Titang Tue Doa Sekampung: Tradisi Bangka Belitung yang Layak Dilindungi
Pemerintah Kabupaten Bangka didorong untuk mendaftarkan tradisi Titang Tue Doa Sekampung Desa Bintet ke Ditjen Kekayaan Intelektual guna melindungi warisan budaya tak benda tersebut.
Tradisi Titang Tue Doa Sekampung, sebuah ritual unik dari Desa Bintet, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kini tengah menjadi sorotan. Tradisi spiritual yang dilakukan untuk memohon perlindungan dari bencana dan kelancaran pergantian musim ini, mendapat dorongan kuat untuk didaftarkan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (Ditjen KI).
Usulan Pendaftaran ke Ditjen KI
Kepala Divisi Peraturan Perundang-undangan dan Pembinaan Hukum (P3H) Kanwil Kemenkumham Babel, Rahmat Feri Pontoh, pada Selasa, 18 Februari 2024, mengajak Pemerintah Kabupaten Bangka untuk segera mendaftarkan tradisi ini. Menurutnya, pendaftaran ke Ditjen KI merupakan langkah penting untuk melindungi dan melestarikan warisan budaya tak benda ini. "Kami berharap Pemkab Bangka segera mengusulkan tradisi ini ke Ditjen Kekayaan Inteketual sebagai ekspresi budaya tradisional sehingga ada perlindungan," ujar Rahmat.
Titang Tue Doa Sekampung bukan sekadar ritual biasa. Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun oleh warga Desa Bintet sebagai bentuk permohonan agar pergantian musim dari musim barat ke musim timur berjalan lancar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya tradisi ini bagi masyarakat setempat, mencerminkan kearifan lokal dan ketahanan budaya mereka.
Apresiasi dan Dukungan Pemerintah Daerah
Rahmat Feri Pontoh mengapresiasi pelaksanaan tradisi Titang Tue Doa Sekampung yang berlangsung pada Minggu, 16 Februari 2024. Ia menekankan pentingnya peran pemerintah daerah dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya. "Kami berharap pemerintah daerah segera mendaftarkan tradisi ini, karena negara wajib menginventarisasi, menjaga dan memeliharanya," tegasnya. Dukungan serupa juga disampaikan oleh Penjabat Bupati Bangka, Isnaini, yang menyatakan dukungan penuh terhadap tradisi ini dan berharap agar tradisi tersebut dapat diintegrasikan ke dalam kalender event pariwisata Bangka.
Lebih dari Sekadar Doa
Titang Tue Doa Sekampung bukan hanya sebatas pembacaan doa. Acara ini dikemas secara meriah dengan berbagai kegiatan seni budaya. Masyarakat Desa Bintet menampilkan beragam kesenian tradisional seperti seni dambus, pencak silat, tari kedidi, dan tari samber kelayang putih. Sajian buk idang oleh lima dusun dan doa bersama (ketupat lepas) juga menjadi bagian penting dari rangkaian acara ini, bertujuan untuk memohon keberkahan atas hasil tani dan perikanan.
Festival ekonomi kreatif juga turut memeriahkan acara ini, menampilkan kuliner lokal dan operasi pasar murah yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka. Hal ini menunjukkan sinergi antara pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi kreatif di daerah tersebut.
Pentingnya Pelestarian Budaya Lokal
Pendaftaran Titang Tue Doa Sekampung ke Ditjen KI bukan hanya sekadar formalitas. Langkah ini memiliki implikasi penting dalam menjaga kelangsungan tradisi tersebut. Dengan terdaftar secara resmi, tradisi ini akan mendapatkan perlindungan hukum dan pengakuan negara. Hal ini akan membantu mencegah pembajakan atau klaim kepemilikan oleh pihak lain, serta mendorong upaya pelestarian dan pengembangannya lebih lanjut.
Lebih jauh lagi, pelestarian tradisi seperti Titang Tue Doa Sekampung berkontribusi pada pelestarian identitas budaya Bangka Belitung. Tradisi ini menjadi bagian penting dari kekayaan budaya Indonesia yang perlu dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang. Dengan demikian, dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat sangatlah penting untuk keberlangsungan tradisi ini.
Kesimpulan
Dorongan untuk mendaftarkan tradisi Titang Tue Doa Sekampung ke Ditjen KI merupakan langkah strategis dalam upaya pelestarian budaya. Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual, melainkan cerminan kearifan lokal dan kekayaan budaya Bangka Belitung yang patut dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang. Semoga upaya ini dapat segera terealisasi dan tradisi Titang Tue Doa Sekampung dapat tetap lestari.