Ancaman AI terhadap Pelaku Wisata: Tantangan Kompetensi dan Pengelolaan Sampah
Legislator Samuel Wattimena memperingatkan ancaman AI terhadap pelaku wisata di Indonesia, menekankan pentingnya peningkatan kompetensi SDM dan pengelolaan sampah untuk menghadapi era digital.

Anggota Komisi VII DPR, Samuel Wattimena, baru-baru ini memberikan peringatan serius tentang ancaman kecerdasan buatan (AI) terhadap kelangsungan hidup pelaku wisata di Indonesia. Peringatan tersebut disampaikan saat bimbingan teknis bagi pelaku wisata di Pantai Indah Kemangi, Kendal, Jawa Tengah, Jumat (16/5).
Dalam bimbingan teknis yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata tersebut, Samuel Wattimena memaparkan bahwa AI, yang kini bukan lagi sekadar angan-angan, berpotensi menggeser peran manusia dalam industri pariwisata. Ia memprediksi bahwa dalam lima tahun ke depan, tenaga kerja manusia di sektor ini mungkin tidak lagi dibutuhkan jika tidak ada peningkatan kompetensi yang signifikan.
Pernyataan tersebut didasari oleh potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah, khususnya di daerah Pantai Indah Kemangi, yang sayangnya belum dikelola secara optimal karena kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan berkompeten.
Peningkatan Kompetensi SDM: Kunci Kelangsungan Pelaku Wisata
Samuel Wattimena menekankan perlunya peningkatan kompetensi SDM sebagai langkah krusial bagi pelaku wisata untuk menghadapi era AI. Ia mendorong para pelaku wisata untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan mereka agar tetap relevan dan kompetitif. "Saat ini kita masih bisa mengelola sendiri potensi wisata yang ada, tapi lima tahun lagi belum tentu tenaga kita masih diperlukan," tegas Samuel. Peningkatan kompetensi ini tidak hanya mencakup keahlian teknis, tetapi juga kemampuan beradaptasi dengan teknologi dan tren terbaru di industri pariwisata.
Bimbingan teknis yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam upaya peningkatan kompetensi tersebut. Pelatihan dan pengembangan keterampilan yang berkelanjutan sangat penting untuk memastikan para pelaku wisata mampu bersaing dan tetap bertahan di tengah perkembangan teknologi yang pesat.
Pemerintah juga diharapkan dapat berperan aktif dalam menyediakan program-program pelatihan dan pendampingan bagi pelaku wisata, khususnya di daerah-daerah yang memiliki potensi wisata alam yang besar. Kerjasama antara pemerintah, pelaku wisata, dan lembaga pendidikan sangat penting untuk menciptakan SDM yang berkualitas dan mampu menghadapi tantangan di masa depan.
Pengelolaan Sampah: Tantangan Lain di Sektor Pariwisata
Selain masalah kompetensi SDM, Samuel Wattimena juga menyoroti masalah sampah yang masih menjadi pekerjaan rumah di berbagai objek wisata. Ia mencontohkan masalah sampah di pantai yang seringkali terbawa oleh gelombang pasang, dan hal ini tentu saja mempengaruhi kenyamanan dan kebersihan lingkungan wisata.
Menurut Samuel, wisatawan cenderung hanya memperhatikan kebersihan pantai secara kasat mata. "Turis tidak peduli, mereka hanya melihat pantainya bersih atau kotor," ujarnya. Oleh karena itu, kesadaran dan tanggung jawab para pelaku wisata untuk menjaga kebersihan lingkungan sangatlah penting.
Kebersihan lingkungan wisata bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau petugas kebersihan, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh stakeholders, termasuk para pelaku wisata dan wisatawan itu sendiri. Upaya menjaga kebersihan lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti menyediakan tempat sampah yang memadai, melakukan edukasi kepada wisatawan, dan menerapkan sistem pengelolaan sampah yang efektif.
Samuel Wattimena menekankan pentingnya komitmen untuk selalu meningkatkan pengelolaan kebersihan. "Tugas kita menjaga. Masing-masing tidak perlu berusaha lebih baik dari orang lain. Kita cukup harus lebih baik dibanding kemarin," katanya.
Kesimpulannya, ancaman AI terhadap pelaku wisata di Indonesia merupakan tantangan nyata yang harus dihadapi dengan strategi yang tepat. Peningkatan kompetensi SDM dan pengelolaan sampah yang efektif menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi era digital dan menjaga daya tarik destinasi wisata Indonesia.