Aktor Senior Subarkah Hadisarjana Berpulang di Usia 67 Tahun
Aktor senior dan pengajar Institut Kesenian Jakarta, Subarkah Hadisarjana, meninggal dunia pada usia 67 tahun, meninggalkan jejak karier gemilang di dunia seni peran dan teater Indonesia.

Aktor senior Subarkah Hadisarjana telah meninggal dunia pada Selasa dini hari, 11 Maret 2024, di usia 67 tahun. Kabar duka ini disampaikan oleh Ketua Humas PB Parfi dan Direktur Rumah Film Indonesia, Evry Joe, melalui pesan singkat. Subarkah mengembuskan napas terakhirnya di RS Sentra Medika Depok, Jawa Barat. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, rekan sesama seniman, dan para penggemarnya.
Evry Joe menyampaikan belasungkawa dan mendoakan agar almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan. "Insyaa Allah Allahyarham, wafat dalam keadaan husnul khotimah, dihapuskan dosanya, diterima amal ibadahnya dan ditempatkan di syurga terindah milik Allah Subhaana wata'ala Aamin. Mohon dimaafkan segala salah dan khilafnya," tulis Evry Joe dalam pesan singkatnya. Jenazah Subarkah disemayamkan di rumah duka di Pondok Tirta Mandala, Jl. Rajawali J3 No.6 Depok, Jawa Barat, sebelum dimakamkan di TPU Tapos, Bogor, Jawa Barat.
Subarkah Hadisarjana bukan hanya dikenal sebagai aktor film dan teater kawakan, tetapi juga sebagai seorang pengajar senior di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Ia mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk dunia seni peran dan pendidikan seni di Indonesia. Kiprahnya yang panjang dan berkesan telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan seni pertunjukan di Tanah Air.
Jejak Karier Gemilang Subarkah Hadisarjana
Lahir di Pare, Kediri, Jawa Timur pada 25 Juni 1958, Subarkah Hadisarjana memulai kariernya di dunia seni peran dengan aktif terlibat dalam berbagai pementasan teater. Tidak hanya sebagai aktor, ia juga berperan sebagai penata rias, artistik, dan penata busana di berbagai acara dan pentas, khususnya di Teater Populer, sebelum bergabung dengan Teater Koma dan lainnya. Keahliannya yang multi talenta ini membuatnya menjadi sosok yang dihormati dan diandalkan di dunia teater Indonesia.
Subarkah juga terlibat dalam sejumlah film layar lebar, antara lain 'Kipas-Kipas Cari Angin' (1989), 'Petualangan 100 Jam' (2004), dan 'Get Married 3' (2011). Selain itu, ia juga pernah tampil di beberapa sinetron, seperti '17th' dari rumah produksi Starvision Plus. Pengalamannya yang luas ini menunjukkan versatilitas dan dedikasinya dalam berkarya di dunia perfilman Indonesia.
Salah satu peran penting Subarkah adalah sebagai penata rias dalam film 'Pengkhianatan G 30 S/PKI' (1982) dan 'Djakarta 1966', karya Arifin C Noer. Keahliannya dalam tata rias film menunjukkan kemampuannya yang mumpuni dalam menciptakan karakter dan suasana dalam sebuah produksi film.
Dukungan dan Belasungkawa
Kabar duka kepergian Subarkah Hadisarjana disambut dengan ucapan belasungkawa dari berbagai kalangan, termasuk para selebriti. Shahnaz Haque, salah satu artis yang pernah bekerja sama dengan Subarkah, mengunggah video di Instagram sebagai bentuk penghormatan dan kenangan akan sosok Subarkah. Dalam unggahan tersebut, Shahnaz mengenang pengalamannya sebagai murid Subarkah dalam bidang tata rias karakter selama pementasan Teater Koma.
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wa'fu anhu. Selamat jalan Ayah Subarkah Hadisarjana @subarkah5 tercinta. Nuhun sudah mengijinkan saya menjadi anak magang MUA (Make Up Artist), di RORO JONGGRANG. Produksi ke 225 Teater Koma. Pementasan ini sangatlah berkesan, karena pertama kali saya berguru dengan Maestro make up karakter, Ayah Barkah. Dan terakhir kali bisa menyaksikan Mas @nanoriantiarno masih mengawal @teaterkoma, walau sudah ada di kursi roda," tulis Shahnaz Haque.
Kepergian Subarkah Hadisarjana merupakan kehilangan besar bagi dunia seni peran dan teater Indonesia. Dedikasi dan kontribusinya yang luar biasa akan selalu dikenang dan menjadi inspirasi bagi generasi penerus seniman Indonesia.
Subarkah Hadisarjana telah memasuki masa purnabakti sebagai pengajar di IKJ pada bulan Maret 2024. Ia meninggalkan warisan yang berharga, tidak hanya dalam bentuk karya-karya seni yang telah dihasilkan, tetapi juga melalui pendidikan dan bimbingan yang diberikan kepada para mahasiswa IKJ.