Antisipasi Volatilitas Pasar Saham: Belajar dari Strategi Global
Trading halt di BEI akibat penurunan IHSG tajam menjadi pelajaran berharga untuk mengantisipasi volatilitas pasar saham, dengan belajar dari strategi negara lain seperti AS, Jepang, China, dan Korea Selatan.

Pada 18 Maret 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan trading halt setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 6,12 persen. Penurunan tajam ini terjadi di sesi pertama perdagangan, menyebabkan IHSG berada di level 6.076,08, turun 395,86 poin. Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan: Apa penyebab penurunan IHSG yang drastis? Siapa yang paling terdampak? Di mana dampaknya terasa? Kapan hal ini terjadi? Mengapa hal ini terjadi? Dan bagaimana pemerintah merespon situasi ini?
Trading halt, penghentian sementara perdagangan saham, diberlakukan untuk mencegah penurunan harga lebih dalam dan memberi investor waktu mencerna informasi. Penurunan IHSG ini juga diikuti pelemahan nilai tukar rupiah sebesar 0,7 persen terhadap dolar AS. Kejadian ini menyoroti kerentanan pasar saham Indonesia terhadap volatilitas dan pentingnya antisipasi dini.
Volatilitas pasar saham berdampak sistemik pada sektor keuangan, berpotensi memicu kepanikan investor dan memperburuk likuiditas pasar. Investor asing cenderung menghindari pasar fluktuatif, sehingga volatilitas tinggi dapat menyebabkan arus modal keluar dan melemahkan nilai tukar rupiah. Kepercayaan investor menjadi kunci untuk menarik investasi jangka panjang dan menopang pertumbuhan ekonomi.
Upaya Pemerintah Menstabilkan Pasar
Pemerintah Indonesia, melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI), mengambil langkah cepat. OJK mengizinkan buyback saham tanpa persetujuan pemegang saham selama enam bulan untuk meningkatkan kepercayaan pasar. Langkah ini memberikan fleksibilitas perusahaan dalam mengurangi volatilitas saham mereka.
BI melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang melemah. Intervensi ini dilakukan secara terukur untuk menjaga keseimbangan suplai dan permintaan valuta asing. Pemerintah juga terus memantau kondisi pasar dan siap mengambil langkah tambahan jika diperlukan.
Mekanisme trading halt di BEI dipertahankan untuk mencegah penurunan IHSG yang terlalu tajam. Namun, efektivitasnya perlu terus dikaji untuk meningkatkan fleksibilitas dalam merespons volatilitas ekstrem. Pemerintah berupaya menjaga stabilitas pasar dan kepercayaan investor.
Belajar dari Pengalaman Negara Lain
Volatilitas pasar saham berdampak pada sektor riil, melemahkan konsumsi dan investasi perusahaan. Perusahaan mungkin kesulitan menggalang dana, menghambat ekspansi bisnis dan penciptaan lapangan kerja. Pengalaman negara lain dalam menghadapi volatilitas pasar dapat menjadi pembelajaran berharga bagi Indonesia.
Amerika Serikat menerapkan circuit breaker, penghentian perdagangan sementara jika indeks saham turun tajam. Mekanisme ini memiliki tiga level, dengan penghentian perdagangan selama 15 menit untuk penurunan 7 persen dan 13 persen, dan penghentian hingga akhir sesi untuk penurunan 20 persen. Hal ini memberikan investor waktu untuk menilai situasi dan menghindari aksi jual panik.
Jepang, saat krisis Yen tahun 2022, melakukan intervensi pasar valas dengan menjual cadangan dolar AS dan membeli Yen. Bank of Japan (BoJ) juga mempertahankan suku bunga rendah namun mengontrol imbal hasil obligasi untuk menjaga kepercayaan investor. China melarang short selling dan mencari dukungan investor institusional saat krisis pasar saham 2015.
Korea Selatan mengenakan pajak transaksi saham untuk mengurangi spekulasi dan memiliki Korea Exchange Stabilization Fund untuk menahan kejatuhan pasar. Indonesia dapat mengevaluasi penerapan pajak transaksi saham atau menciptakan dana stabilisasi pasar saham serupa.
Kesimpulan
Pengalaman negara lain menunjukkan efektivitas mekanisme seperti circuit breaker dan pembatasan short selling dalam mengelola volatilitas pasar. Indonesia perlu terus mengkaji dan meningkatkan mekanisme yang ada, serta mempertimbangkan strategi lain untuk menjaga stabilitas pasar saham dan kepercayaan investor. Dengan langkah-langkah yang tepat, stabilitas pasar saham Indonesia dapat terjaga dan pertumbuhan ekonomi dapat tetap terdukung.