8 Negara Kumpul! Kursus Internasional Access to Justice di UI Cordoba Banyuwangi Tarik Perhatian Dunia
Kursus Internasional Access to Justice di UI Cordoba Banyuwangi berhasil menarik peserta dari delapan negara, menawarkan pengalaman belajar unik tentang keadilan.

Kursus internasional bertajuk "Course on Access to Justice" sukses digelar di Universitas Islam (UI) Cordoba Banyuwangi, Jawa Timur. Acara ini merupakan kolaborasi antara Fakultas Hukum Universitas Jember (Unej) dan The Centre for Human Rights, Multiculturalism, and Migration (CHRM2). Kegiatan ini menarik perhatian global dengan partisipasi delegasi dari delapan negara berbeda.
Kursus ini dirancang sebagai ruang belajar komprehensif yang memadukan teori hukum dengan pengalaman lapangan langsung. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan semangat kemanusiaan lintas batas di antara para pesertanya. Mereka diajak untuk memahami konsep keadilan secara mendalam melalui perspektif global dan lokal.
Para peserta tidak hanya berdiskusi di dalam kelas, tetapi juga diajak menyusuri denyut kehidupan masyarakat. Kunjungan lapangan dilakukan di berbagai komunitas di Jember, Lumajang, hingga Banyuwangi. Hal ini memberikan kesempatan untuk melihat bagaimana nilai-nilai keadilan dihidupkan dalam keseharian masyarakat.
Pendekatan Pembelajaran Experiential Learning
Kursus Internasional Access to Justice ini mengadopsi pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman atau experiential learning. Metode ini memungkinkan peserta untuk tidak hanya memahami keadilan sebagai konsep abstrak. Mereka diajak untuk merasakan keadilan sebagai pengalaman yang menyentuh nurani.
Peserta yang datang dari delapan negara, yakni Indonesia, Amerika Serikat, Filipina, Vietnam, Srilanka, Singapura, Pakistan, dan India, terlibat aktif. Mereka menyaksikan langsung praktik keadilan di lingkungan pondok pesantren. Selain itu, mereka juga berinteraksi dengan kelompok sosial yang sering terpinggirkan dari wacana hukum formal.
Rektor UI Cordoba Banyuwangi, Prof. Agus Trihartono, menjelaskan bahwa kegiatan ini membuka jalan menuju kehidupan nyata. Pendekatan ini diharapkan dapat membentuk empati yang kuat pada diri setiap peserta. Ini merupakan upaya untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik keadilan di masyarakat.
Peran Islam dalam Keadilan Substantif
Salah satu sesi penting dalam kursus ini adalah paparan dari Pengasuh Pondok Pesantren Minhajut Thullab Banyuwangi, KH Taha Muntaha. Beliau membawakan tema "Peran Islam dalam Sistem Pemerintahan Indonesia dalam Menegakkan Keadilan bagi Manusia, Terutama bagi Kelompok Minoritas dan Rentan". Tema ini sangat relevan.
Materi yang disampaikan KH Taha Muntaha membentangkan ruang kontemplasi mendalam. Pembahasan berfokus pada bagaimana nilai-nilai Islam dapat menghadirkan keadilan substantif. Ini berlaku dalam konteks kenegaraan Indonesia yang demokratis dan pluralistik.
Keadilan yang dibahas tidak hanya untuk mayoritas, tetapi juga bagi kelompok-kelompok yang kerap terpinggirkan. Contohnya termasuk penyandang disabilitas, perempuan, serta kelompok sosial keagamaan lain. Mereka sering menghadapi stigma atau eksklusi sosial dalam masyarakat.
Banyuwangi sebagai Simpul Pertemuan Global dan Lokal
Kegiatan ini juga menjadi momen penting untuk silaturahmi intelektual. Para pimpinan perguruan tinggi Islam dari wilayah Tapal Kuda turut diundang untuk memperkaya dialog. Kehadiran mereka diharapkan mampu menautkan nilai-nilai lokal dengan wacana global mengenai keadilan, toleransi, dan hak asasi manusia.
Prof. Agus Trihartono menegaskan bahwa ini adalah upaya konkret menjadikan Banyuwangi sebagai simpul pertemuan. Kota ini tidak hanya menjadi tuan rumah, tetapi juga titik temu antara nilai-nilai global dan kearifan lokal. Hal ini menunjukkan komitmen Banyuwangi sebagai pusat diskusi keadilan.
Dalam arus dunia yang bergerak cepat, kursus ini mengingatkan bahwa keadilan tidak hanya hidup di ruang-ruang sidang. Keadilan juga tidak hanya terbatas pada lembaran peraturan hukum formal. Keadilan sejati tumbuh dari akar kehidupan masyarakat, dari suara-suara yang kerap luput didengar.
Banyuwangi, dengan segala keberagamannya, hari ini memanggil dunia untuk mendengar. Ini adalah pesan kuat dari kegiatan tersebut. Kursus ini menegaskan bahwa pemahaman keadilan harus melibatkan perspektif dari berbagai lapisan masyarakat.