. Langkah ini memberikan sedikit ruang bagi negara-negara lain untuk bernegosiasi dan mengurangi dampak negatif perang tarif. Namun, potensi kenaikan tarif di sektor farmasi tetap menjadi perhatian.
Secara keseluruhan, IKI yang tetap ekspansif di tengah perang tarif menunjukkan resiliensi ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memantau perkembangan situasi global dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga pertumbuhan industri nasional.