Waspada, Penderita Diabetes Risiko Tinggi Dianjurkan Tidak Berpuasa Ramadhan
Dokter spesialis penyakit dalam menyarankan penderita diabetes dengan risiko tinggi untuk tidak berpuasa Ramadhan karena dapat menyebabkan komplikasi serius seperti hipoglikemia dan hiperglikemia.
Jakarta, 7 Maret 2024 (ANTARA) - Seorang dokter spesialis penyakit dalam lulusan Universitas Indonesia (UI), dr. Faradiessa Addiena Sp.PD, memberikan anjuran penting bagi penderita diabetes. Dalam diskusi daring, beliau menekankan bahwa individu dengan diabetes berisiko tinggi sebaiknya menghindari puasa Ramadhan. Anjuran ini didasarkan pada potensi komplikasi serius yang dapat ditimbulkan oleh puasa bagi kelompok ini.
Menurut dr. Faradiessa, meskipun berpuasa merupakan kewajiban agama, namun kesehatan harus tetap diprioritaskan. Berpuasa dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol, baik terlalu rendah maupun terlalu tinggi, dapat memicu berbagai komplikasi kesehatan yang berbahaya. Oleh karena itu, bagi mereka yang memiliki risiko tinggi, anjuran untuk tidak berpuasa perlu dipertimbangkan dengan serius.
Penjelasan lebih lanjut disampaikan mengenai potensi bahaya yang mengintai penderita diabetes yang berpuasa. Risiko tersebut tidak boleh dianggap remeh dan perlu dipahami dengan baik oleh para penderita diabetes dan keluarganya.
Risiko Puasa Bagi Penderita Diabetes Risiko Tinggi
Beberapa komplikasi serius dapat muncul jika penderita diabetes berisiko tinggi tetap berpuasa. Hipoglikemia, kondisi di mana kadar gula darah turun di bawah 70 mg/dL, dapat menyebabkan berbagai gejala seperti pusing, lemas, hingga kehilangan kesadaran. Kondisi ini tentu sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
Selain hipoglikemia, hiperglikemia juga menjadi ancaman serius. Hiperglikemia, dengan kadar gula darah di atas 300 mg/dL, dapat memicu Ketoasidosis Diabetik, terutama jika disertai dehidrasi. Dehidrasi sendiri meningkatkan risiko trombosis, yaitu pembentukan gumpalan darah yang dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Kondisi ini meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung koroner.
Lebih lanjut, dr. Faradiessa menjelaskan bahwa penderita diabetes melitus tipe 1 sebaiknya menghindari puasa. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang sedang sakit akut atau menjalani pekerjaan fisik berat yang meningkatkan risiko dehidrasi. Semua kondisi ini meningkatkan risiko komplikasi serius selama berpuasa.
Screening Sebelum Puasa Ramadhan
Untuk menentukan tingkat risiko, dr. Faradiessa menyarankan penderita diabetes untuk melakukan screening kesehatan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Waktu ideal untuk melakukan screening adalah dua bulan sebelum Ramadhan, atau paling lambat dua minggu sebelum memulai puasa.
Screening ini penting untuk memastikan kondisi gula darah terkontrol dengan baik. Kadar gula darah yang aman untuk berpuasa adalah antara 80-130 mg/dL sebelum makan, dan di bawah 180 mg/dL dua jam setelah makan. Dengan demikian, penderita diabetes dapat mempersiapkan diri dan mengambil keputusan yang tepat terkait puasanya.
Bagi mereka yang diabetesnya terkontrol, menggunakan obat oral, dan tidak memiliki riwayat hipoglikemia atau hiperglikemia, relatif lebih aman untuk berpuasa. Namun, tetap penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan keamanan dan kesehatan selama berpuasa.
Kesimpulan
Penderita diabetes, terutama yang berisiko tinggi, perlu memperhatikan kondisi kesehatannya sebelum memutuskan untuk berpuasa. Konsultasi dengan dokter dan melakukan screening gula darah sangat dianjurkan untuk mencegah komplikasi kesehatan yang berbahaya selama bulan Ramadhan. Prioritas utama adalah menjaga kesehatan dan keselamatan, sehingga keputusan untuk berpuasa harus didasarkan pada kondisi kesehatan masing-masing individu.