Teknologi Nuklir: Deteksi Kanker Lebih Akurat dan Dini
Teknologi nuklir, khususnya radiofarmaka seperti FDG dalam PET Scan, membantu deteksi dini kanker secara akurat dengan memonitor metabolisme sel kanker, meskipun perkembangannya di Indonesia masih perlu ditingkatkan.
Jakarta, 14 Februari (ANTARA) - Dunia kedokteran menyaksikan kemajuan pesat dalam deteksi kanker berkat teknologi nuklir. Radioisotop dan radiofarmaka kini menjadi solusi inovatif untuk mendeteksi kanker lebih dini dan akurat, membuka peluang keberhasilan terapi yang lebih tinggi. Penggunaan teknologi ini menjadi kunci utama dalam pengobatan kanker yang lebih efektif.
Deteksi Kanker dengan Radiofarmaka
Ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler Indonesia (PKN-TMI), dr. Yustia Tuti, SpKNTM, Subsp.(K)Onk, FANMB menjelaskan, "Teknologi nuklir adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknik yang berkaitan dengan penggunaan energi atau bahan dari reaksi nuklir. Salah satu penerapannya di bidang kesehatan adalah penggunaan radiofarmaka untuk mendeteksi, mendiagnosis, dan mengobati penyakit, terutama kanker."
Radiofarmaka, senyawa kimia dengan inti atom radioaktif, berperan penting dalam diagnosis dan pengobatan kanker. Teknologi canggih seperti Positron Emission Tomography (PET Scan) dan Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT) memanfaatkan radiofarmaka untuk menghasilkan citra medis yang detail.
PET Scan dan FDG: Akurasi Deteksi Kanker
Salah satu radiofarmaka yang umum digunakan dalam PET Scan adalah F18-Fluorodeoxyglucose (FDG). FDG, analog glukosa dengan isotop radioaktif Fluor-18, dimanfaatkan untuk mendeteksi sel kanker. Sel kanker, dengan metabolisme yang tinggi, menyerap FDG lebih banyak daripada sel normal. Hal ini memungkinkan PET Scan menghasilkan gambar yang akurat mengenai lokasi dan penyebaran kanker.
"Penyerapan F18-FDG yang lebih tinggi pada sel kanker memungkinkan PET Scan memberikan gambaran yang sangat akurat tentang lokasi dan tingkat penyebaran kanker. Prosedur ini aman karena dilakukan dengan dosis radiasi terukur dan mengikuti prinsip-prinsip keselamatan pasien," tambah dr. Yustia.
Keamanan dan Prosedur PET Scan
Meskipun melibatkan bahan radioaktif, PET Scan tetap aman jika dilakukan dengan mengikuti tiga prinsip keselamatan radiasi: justifikasi (manfaat lebih besar dari risiko), optimisasi (dosis terukur tanpa mengurangi kualitas diagnostik), dan pemantauan (pencatatan dosis radiasi ketat untuk keamanan pasien).
Penerapan prinsip-prinsip ini memastikan prosedur PET Scan aman dan efektif dalam mendeteksi kanker. Namun, perlu diingat bahwa perkembangan kedokteran nuklir di Indonesia masih perlu ditingkatkan untuk menyamai negara-negara maju di Asia.
Peningkatan Akses Teknologi Nuklir di Indonesia
Untuk mengatasi keterbatasan akses terhadap teknologi nuklir di Indonesia, perusahaan farmasi seperti PT Kalbe Farma Tbk menunjukkan komitmennya. Kalbe berinvestasi dalam membangun fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka, termasuk F18-FDG, untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas. Langkah ini diharapkan dapat mempercepat deteksi dini kanker dan meningkatkan peluang kesembuhan pasien.
Kesimpulan
Teknologi nuklir, khususnya penggunaan radiofarmaka dalam PET Scan, menawarkan solusi inovatif untuk deteksi dini dan akurat kanker. Meskipun ada tantangan dalam pengembangannya di Indonesia, upaya peningkatan akses terhadap teknologi ini menjanjikan masa depan yang lebih baik dalam penanganan kanker. Dengan teknologi yang tepat dan komitmen dari berbagai pihak, deteksi dini kanker dapat menjadi kenyataan, meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup para penderita kanker.