Anggota DPR Desak Pertamina Percepat Distribusi BBM Jember: Jalur Gumitir Ditutup Hingga 2025
Kelangkaan BBM di Jember memicu antrean panjang dan harga melambung. Anggota DPR desak Pertamina percepat distribusi BBM Jember, apa penyebab utamanya?

Anggota Komisi VI DPR RI, Muhammad Sarmuji, mendesak PT Pertamina untuk segera mempercepat distribusi bahan bakar minyak (BBM) di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Desakan ini muncul menyusul kelangkaan BBM yang menyebabkan antrean panjang di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) setempat. Situasi ini diperparah dengan lonjakan harga BBM eceran yang signifikan di pasaran.
Kondisi darurat ini terjadi akibat terganggunya pasokan utama BBM ke Jember. Penutupan jalur nasional Jember–Banyuwangi melalui Gumitir menjadi biang keladinya. Jalur vital tersebut sedang dalam perbaikan, sehingga menghambat akses logistik dan distribusi BBM dari Fuel Terminal Banyuwangi.
Sarmuji menegaskan bahwa Pertamina harus bergerak cepat mengatasi krisis ini. Kebutuhan BBM masyarakat tidak bisa ditunda, terutama bagi pelaku usaha dan masyarakat kecil yang sangat bergantung pada transportasi harian. Ia berharap agar masalah distribusi ini segera teratasi demi stabilitas ekonomi lokal.
Dampak Penutupan Jalur Distribusi Utama
Kelangkaan BBM di Jember secara langsung dipicu oleh penutupan akses utama via Gumitir. Selama ini, suplai BBM ke Jember sangat bergantung pada jalur distribusi dari Banyuwangi. Namun, dengan ditutupnya jalur tersebut untuk perbaikan hingga diperkirakan 24 September 2025, arus distribusi menjadi sangat terganggu.
Kondisi ini menyebabkan pasokan BBM yang biasanya datang dari Fuel Terminal Banyuwangi tidak dapat mencapai Jember dengan lancar. Sarmuji menekankan pentingnya kompensasi pengiriman dari Surabaya dan sekitarnya. Ini diperlukan untuk memastikan kebutuhan BBM masyarakat Jember yang mencapai sekitar 700 kilo liter per hari tetap terpenuhi.
Gangguan distribusi ini berdampak langsung pada 41 SPBU di Jember dan 8 SPBU di Bondowoso yang berada di wilayah terdampak. Antrean panjang kendaraan roda dua maupun roda empat menjadi pemandangan umum di hampir seluruh SPBU. Masyarakat terpaksa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mendapatkan BBM.
Lonjakan Harga dan Antisipasi Penimbunan
Selain antrean panjang, kelangkaan pasokan BBM juga memicu lonjakan harga eceran yang tidak wajar di lapangan. Sarmuji menyoroti bahwa harga eceran BBM di beberapa tempat bisa mencapai Rp17.000 hingga Rp22.000 per liter. Angka ini jauh di atas harga normal dan sangat memberatkan masyarakat, terutama mereka dengan penghasilan rendah.
Kenaikan harga ini jelas merupakan ekses dari minimnya pasokan dan potensi praktik penimbunan oleh oknum tidak bertanggung jawab. Sarmuji meminta semua pihak, termasuk pemerintah daerah, untuk aktif memantau distribusi dan mencegah potensi penimbunan BBM. Koordinasi yang baik antara pemerintah daerah, Pertamina, dan aparat keamanan sangat krusial dalam situasi ini.
Langkah antisipatif harus dipercepat untuk memastikan distribusi berjalan lancar dan tidak ada pihak yang mengambil keuntungan dari krisis ini. Pengawasan ketat diperlukan agar pasokan BBM dapat menjangkau seluruh masyarakat Jember dan Bondowoso yang terdampak. Ini adalah upaya untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan energi bagi masyarakat.