Anggota DPR Samuel Wattimena Dorong Sarung Jadi Ikon Fesyen Nasional
Samuel Wattimena, anggota DPR RI, berupaya mengangkat sarung sebagai identitas dan ikon fesyen nasional, dimulai dari Semarang, yang telah ditetapkan sebagai kota fesyen.

Anggota Komisi VII DPR RI, Samuel Wattimena, tengah berupaya mengangkat sarung sebagai identitas bangsa dan ikon fesyen nasional. Upaya ini dimulai dari Kota Semarang, yang dikenal sebagai kota fesyen. Inisiatif ini diungkapkannya Minggu lalu saat kegiatan reses bersama pegiat seni tradisional, Indonesian Fashion Chamber (IFC), dan Denok-Kenang di Semarang. Wattimena berharap sarung, yang merupakan warisan budaya Indonesia, dapat lebih dikenal luas dan dihargai sebagai bagian dari identitas nasional.
Dalam kegiatan tersebut, Samuel Wattimena dan para peserta kompak mengenakan sarung batik khas Semarang. Ia menekankan pentingnya sosialisasi berkelanjutan untuk mendorong penggunaan sarung dalam kehidupan sehari-hari. "Saya bersyukur bahwa sebagian besar yang junior maupun yang senior itu bersedia untuk bersarung. Apakah kemudian di dalam keseharian mereka nanti akan melakukan itu? Saya yakin akan, kalau kita terus-menerus melakukan sosialisasi seperti ini," ujarnya.
Pemilihan Semarang sebagai titik awal kampanye ini didasarkan pada status kota tersebut sebagai kota fesyen. Sebagai seorang desainer fesyen sejak 1979 yang kini menjabat sebagai legislator, Wattimena merasa memiliki tanggung jawab untuk memajukan industri fesyen di Semarang. Ia ingin sarung tidak hanya dinikmati segelintir kalangan, tetapi juga digunakan di berbagai bidang, termasuk seni tari.
Mewujudkan Sarung sebagai Ikon Fesyen Berkelanjutan
Samuel Wattimena juga mengajak para pembatik Semarang untuk berkreasi dan menghadirkan beragam kekayaan lokal khas Semarang melalui karya sarung. Ia melihat sarung memiliki potensi besar sebagai produk fesyen yang berkelanjutan. "Kalau bicara 'sustainability', sarung adalah produk nasional yang sangat 'sustain'. Sarung ini adalah jawaban untuk masa krisis. Karena kita badan membesar, badan mengecil, sarung ini bisa tetap dipakai. Pemeliharaan sarung sangat mudah. Pemakaian dan penyimpanannya juga sangat mudah," jelasnya.
Salah satu pembatik tulis Semarang, Jessie Setiawati, mengaku terinspirasi oleh tarian-tarian tradisional Semarang untuk menciptakan motif batik sarungnya. Ia juga sering mengambil inspirasi dari bangunan-bangunan cagar budaya di Kota Lama Semarang, seperti Gereja Blenduk dan Gedung Monod, yang detail arsitekturnya diabadikan dalam motif batiknya. Hal ini menunjukkan bagaimana sarung dapat menjadi media untuk melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya Indonesia.
Inisiatif ini diharapkan dapat mendorong apresiasi terhadap sarung sebagai warisan budaya sekaligus mendorong perkembangan industri fesyen lokal. Dengan mengangkat sarung sebagai ikon fesyen nasional, diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia.
Lebih lanjut, Wattimena menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, desainer, dan pengrajin, untuk mewujudkan visi ini. Dengan kerja sama yang kuat, diharapkan sarung dapat menjadi produk fesyen yang diminati tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di pasar internasional.
Potensi Sarung sebagai Produk Fesyen Masa Depan
Sarung, dengan sifatnya yang adaptif dan mudah dirawat, memiliki keunggulan dibandingkan produk fesyen lainnya. Keunggulan ini menjadikan sarung sebagai pilihan yang tepat untuk mendukung keberlanjutan industri fesyen. Selain itu, potensi sarung sebagai produk fesyen yang bernilai tinggi dan berdaya saing global juga sangat besar.
Dengan desain yang inovatif dan kolaborasi yang tepat, sarung dapat di transformasikan menjadi produk fesyen modern yang tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional. Hal ini akan memberikan nilai tambah bagi produk sarung dan meningkatkan daya tariknya di pasar global.
Melalui inisiatif ini, diharapkan sarung tidak hanya menjadi pakaian sehari-hari, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan nasional dan representasi dari kekayaan budaya Indonesia di kancah internasional. Upaya ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat, khususnya para pengrajin dan pembatik sarung di Indonesia.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, sarung berpotensi besar untuk menjadi ikon fesyen nasional yang mampu bersaing di pasar global dan memperkuat identitas bangsa Indonesia.