213 Daiyah Kemenag Tebar Syiar Islam di Wilayah 3T Selama Ramadhan
Kemenag mengirimkan 213 daiyah untuk memperkuat syiar Islam di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) selama Ramadhan, menghadapi tantangan akses dan infrastruktur yang terbatas.

Kementerian Agama (Kemenag) mengirimkan 213 daiyah ke wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) selama Ramadhan 2023. Program ini merupakan bagian dari pengiriman 1.000 dai ke daerah-daerah yang selama ini memiliki keterbatasan akses layanan keagamaan. Pengiriman daiyah ini bertujuan memperkuat syiar Islam dan pemberdayaan perempuan di wilayah tersebut.
Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi, menjelaskan bahwa kehadiran daiyah sangat dibutuhkan di wilayah 3T. Mereka tidak hanya bertugas menyampaikan ajaran Islam, tetapi juga berperan dalam pemberdayaan perempuan, pendidikan keagamaan anak-anak, dan penguatan ketahanan sosial masyarakat. Program ini merupakan strategi penguatan peran perempuan dalam dakwah yang lebih inklusif dan responsif.
Zayadi berharap program ini memberikan manfaat besar bagi masyarakat di wilayah 3T dan mendorong lebih banyak daiyah untuk terlibat di masa mendatang. Ia menekankan komitmen Kemenag untuk memastikan dakwah di Indonesia semakin inklusif dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Peran perempuan dalam dakwah, menurutnya, sangat penting untuk memperluas jangkauan manfaat program keagamaan.
Tantangan dan Pengalaman Daiyah di Wilayah 3T
Siti Kasumah, salah satu daiyah yang bertugas di Desa Laelangge, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Aceh, berbagi pengalamannya. Perempuan berusia 27 tahun ini menghadapi tantangan perjalanan yang sulit menuju lokasi tugasnya, melewati medan berbatu dan jalan tanah merah yang licin saat hujan. Namun, niatnya untuk berdakwah mendorongnya untuk tetap melanjutkan perjalanan.
Desa Laelangge merupakan wilayah terpencil dengan akses terbatas terhadap pendidikan agama. Banyak anak-anak yang belum lancar membaca Al-Quran, dan para ibu masih minim pemahaman tentang fikih ibadah. Tantangan ini menjadi fokus utama Siti dalam menjalankan tugasnya.
Di Desa Laelangge, Siti tidak hanya mengajar mengaji, tetapi juga memberikan bimbingan keagamaan kepada para ibu, termasuk tentang fikih wanita. Antusiasme masyarakat sangat tinggi karena selama ini jarang ada pendakwah perempuan yang dapat berdiskusi lebih mendalam tentang persoalan keagamaan yang mereka hadapi. "Mereka antusias sekali, karena selama ini jarang ada pendakwah perempuan yang bisa mereka ajak berdiskusi lebih dalam tentang persoalan keagamaan yang mereka alami," ujar Siti.
Siti juga mengungkapkan kendala utama dalam berdakwah di wilayah tersebut, yaitu keterbatasan infrastruktur, fasilitas di masjid/musholla, dan akses informasi. Jaringan internet yang lemah dan listrik yang sering padam menjadi hambatan tersendiri. Namun, ia bersyukur atas dukungan dan keterbukaan masyarakat setempat terhadap program dakwah yang dijalankan.
Infrastruktur dan Akses Informasi Menjadi Kendala Utama
Keterbatasan infrastruktur dan akses informasi menjadi tantangan besar bagi para daiyah dalam menjalankan tugasnya di wilayah 3T. Hal ini menyulitkan mereka dalam menyampaikan materi dakwah dan berinteraksi dengan masyarakat. Meskipun demikian, semangat dan dedikasi para daiyah tetap tinggi untuk memberikan pelayanan keagamaan terbaik bagi masyarakat.
Program pengiriman daiyah ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam pemerataan akses layanan keagamaan di seluruh Indonesia. Kehadiran daiyah di wilayah 3T diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama Islam di tengah masyarakat, serta memberdayakan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.
Ke depan, perlu adanya peningkatan dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak untuk mengatasi kendala infrastruktur dan akses informasi di wilayah 3T. Hal ini penting agar program dakwah dapat berjalan efektif dan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat.
Melalui program ini, Kemenag berharap dapat memperkuat ukhuwah Islamiyah dan meningkatkan kualitas kehidupan beragama masyarakat di wilayah 3T. Keberadaan daiyah diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan keagamaan dan sosial yang dihadapi masyarakat di daerah terpencil tersebut. Semoga program ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia.