100 Hari Prabowo: Proyek Kelistrikan Dukung Ketahanan Energi, Namun Perlu Waspada
Peresmian 37 proyek infrastruktur kelistrikan oleh Presiden Prabowo dinilai mendukung ketahanan energi, namun perlu diwaspadai dominasi PLTGU dan perlunya diversifikasi energi terbarukan.
Presiden Prabowo Subianto meresmikan 37 proyek infrastruktur ketenagalistrikan di 18 provinsi pada Senin, 20 Januari 2024. Proyek dengan total kapasitas 3,2 gigawatt (GW) ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan energi nasional. Peresmian dilakukan di PLTA Jatigede, Sumedang, Jawa Barat, menandai salah satu langkah penting dalam 100 hari pemerintahannya.
Managing Director Energy Shift Institute, Putra Adhiguna, mengapresiasi peresmian proyek ini. Ia menilai proyek tersebut memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan energi Indonesia. Namun, Putra juga menyoroti komposisi jenis pembangkit listrik yang diresmikan.
Sekitar tiga perempat dari kapasitas energi yang diumumkan berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU). Putra mengingatkan bahwa PLTGU bukan termasuk energi terbarukan. Ia menekankan pentingnya perencanaan yang matang terkait pengembangan PLTGU, mengingat ketergantungan pada pasokan gas domestik.
Putra menambahkan, perlu ada perhitungan yang cermat terkait cadangan gas domestik dan kebutuhan dalam negeri. Ekspansi PLTGU yang besar-besaran tanpa memperhatikan hal tersebut berpotensi meningkatkan impor gas. Hal ini menjadi perhatian mengingat subsidi negara untuk gas PLN yang cukup besar saat ini.
Selain itu, Putra juga mengingatkan dampak emisi gas rumah kaca. Emisi metana dari gas, misalnya, jauh lebih berbahaya daripada CO2. Oleh karena itu, diversifikasi energi terbarukan sangat penting. Saat ini, energi terbarukan yang diresmikan masih didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Provinsi yang tercakup dalam proyek ini antara lain Aceh, Sumatera Utara, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, dan IKN. Proyek meliputi pembangunan pembangkit, transmisi, dan gardu induk listrik.
Meskipun proyek ini memberikan langkah positif menuju ketahanan energi, perlu adanya perhatian serius terhadap diversifikasi energi terbarukan di luar PLTA, seperti energi surya dan panas bumi. Penggunaan gas perlu diimbangi dengan perencanaan yang matang, memastikan ketersediaan pasokan domestik dan mengurangi potensi peningkatan impor gas di masa depan. Hal ini penting untuk menjaga keberlanjutan dan kemandirian energi Indonesia.
Kesimpulannya, proyek kelistrikan yang diresmikan merupakan langkah strategis dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan ketahanan energi. Namun, perencanaan yang terukur dan diversifikasi sumber energi terbarukan menjadi kunci keberhasilan jangka panjang, mencegah ketergantungan yang berisiko pada sumber daya tertentu.